Tuhan
adalah penentu segala yang terjadi di kehidupan. Beliau sangat mudah membuat
seorang anak Adam bahagia luar biasa padahal beberapa waktu sebelumnya baru
saja menangis haru. Tuhan juga dengan mudah menjatuhkan seorang yang sedang di
atas awan ke permukaan kemudian hancur secara berkeping-keping. "Only God
can take our failures and turn them into victories," sebuah quote dari
Evinda Lepins yang menjelaskan segalanya.
Sama
seperti sepak bola. Menang kalah akhirnya adalah hal biasa. Tetapi, bagaimana
cara menang dan bagaimana cara kalah yang membuat olahraga ini semakin menarik.
Sepak bola seperti kehidupan, tak bisa ditebak. Ketika Liverpool melawan
Arsenal akhir pekan lalu, tak ada yang mampu menebak hasil akhirnya. Sebagian
besar prediksi adalah skor tipis kemenangan bagi masing-masing tim.
Tuhan
secara khusus duduk di singgasananya untuk menonton laga ini. Laga antara
pemimpin klasemen sekaligus tim yang paling lama berada di peringkat satu.
Melawan tim yang mencoba bangkit dan sangat impresif di kandangnya. Sayangnya,
pencipta semesta alam itu memutuskan hasil terlalu cepat.
Anda
tak akan mengira The Reds hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk memenangkan
laga secara keseluruhan. Per Mertesacker dan Laurent Koscielny, salah satu
pasangan bek yang dikatakan terbaik di Premier League saat ini, dibuat tak
berkutik oleh para penggawa tuan rumah.
Anak
Muda, Tato, dan Dansa. Siapa bilang Tuhan tak suka pesta? Dia menjadikan Martin
Skrtel, seorang tokoh Metal Head yang berbadan penuh tato sebagai pahlawan
kepagian. Bek tengah ini mencetak dua gol hanya dalam waktu 10 menit. Dua gol
yang membuat mental pemimpin klasemen jatuh dan pecah secara berkeping-keping.
Skrtel, sesosok yang sempat ingin dijual dan acap dicerca karena blundernya,
dengan mudah dibuat menjadi pahlawan. God Effect.
Steven
Gerrard kembali menunjukkan tajinya sebagai salah satu eksekutor bola mati
terbaik, setelah absen membuat assist dari proses ini beberapa pekan. Dua
assistnya ke kepala Skrtel menjadi bukti sahih.
Raheem
Sterling. Sesosok yang baru 19 tahun Desember lalu. Tak terhitung lagi hinaan
kepada winger muda Inggris ini pada setengah musim pertama Premier League. Tak
memiliki efek saat dipercaya, hanya mampu berlari lurus, dan acap membuat tekel
tak penting. Tapi apa yang terjadi sekarang?
Cederanya
Daniel Sturridge selama beberapa pekan menjadi Blessing in Disguise bagi
Sterling. Dia berkembang pesat dan semakin dewasa. Dia mampu lari bagai cheetah
dari daerah pertahanan sendiri ke kotak penalti lawan. Body Balancenya luar
biasa, sampai-sampai Brendan Rodgers menyebutnya Man of Steel. Dua gol yang
dicetak ke gawang Arsenal menjadi bukti. Setidaknya bocah berdarah Jamaika itu
memiliki poin FPL lebih besar ketimbang Luis Suarez dan Daniel Sturridge pada
akhir pekan lalu. Jah Effect.
Anda
pasti sadar ada yang kurang dari Sturridge dalam dua laga sebelum melawan
Arsenal ini. Meski mencetak brace ke gawang Everton dan satu gol ke jala West
Bromwich Albion, tak ada selebrasi itu. Selebrasi dansa ciri khasnya. Selebrasi
yang menjadi favorit di game FIFA 14. Dansa ala-ala tersebut akhirnya muncul
saat Studger menceploskan bola dengan mudah ke gawang Wojciech Szczesny.
Laga
ini juga membuktikan ada tukang sihir yang overrated. Namanya Mesut Ozil.
Sihir-sihir Ozil sama sekali tak terlihat pada laga tersebut. Dia dikalahkan
oleh bocah Brasil bernama Philippe Coutinho, yang lebih bersemangat dan berlari
kesana kemari. Magic-Magic Cou terbukti efektif lewat umpan terobosan menawan.
Umpan membelah buminya berhasil menjadi kunci gol Sturridge. Bahkan dia nyaris
membuat dua assist jika Jordan Henderson bisa memanfaatkan peluang lebih baik.
Ingat, Coutinho memiliki harga 34 juta pounds lebih murah dari Ozil. Manusia
berusaha, Tuhan yang menentukan. Uang berbicara, belum tentu menghasilkan.
Manajer
Brendan Rodgers menjadi sosok yang paling pantas dipuji. Tactical Ability dia
yang membuat The Reds mampu memborbardir Arsenal. Pun disiplin setelah 20 menit
pertama tersebut. Bagaimana Coutinho memarking line antar lini Arsenal, Jack
Wilshere. Bagaimana Ozil dan Santi Cazorla tak terlihat bermain. Hingga membuat
Aly Cissokho terlihat 10 kali lebih tampan karena tampil menawan.
Terlepas
dari itu, The Reds harus anti pada kata jemawa. kemenangan ini bukan berarti
mereka jadi over pe-de. Liverpool terkenal sebagai tim yang inkonsisten dan
kehilangan poin dari tim-tim yang lebih kecil. Apapun bisa terjadi pada laga
melawan Fulham tengah pekan nanti. Merseyside Red harus move-on dari
kebahagiaan akhir pekan dan mulai menyiapkan diri melawan tim yang harus kecewa
karena ditahan imbang Manchester United 2-2 itu.
20
menit untuk selamanya. Hanya butuh 20 menit dari total 90 menit bagi Liverpool
untuk membuat Arsenal kembali berpijak ke bumi dan tidak jemawa. Liverpool
dikatakan bermain sepak bola terbaik di 20 menit pertama sepanjang musim ini.
Sampai-sampai pelatih AS Monaco, Claudio Ranieri, memaksa para pemainnya
menonton 20 menit pertama laga Liverpool vs Arsenal, sebelum mereka menghadapi
laga pamungkas Ligue 1 melawan pemimpin klasemen, Paris Saint-Germain. Tak lupa
kapten tim, Gerrard mengungkapkan, 20 menit tersebut tak akan bisa dia lupakan
dalam 15 tahun ke depan, serta menjadi momen tak terlupakan sang kapten di
Anfield.
Simpulan
yang didapatkan sebenarnya mudah. Tuhan dengan mudah membuat sesuatu yang
terlihat tak mungkin menjadi mungkin. Semua kembali kepada perjuangan. Pun dia
dengan mudah membolak-balikkan situasi. “God is a circle whose center is
everywhere and circumference nowhere,” ucap Voltaire.
Ditulis
oleh : Redzi Arya Pratama (@redzkop)
Sumber: bolatotal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar