Mungkin,
Anfield adalah salah satu tempat di mana sepakbola dinarasikan dengan indah.
Jangan heran jika kemudian Liverpool begitu mahsyur dengan kata-kata indah
pembakar semangat.
Lihat
saja bagaimana Bill Shankly kerap diceritakan. Berbagai kisah yang Anda dengar
akan terkesan begitu heroik hingga seolah-olah Shankly adalah pahlawan dalam
legenda, yang kata-katanya diserap dalam-dalam dan jadi bahan penuntun hidup.
Shankly-lah
yang meletakkan dasar dan falsafah bagaimana seharusnya Liverpool berjalan.
Ketika dia datang, Liverpool bukanlah apa-apa. Dia lantas membuat The Reds
melegenda tidak hanya lewat caranya melatih, tetapi juga bersikap.
Anda
tentu tahu mengenai kutipan termahsyur Shankly, yang gaungnya bahkan sampai ke
ruang-ruang di dunia maya --dunia yang tidak nyata--, mengenai pentingnya
menjadi yang pertama. Kalau tidak ingat, demikian bunyinya: "If you’re
first, you’re first, and if you’re second you’re nothing".
Ini
yang paling gampang diingat. Ada juga kutipan mengenai pendapatnya soal
sepakbola yang lebih penting daripada hidup dan mati. Beberapa boleh
berpendapat bahwa kutipan yang satu ini agak berlebihan, mengingat mau apapun
alasannya nyawa jelas lebih berharga untuk ditukar dengan hal manapun.
Namun,
apa mau dikata, yang dikatakan Shankly sudah kadung menggema di hayat pendukung
Liverpool. "He made the People happy," demikian tulisan yang tertera
di bawah patung perunggunya di luar tribun The Kop. Patung itu meregangkan
tangan lebar-lebar, seolah-olah angkuh, seolah-olah menunjukkan penolakan,
sekeras penolakannya terhadap bos-bos Liverpool dulu, yang puas melihat klub
dalam keadaan biasa-biasa saja.
Kalimat
lainnya yang tidak kalah puitis adalah ketika dia menjabarkan nyanyian yang
dikumandangkan The Kop, yang kemudian tertera di salah satu buku yang dijual di
toko merchandise Liverpool:
"Forget
the Beatles and all the rest. This is the Liverpool sound. It's real singing,
and it's what the Kop is all about."
Anda
boleh mengingat Liverpool sebagai kota tempat lahirnya The Beatles. Tapi, bagi
Shankly, irama musik terindah adalah nyanyian yang mungkin nadanya tak karuan
yang dihasilkan oleh para pendukung di tribun.
Ada
cerita yang mengatakan bahwa Shankly menunjukkan karakteristik khas
manajer-manajer klasik Skotlandia. Di Manchester United, Matt Busby juga
demikian. Mereka hidup dan mati bersama klub. Ketika klub berada dalam keadaan
sekarat, mereka memilih untuk ikut susah bersama.
Hidup
dan nyawa Liverpool --juga United-- sebagai sebuah identitas besar pertama kali
dihembuskan lewat mulut dan sikap kedua manajer tersebut.
Shankly-lah
yang mencetuskan kalimat "This is Anfield" pada sebuah lorong sempit
yang mengarah ke lapangan. Baginya itu adalah sebuah statement. Tidak ada
keramahan sama sekali untuk lawan, jika urusannya sudah pertandingan. Bagi
Shankly, tidak boleh ada yang berani macam-macam dengan Liverpool di Anfield.
Jika
Anda berkesempatan untuk mengunjungi Anfield suatu hari nanti, ikutlah tur ke
dalamnya. Anda akan mengetahui bahwa banyak syarat dan ajaran dalam klub itu
diletakkan oleh Shankly. Mulai dari falsafah bermain sampai hal paling kecil
seperti luas ruang ganti pemain.
Ruang
ganti para pemain Liverpool tidaklah besar apalagi mewah. Jangan harap ada
televisi atau alat-alat modern seperti komputer di dalamnya. Ruang ganti itu
juga sederhana dan relatif sempit untuk ukuran klub sebesar dan se-mendunia
Liverpool.
Alasannya
gampang: Jika sudah masuk ke dalam stadion, para pemain diharuskan lepas dan
tertutup dari hal-hal di luar lapangan. Yang harus ada di benak hanyalah
pertandingan, pertandingan, dan pertandingan.
Di
dalam ruang ganti itu hanya ada bangku panjang tanpa sekat, tempat para pemain
duduk setengah melingkar. Ruang di hadapan mereka diperuntukkan untuk manajer
sebagai pemimpin, berdiri memberikan instruksi. Benda-benda lainnya di ruangan
itu hanyalah meja pijat biasa dan sebuah papan tulis dengan kertas untuk
menjabarkan formasi dan taktik.
Shankly
tidak ingin ruang ganti yang terlalu besar. Dia ingin para pemainnya berdekatan
satu sama lain karena sedemikian pentingnyalah kebersamaan dalam sebuah tim.
Oleh karena itu, jangan heran ketika memasuki ruang ganti tersebut ada sebuah
foto berbingkai besar dengan gambar para pemain Liverpool merayakan gol. Foto
itu menekankan pentingnya sebuah team work.
"Coming
together is a beginning, keeping together is progress, working together is a
success," demikian bunyi kalimat yang tertera di foto tersebut.
Tidak
heran jika kemudian Shankly begitu diagung-agungkan. Dia lebih dari sekadar
manajer. Kalau boleh digambarkan, dia lebih mirip seperti seorang nabi yang
mencetuskan sebuah ajaran.
Ajaran-ajarannya
inilah yang kemudian menurun kepada manajer-manajer setelahnya dan juga para
pemain yang bermain setelah eranya. Jangan heran jika kemudian di tembok-tembok
di dalam Anfield penuh dengan kutipan-kutipan bagus, baik dari para manajer,
bekas pemain, hingga seorang Johan Cruyff yang terkenal filosofis itu.
"There's
not one club in Europe with an anthem like You'll Never Walk Alone. I sat there
watching the Liverpool fans and they sent shivers down my spine. A mass of
40,000 people became one force behind their team. That's something not many
teams have. For that I admire Liverpool more than anything," demikian
ucapan Cruyff yang dipajang besar-besar.
Tembok-tembok
di Anfield adalah kumpulan puisi yang menarasikan kebesaran klub itu sendiri.
Tembok-tembok itu membuat kutipan-kutipan penuh pengharapan a la Paulo Coelho
tak lebih dari sekadar tips murahan di majalah mingguan.
Liverpool,
29 Januari 2014
====
*
Penulis adalah wartawan detiksport, pemilik akun twitter @rossifinza.
Sumber: detikinsider
Tidak ada komentar:
Posting Komentar