Keluarga harmonis adalah dambaan semua orang.
Siapapun yang menikah dan membentuk bahtera rumah tangga, berharap akan bisa
memiliki keluarga yang harmonis. Namun banyak orang memahami makna harmonis
secara berlebihan, sehingga seakan-akan tidak mentolerir adanya perbedaan,
pertengkaran, dan konflik antara suami isteri sama sekali. Keluarga harmonis
dipahami sebagai keluarga yang tanpa perbedaan dan tanpa pertengkaran.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata harmonis
memiliki makna pernyataan rasa, aksi, gagasan, dan minat; keselarasan;
keserasian. Dalam konteks keluarga, kata harmonis dekat dengan makna
keselarasan dan keserasian antara suami, isteri dan seluruh anggota keluarga.
Selaras dan serasi, menunjukkan suatu kesamaan tujuan dan cita-cita, walaupun
kondisinya tidak selalu sama. Mungkin saja ada hal yang berbeda, namun
perbedaan terbingkai dalam keselarasan dan keserasian.
Kapan kita mengatakan pakaian yang dikenakan
seseorang sebagai serasi? Apakah karena warnanya sama? Seorang lelaki muda
mengenakan sepatu, celana panjang, hem, dasi, jas dan topi dengan warna yang
sama. Warna hitam semua, atau merah semua, atau putih semua, itukah serasi?
Bahkan anda akan sulit menilai penampilan lelaki muda
tersebut, apabila semua yang dikenakan memiliki warna yang sama. Justru
penampilan dikatakan serasi apabila ada perbedaan, namun beda yang serasi.
Misalnya ia mengenakan sepatu berwarna hitam, kaus kaki abu-abu, celana panjang
hitam, kemeja warna putih, jas hitam, dasi merah tua, dan peci berwarna hitam.
Ada banyak warna yang dikenakan, namun justru itu yang membentuk makna serasi.
Perbedaan Adalah Unsur Keserasian
Karena salah satu makna keharmonisan adalah
keserasian, maka perbedaan justru menjadi salah satu unsur terpenting di
dalamnya. Jangan berharap suami dan isteri akan sama dalam semua hal, karena
sejak dari awalnya memang tidak sama. Kesamaan mereka terjadi dalam hal yang
prinsip, seperti kesamaan visi keluarga, kesamaan tujuan berkeluarga, kesamaan
keyakinan hidup. Namun dalam berbagai sisi
praktis, suami dan isteri tidak perlu sama.
Dalam
konferensi tahunan British Psychological Society 2012, di antara tema yang
menjadi pembahasan adalah perbedaan fisiologis dan biologis laki-laki dan
perempuan. Para ahli mengupas beberapa perbedaan dalam kemampuan kognitif,
misalnya, laki-laki memiliki keterampilan kesadaran spasial lebih baik.
Sedangkan perempuan memiliki daya ingat yang lebih kuat untuk benda-benda,
serta kefasihan dalam lisan.
Profesor
psikologi Diane Halpern dari Claremont McKenna College di California, Amerika
Serikat berharap bisa memperbaiki pengetahuan tahun 1980-an, yang menyatakan
bahwa otak laki-laki dan perempuan hampir identik. “Kita memang melakukan sosialisasi
pada anak laki-laki dan perempuan dengan cara yang berbeda. Namun kontribusi
biologi yang ada bukanlah nol,” katanya.
Beberapa
perbedaan utama antara laki-laki dan perempuan yang diyakini adalah biologis
dalam sifat alami. Termasuk, pria yang memiliki kemampuan kuat untuk memikirkan
obyek dalam bentuk 3D yang membantu mereka menavigasi. Bahkan perbedaan ini
telah terlihat dalam hasil studi yang melibatkan bayi berusia tiga bulan.
Perempuan ‘lebih baik dalam mengingat letak benda-benda’ dan lebih bisa
menavigasi melalui landmark dibanding sifat umum navigasi laki-laki yang berupa
arah.
Ada
pula pertanyaan menggelitik, “Mengapa 90% dari manajer perusahaan adalah
laki-laki, dan 90% dari sekretaris yang ada di perusahaan adalah perempuan?”
Ini dianggap sebagai perbedaan umum antara laki-laki dan perempuan dalam
beberapa segi kemampuan yang spesifik. Justru dengan adanya berbagai perbedaan
kemampuan tersebut, laki-laki dan perempuan bisa saling melengkapi, saling
mengisi, saling memberi dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.
Tidak
ada superioritas, bahwa lelaki lebih baik dan lebih unggul dari perempuan, atau
perempuan lebih baik dan lebih unggul dari lelaki. Yang terjadi adalah, lelaki
dan perempuan memiliki sisi-sisi kelebihan dan keunggulan, namun pada saat yang
sama memiliki sisi kelemahan dan kekurangan. Untuk itulah, dalam sebuah
keluarga mereka bisa saling menguatkan sisi kekurangan, dan bisa saling berbagi
pada sisi kelebihan. Itulah makna serasi, sebuah perbedaan yang menimbulkan
harmonis, saling memerlukan, saling mengisi dan melengkapi antara suami dan
isteri.
Saling
Memahami
Yang
menjadi tuntutan dalam kehidupan keluarga adalah saling memahami adanya hal
yang berbeda tersebut. Suami dan isteri harus membuka ruang penerimaan,
pemahaman dan toleransi yang tinggi dalam jiwa mereka, akan hadirnya realitas
perbedaan umum yang tidak bisa dihindarkan. Isteri yang sangat suka ungkapan
verbal, dan suami yang kurang suka ungkapan verbal. Isteri yang banyak
menggunakan potensi perasaan dalam memandang suatu kejadian, sementara suami
lebih banyak menggunakan potensi akal.
Jika
perbedaan tersebut dipahami dan diparesiasi secara tepat, tidak akan
memunculkan konflik atau pertengkaran yang tidak perlu. Pertengkaran terjadi
antara suami dan isteri, karena ada banyak hal berbeda yang ada dalam diri
mereka. Jika masing-masing tidak mampu memahami realitas perbedaan ini, yang
terjadi adalah peruncingan konflik yang mengarah kepada disharmoni. Boleh saja
sesekali waktu bertengkar dan ada konflik, namun harus segera diredam dan
diatasi dengan saling pengertian dan saling memahami antara suami dan isteri.
Sumber: fimadani.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar