Ketika Ramadhan berlalu sejatinya bumi dan
langit menangis, karena ia ditinggalkan oleh tamu agung yang membawa beribu
keberkahan, berlipat rahmat, berlapis ampunan da nada malam istimewa yang
disebut dengan lailatul qadar. Namun, dari banyaknya keutamaan yang datang
bersama Ramadhan sesungguhnya pula Allah menyuguhkan satu bulan istimewa,
dimana pada bulan itu pun Allah memberikan keutamaan, yaitu Syawal. Ya, bulan
ke-10 dalam urutan kalender Hijriyah ini Allah menjadikannya sebagai bulan yang
disambut dengan lantunan takbir, tahmid dan tahlil, atau kita biasa menyebutnya dengan “lebaran”.
Beberapa keistimewaan bulan Syawal
diantaranya adalah; Pertama, bulan
kembali kepada kepada fitrah. Fitrah sebenar-benar fitrah yakni umat Islam suci
layaknya kertas putih, ia tak ternoda oleh tinta dosa ketika dating bulan
Syawal. Pada tanggal 1 Syawal kita saling bermaafan dan seperti halnya bayi
yang baru dilahirkan, maka kefitrahan adalah salahsatu kasih sayang Allah yang
diperuntukan bagi ummatnya yang tulus ikhlas berpuasa, membayar zakat fitrah
dan merupakan puncak kemenangan setelah sebulan penuh menahan hal-hal yang
diharamkan oleh Allah Swt. Dan hampir semua umat Islam di seluruh dunia
merasakan kegembiraan yang sama saat datangnya ‘Idul fitri ini.
Kedua,
Syawal adalah bulan Takbir. Di berbagai belahan dunia, umat Islam menyambut
syawal dengan takbir, bahkan tak sedikit diantaranya yang berkeliling untuk
melantunkan kegembiraan dan sebagai ungkapan syukur kepada Allah Swt. “Dan agar
kamu membesarkan Allah atas apa-apa yang telah Dia beri petunjuk kepadamu, dan
agar kamu bersyukur atas nikmat-nikmat yang diberikan.” (Q.S. Al-Baqarah, 2 :
185).
Ketiga,
bulan silaturahim dan kegembiraan. Adalah menjadi lazim di Indonesia jika
lebaran tiba berbondong-bondonglah sanak saudara dari kota untuk pulang ke
kampong halamannya. Mereka dating untuk berkumpul bersama keluarga besar,
saling mencurahkan kebahagiaan, berbagi keceriaan dan menyambung tali
silaturahim yang telah lama terpisahkan dengan segudang aktivitas dan terbatas
oleh ruang dan waktu. Subhanallah, dengan ‘Iedul fitri Allah menyempurnakan
keberkahan Ramadhan dengan memberi kesempatan kepada kita untuk bertemu,
berkumpul dan berbagi rizki bersama keluarga tercinta.
Keempat,
bulan yang baik untuk menikah. “Rasulullah Saw. Menikahiku pada bulan Syawal,
berkumpul (membina rumah tangga) bersamaku pada bulan Syawal. Maka, siapakah dari istri beliau yang lebih beruntung
daripada aku?” Demikian ungkapan ‘Aisyah dalam sebuah riwayat. Bahkan dalam
riwayat lain, selain ‘Aisyah, Rasulullah Saw. Juga menikahi Ummu Salamah pada
bulan Syawal. Hal ini sebenarnya menjadi pembuktian bahwa tak ada aturan yang
melarang bahwa bulan Syawal tak baik untuk menikah, bahkan ada diantara tradisi
para orang tua kita yang harus di kritisi bahwa tidak diperbolehkan menikah
diantara 2 hati raya. Hal ini hanya tradisi yang tak berdasar dan bertentangan
dengan riwayat Nabi Saw. Yang disampaikan oleh ‘Aisyah yang dinikahi baginda
Nabi Saw.
Kelima, ‘Puasa Satu Tahun’. Amalan yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw. Pada
bulan Syawal adalah puasa sunnah selama 6 hari sebagai kelanjutan dari puasa
Ramadhan. Sebagaimana dalam sebuah haditsnya, “Barangsiapa berpuasa pada bulan
Ramadhan, lalu diiringi dengan puasa enam hari bulan Syawal, berarti ia telah
berpuasa selama setahun penuh.” (H.R.
Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’I dan Ibnu Majah).
Seluruh
keistimewaan tersebut hanyalah sebagian kecil dari hakikat keutamaan bulan
Syawal. Karena begitu banyak hikmah yang Allah berikan pada bulan Syawal yang
belum atau bahkan tak mampu kita jangkau dengan pemahaman kita yang dangkal
yang tak sebanding dengan lautan ilmu-Nya yang maha luas. Namun, setidaknya
kita memahami bahwa Allah senantiasa menyediakan reward bagi hamba-Nya yang taat nan patuh dengan segala titah-Nya dan
dengan tetap menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan-Nya.
Momentum Penguatan Aqidah
Aqidah dalam arti keyakinan kepada Allah Swt.
atas segala qadla dan qadar-Nya. Jika selama bulan Ramadhan kita merasa yakin
bahwa Allah Swt. pasti mengabulkan setiap do’a yang kita sampaikan, kita yakin
bahwa setiap ibadah diterima, kita yakin bahwa kita selalu diberikan kemudahan
rizki, maka di bulan Syawal penguatan terhadap keyakinan tersebut perlu menjadi
bahan utama dalam mengarungi hidup pasca Ramadhan.
Karena, seringkali keyakinan kita berkurang
akibat dari do’a yang tertunda, padahal Allah tengah menguji seberapa kuat
keyakinan kita kepada Allah. Ditambah, seringkali kita merasa dalam kesulitan
dalam mendapatkan rizki, semestinya bulan Syawal adalah bulan untuk mengokohkan
aqidah yakni semakin kita mendekatkan diri kepada Allah maka semakin dekat pula
Allah bersama kita, dan ketika Allah bertambah dekat dengan kita, maka
fahamilah, segala bentuk aktivitas kita senantiasa ada dalam jalan-Nya. Apakah
Allah akan mempersulit seseorang yang berjalan dijalan-Nya? Tidak, Allah selalu
memberi kemudahan, Dia selalu membuka ruang dalam setiap kesempitan yang kita
rasa, dan Allah selalu menunjukan ruang baru setiap kita bertemu dengan jalan
buntu. Adapun coba dan uji yang menghadang adalah bagian dari kasih sayang
Allah untuk mendewasakan diri dan memperbaharui kesabaran kita. Oleh karena
itu, penguatan aqidah adalah pondasi dalam mencapai derajat taqwa sebagaiman
tujuan yang ingin dicapai pasca Ramadhan itu.
Bulan Peningkatan
Secara harfiah syawal berarti ‘peningkatan’,
jadi bulan Syawal adalah peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah kita kepada
Allah Swt. dimana selama sebulan penuh kita di training dalam sebuah kawah
bernama Ramadhan dengan berbagai aktivitas ibadah selain daripada puasa, seperi
shalat tarawih, memperbanyak tilawah al-Qur’an, memperbanyak sedekah dan amalan
lainnya. Ramadhan adalah bulan untuk menggodok jasad dan jiwa kita dengan
amaliah tersebut, maka Syawal berfungsi sebagai bulan pembuktian atas latihan
selama bulan Ramadhan tersebut.
Ramadhan diibaratkan sebagai madrasah,
didalamnya terdapat berbagai kurikulum yang akan mentarbiyah setiap orang yang
memasukinya. Dari madrasah inilah lahir sosok-sosok yang berbeda, dan setiap
orang yang memasuki madrasah tersebut tentu ingin mendapat predikat ‘lulus’.
Hanya saja, setelah lulus apakah proses tarbiyah yang telah dilakukan tersebut
membawa dampak positif pada dirinya, dampak yang akan mampu meningkatkan
produktivitas amaliahnya. Nah, inilah Syawal sebaai ajang pembuktian bahwa kita
layak mendapat predikat lulus tersebut.
Hanya karena Ramadhan telah usai, maka
tilawah Qur’an pun selesai. Karena Ramadhan telah berakhir, maka qiyamullail
pun tak pernah dijalankan lagi. Ini adalah tanda bahwa ia belumlah cukup berada
dalam madrasah Ramadhan. Aa Gym menggambarkan Ramadhan sebagai sebuah
kepompong, dari kepompong tersebut diharapkan mampu melahirkan kupu-kupu indah,
yang terbang mengangkasa dan setiap orang takjub memandangnya. Maka, semoga
kita diberikan kekuatan untuk meningkatkan ibadah-ibadah yang telah
dilaksanakan selama bulan Ramadhan. Baik peningkatan kuantitas ataupun
kuantitas.
Keteguhan dalam Beribadah,
Istiqamah !
Istiqamah dimaknai sebagai istimroriyah, kontinuitas, berkelanjutan
atau terus menerus. Sabda Nabi Muhammad Saw. “Katakanlah; Aku beriman kepada
Allah, dan beristiqamahlah !” setelahnya kita meyakini dengan seyakin-yakinnya ke-Maha
Besaran Allah Swt. maka tugas kita selanjutnya adalah beristiqamah.
Istiqamah dalam setiap aktivitas kebaikan
kita akan membangkitkan amalan-malan kecil menjadi amalan dahsyat yang
membanggakan. Tak salah jika seorang ahli hikmah mengatakan bahwa tak ada
kebaikan kecil jika ia dilakukan secara terus menerus, dan taka da amalan besar
jika ia hanya dilakukan sekali saja. Ketika sebuah amal kecil dilakukan secara
terus menerus maka amalan itu akan membentuk karakter kita, dan ketika telah
terbentuk sebuah karakter, maka keutamaan serta pahala yang berlipat ganda akan
teraih secara tidak langsung.
Berbahagialah bagi orang-orang yang
meneguhkan diri untuk tetap beristiqamah dalam beribadah dijalan-Nya. Istiqamah
yang dinamis, yakni istiqamah yang senantiasa memperbaharui amalnya dengan
sebaik-baik niat, sekuat-kuat usaha dan sebanyak mungkin memberikan manfaat
bagi orang lain. Inilah Syawal, bulan yang harus kita pertegas dengan
keistiqamahan. Istiqamah dalam taat, istiqamah dalam shabar dan istiqamah dalam
ikhlas.
Epilog
“Jika
hari ini lebih baik dari hari kemarin, ialah orang yang beruntung. Jika hari
ini sama dengan hari kemarin, ialah orang yang merugi. Dan jika hari ini lebih
buruk daripada hari kemarin, maka yakinlah ia termasuk golongan orang yang celaka”.
Demikian ungkapan Sang Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali. Dengan berbagai
keistimewaan yang Allah karuniakan pada bulan Syawal ini, semoga Allah
menganugerahkan kita kekuatan agar semakin teguh keyakinan kita akan ke-Agungan
Allah Swt. dengan menyadari bahwa setiap usaha kita ada dalam genggaman-Nya,
dengan meningkatkan ibadah serta dengan mengistiqamahkan diri dalam ibadaha
tersebut.
Sungguh kebahagiaan itu telah menjadi janji
Allah Swt. kepada kita semua, tugas kita adalah menjemputnya agar kebahagiaan
itu kita raih, kita rasakan dan kita bagi kepada sesama, karena salahsatu jalan
kebahagiaan adalah membahagiakan orang lain. Dan sebagaimana ungkapan setiap
‘Iedul Fitri, minal’aidin walfaizin,
semoga kita semua kembali untuk berjumpa dengan-Nya dalam keadaan fitrah dan
termaktub sebagai hamba-Nya yang memperoleh keberuntungan dan kebahagiaan
dengan sebaik-baik derajat, Al-Muttaqin.
Wallahu A’lam.
2 komentar:
ngopi bro materinya . . . thankz
ngopi bro materinya . . . thankz
Posting Komentar