Aku hanya orang asing
Di belantara dunia penuh dungu juga curiga
Diantara orang terkasih pun musuh dalam selimut penuh senyum
Aku hanya ngengat pengganggu
Bagimu jelita yang diberkati kemilau rupa
Untukmu rupawan yang dianugerahi cahaya mata
Aku hanya remah-remah dalam pusaran mutiaramu
Aku hanya anjing penjaga, sekehendak dalam perintah meski sukar diperbuay
Aku hanya kucing pemalas yang selalu tertidur pulas, lepas nan bebas
Kepapaan terus meraja
Lemah jiwa tetap bertahta
Bagi diri yang tak lagi berarti
Di matamu wahai penyejuk sanubari
Berucap, takut tak bermakna
Diam, khawatir jadi pendendam
Entahlah, antara nyata dan maya
Antara fatamorgana di Sahara dan Piramida raksasa di Mesir yang perkasa
Aku hanya teronggok tak berguna di sudut sempit yang menghimpit juga gelap yang teramat pengap
Dibalik topeng wajahku
Hanya nista berselimut nanah dosa
Hanya nadir kepasrahan dan penghambaan
Hanya liur yang dienyahkan dari mulut wangimu
Lalu, kau tersenyum
Menggerakan kepala bersama senandung kepergian yang menyesakan
Meliukan tangan dengan lirik pedih perpisahan
Akulah ilalang yang menghalangi pandanganmu, dari megahnya dunia yang kau impikan
Akulah tali yang mengekangmu, hingga kau menjadi budak, tak merdeka dengan segala cita
Lalu kemana seluruh pengorbanan?
Oh aku lupa, jika memang cinta kau tak pernah merasa berkorban. Begitu ungkap seorang bijak.
Jika kau sudah merasa berkorban, maka saat itu cintamu tak utuh, cintamu tak lurus nan tulus.
Aku hanya binatang kerdil
Sekali kau injak, hancur seketika
Sekali kau pukul, lagsung remuk redam
Maka, biarlah aku kau jadikan pelampiasan atas segala kekesalan;
Kau jadikan aku sebagai samsak untuk kau jadikan sasaran tarungmu;
Kau jadikan aku kertas untuk dirobek lalu dibakar;
Kau jadikan aku lap yang kau pakai membersihkan kotoran;
Biarlah ku relakan semuanya ...
Akulah toksik yang meracuni tidur nyenyakmu, mimpi indahmu dan membangunkanmu dengan keringat dinhim penu ketakutan.
Aku hanyalah sianida yang mematikan sukma yang 'kan melayangkanmu menuju dunia impian, impian yang mungkin tak pernah kau singgahi.
Aku rancu dan kaku
Kau begitu segar membiru
Aku sekeras batu
Kau selembut sutera para ratu
Aku beku
Kau mengalir deras menuju samudera rindu
Aku baja tak bertuan
Kau mutiara bertahta intan
Aku babu
Kau nyonya anggun dengan pesona beribu
Aku serdadu
Kau panglima perang menggebu dengan sejuta kuasa menyatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar