Tempat tinggal baru, harapan baru. Inilah yang saya maksud dengan judul
diatas. Tak henti saya mengucap syukur kepada Allah yang Maha Pengasih atas
segala nikmat yang diberikan, meski mungkin syukur ini hanya setetes di lautan
rahmat-Nya. Ya, hari ahad tanggal 2 Februari 2013 tepatnya, saya dan istri
hijrah dari rumah dinas Yayasan Multazam Panawangan menuju sebuah tempat
tinggal baru di Gang Tangga, Rajadesa dan mendapat predikat baru sebagai ‘kontraktor’
alias kami tinggal di kontrakan. Seperti namanya, Gang Tangga. Lokasi menuju
tempat tinggal saya baru ini memasuki sebuah gang dan menanjak layaknya sebuah
tangga.
Kontrakan
yang sederhana, namun segalanya terasa mewah karena hari-hari yang akan dilalui
akan diliputi dengan bahagia dan cinta. Saat ini mungkin kami berdua, tapi
bulan depan kami akan kedatangan penghuni baru. Calon buah hari kami,
insyaAllah.
Sebenarnya
ada beberapa alasan mengapa kami pindah, tapi pada dasarnya kami ingin belajar
mandiri. Membangun rumah tangga sendiri. Tanpa ada campur tangan orang lain. Karena
di Rumah Dinas Yayasan Panawangan kami tinggal bersama 2 lainnya yaitu adik
saya dan Bang Ohim, sang penjaga sekolah.
Di
tempat tinggal baru ini sejatinya kami benar-benar belajar bagaimana membangun
rumah tangga. Disinilah kami tinggal dan mengisi hari-hari yang akan dilewati
dengan penuh harapan. Harapan akan rizki yang baik, harapan akan diri yang
senantasa bersunggh-sungguh dan point terpenting adalah harapan untuk kehidupan
yang lebih baik. Susah atau senang, suka maupun duka biarlah kami berdua yang
merasai dan menjalani.
Alasan
lainnya pun adalah karena tempat tinggal baru kami dekat dengan kantor istri
saya, hanya dengan berjalan kaki sekitar 5 menit saja menuju tempat kerja. Sehingga
setiap pekan tak perlu pulang pergi Rajadesa-Ciamis menggunakan ojeg atau motor.
Adapun saya harus mengalah karena tetap harus mengajar dan latihan Pramuka di
MTs Multazam Panawangan setiap hari Kamis sampai dengan Sabtu.
Sungguh,
disini kemandirian itu sangat terasa. Kami selalu berbagi tugas untuk menjalani
aktivitas harian rumah tangga, dari mulai memasak, mencuci pakaian,
membersihkan peralatan kotor dan lainnya. Maka, kami belajar bahwa setiap
pasangan tidak boleh saling mengandalkan. Tak ada dalam kamus manapun bahwa
mencuci pakaian kotor adalah tugas istri, ini hanyalah kelaziman yang dianggap
menjadi kwajiban seorang istri. Tidak, rumah tangga yang dibangun adalah untuk
berdua, untuk kebaikan keluarga, maka mari para suami untuk tak terlalu menuntut
istri, dan kepada para istri selalulah fahami keinginan suami. Jika saling
mengerti dan memahami, insyaAllah konflik rumah tangga dapat diminimalisir.
Selamat
datang untuk ku, untukmu wahai istriku, untuk kita berdua. Disinilah untuk
sementara kita akan mengayuh biduh rumah tangga ini berdua dan bersiap
menyambut kedatangan sahabat kecil kita, buah hati yang akan menjadi pelipur
lara dan penghibur duka dalam keseharian kita. Dan esok, semoga kita temukan rumah
impian itu.
Disinilah,
kami munajatkan setiap harapan pada-Mu dalam gelap dan terang. Saat ramai dan
sepi. Waktu pagi dan senja, juga siang dan malam-malamnya.
Disinilah,
kami tahbiskan pada-Mu sebagai manusia baru yang ingin terus menerus berharap
raih ridlo dengan bimbingan-Mu.
Disinilah,
kami haturkan sembah sujud syukur pada-Mu kala duka menganga pun saat bahagia
menyapa.
Berkahilah
tempat tinggal kami. Hanya Engkaulah yang Maha Menggenggam setiap keadaan. Karena,
setiap perlindungan-Mu adalah tempat teraman bagi kami dan penjagaan-Mu adalah
rumah ternyaman untuk kami.
Tempat baru,
menyuguhkan harapan baru,
Harapan untuk
kehidupan yang lebih baik,
Harapan akan
duka yang terhapus bahagia,
Atas nama-Nya
dan dalam balutan kasih-Nya,
Kita akan merayakan
hari-harinya dengan sabar dan syukur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar