Menjadi bukti nyata bahwa kehadiran seorang pemimpin
dalam setiap bentangan sejarah selalu menjadi trending topic. Seorang pemimpin –apapun tingkatannya- akan menjadi
buah bibir dan menjadi sorotan publik, entah ia bersikap baik pun sebaliknya.
Maka, mengapa ia menjadi buah bibir? Karena seorang pemimpin memiliki
tanggungjawab yang lebih dari manusia-manusia lainnya. Semua tahu bahwa ia
manusia biasa, namun pekerjaan-pekerjaan luar biasalah yang mengantarkannya
menjadi seorang pemimpin.
Lalu, pertanyaan mendasar yang dihadapkan pada kita
adalah mampukah kita menjadi seorang pemimpin selanjutnya, yang akan menghentak
sejarah dengan kerja-kerja gemilang kita atau kita akan tetap menjadi follower dan tetap menjadi ‘manusia
biasa’? pertanyaan ini jelas jawabannya, bahwa dalam setiap jiwa kita ingin
menjadi bagian dari deretan orang-orang luar biasa itu, yang kita sebut sebagai
pemimpin.
Hanya saja, tahukah kita berapa banyak orang-orang yang
menjadi pemimpin itu? Ia hanya sedikit. Ya, sedikit saja. Maka tak heran jika
Abu Bakar as-Shidiq pernah berdo’a Allahummaj’alna
minal qalil ‘Ya Allah jadikanlah aku termasuk golongan yang sedikit’ karena
ia faham betul, orang-orang luar biasa itu hanya sedikit, para pemimpin itu
sedikit saja jumlahnya, para pelopor itu sedikit saja adanya, para penemu dan
ilmuwan di dunia ini hanya sedikit namanya yang terpahat dalam batu sejarah.
Inilah tantangannya. Inilah seninya seorang pemimpin. Ia
harus rela menjadi bagian dari orang-orang yang terasing, dianggap aneh, bahkan
diberi gelar orang gila, seperti halnya Sang Nabi pembawa risalah agung
al-Islam, namun pada akhirnya ia menjadi bintang paling benderang dalam ranah
peradaban semesta, Subhanallah.
Sahabat Pramuka Penegak dan Pandega sekalian, jika kita
menyimak kembali sejarah gerakan kepanduan ini bermula. Gerakan ini awalnya
dari suatu tempat terpencil bernama Brownsea Island, Baden Powell mengumpulkan
21 orang pemuda Boys Brigade dari berbagai wilayah di Inggris untuk berkemah
selama 8 hari, tepatnya tanggal 25 Juli 1907. Setahun setelah itu, maka untuk
pertamakali gerakan kepanduan ini resmi berdiri, selanjutnya 10 tahun kemudian
atau tahun 1918 merupakan awal golongan kepanduan bagi Rover Scout atau Pramuka Penegak dan Pandega (usia 17 tahun lebih) dengan
diterbitkannya sebuah buku berjudul Rovering
to Success sebagai panduan. Berarti, Pramuka Penegak dan Pandega telah ada
dan tersebar ke hampir seluruh penjuru negeri selama 95 tahun. Luar biasa.
Maka, tak berlebihan kiranya jika kita menyitir bait
puisi karya Chairil Anwar: “Luka dan bisa
kubawa berlari. Berlari … Hinga hilang pedih peri. Aku mau hidup seribu tahun
lagi.” Betapa bait puisi itu telah menjadi nyata, gerakan kepanduan ini
telah berusia lebih dari 100 tahun, dan ia akan terus ada selama terus
bergerak. Bukan jasad yang dapat hidup selama seribu tahun, tapi yang akan
tetap hidup dan mengabadi adalah ide. Ya, ide.
Hanya karena ide seorang Baden Powell atas beragam
pengetahuan dan pengalaman hidupnyalah yang kemudian dituangkan dalam sebuah
kerja nyata, hingga saat ini kita mengenakan seragam coklat melekat dibadan. Dengan
lebatan kain merah putih melingkari leher dan berjuntai didada kita. Jasad
Baden Powell memang telah menyatu dengan tanah, tapi idenya membumi, tetapi
gagasannya mendunia dan akumulasi kerja briliannya tetap hidup hingga saat ini.
Dan jika kita membaca sejarahnya, ia hanya seorang manusia biasa. Namun, ia
punya ide yang luar biasa dan ia telah melakukan kerja-kerja luar biasa pula,
maka sangat wajar jika pada tahun 1920 beliau dinobatkan sebagai ‘Chief Scout of The World’ (Bapak Pandu Sedunia) yang
bertepatan dengan diselenggarakanya Jambore Dunia untuk pertamakalinya, bahkan Raja
George menyematkan sebuah gelar “Lord” pada tahun 1929. Maka, tak
pelak ia telah menahbiskan dirinya sebagai seorang pemimpin, dengan ide yang
telah didedikasikannya melalui kerja-kerja luar biasa.
Mari kita cukupkan menengok ke belakang sebagai bahan
pelajaran dan cerminan, dan bukan untuk larut dalam kenangan seorang pemimpin
luar biasa bernama Baden Powell. Saatnya kita menjalani realita hari ini dan
mulai menatap nanar ke arah masa depan. Masa-masa yang bakal menentukan, akan
menjadi siapa diri kita. Inilah sejatinya pertanyaan yang harus kita jawab.
Mari kawan-kawan Pramuka Penegak dan Pandega sekalian, kita hidupkan kembali
ide-ide Bapak Pandu kita, mari kita gairahkan kembali gagasan-gagasan para
pemimpin yang telah merintis jalan panjang gerakan ini.
Demi menghidupkan ide
tentang seorang pemimpin dalam jiwa-jiwa Pramuka Penegak dan Pandega itu telah
mengantarkan kami untuk membawa kawan-kawan sekalian menuju sebuah panggung. Ya, sebuah panggung yang
akan mementaskan tentang ide-ide kepemimpinan, tentang gagasan visioner untuk
menegaskan jati diri seorang Pramuka Penegak dan Pandega sebagai kader pemimpin
dan menempatkan Pramuka Penegak dan Pandega tidak hanya sebagai objek sebuah
system kepemimpinan yang mengusung perubahan kepada kebaikan dan perbaikan (leader of change) tetapi menjadikan pula
sebagai subjek, yakni berupaya mengguar kekuatan besar yang ada dalam diri kita
untuk menjadi pemimpin yang membawa pesan perdamaian (messenger of peace). Panggung itu bernama “Sarasehan Kepemimpinan
Pramuka Penegak dan Pandega”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar