8 bulan 11 hari sudah kami mengarungi bahtera rumah
tangga, tak terlalu banyak masalah keluarga yang dihadapi, jikapun ada hanyalah
kesalahfahaman pribadi yang bias diselesaikan dengan komunikasi yang
menyenangkan dan berujung dengan senyum bahagia atau bahkan berkahir dengan
gelak tawa sebagai tanda bahwa kami saling mengakui kesalahan kami dan
menertawan kebodohan yang sudah kami lakukan.
Setelah selama itu pula, Allah mengkaruniai kami
seorang janin dalam rahim istriku yang diprediksikan akan terlahir tanggal 26
Maret 2014 dan berjenis kelamin perempuan, kata dokter. Dan inilah amanah kedua
yang harus saya jalani. Amanah pertama adalah menjadi seorang suami bagi istri
dan kelahiran seorang anak tentu sesuatu yang membanggakan, mengharukan,
menggetarkan, sekaligus beban yang harus sitanggung dengan segenap kesabaran
dan kasih sayang yang tercurah.
Ini merupakan fitrah manusia, namun tentu saja bukan
hal biasa bagiku. Karena saya akan memiliki makhluk baru yang akan memanggil
saya dengan sebutan ‘Ayah’ atau “papih’ kalau permintaan istri saya. Inilah
momen yang mengagumkan. Salahsatu momen yang luar biasa. Allau Akbar, Maha
Agung Allah yang telah menciptakan kita dengan sebaik-baik makhluk dan bentuk,
inilah keajaiban yang harus ditafakuri.
Tiada yang kekal di dunia ini melainkan perubahan. Ya,
inilah yang akan saya alami pada hari-hari yang akan dijelang. Menjadi manusia
atau seorang lelaki yang menyandang status baru. Sebagai seorang pengemban
amanah anak manusia baru yang dititahkan untuk saya jaga, saya didik, saya bombing,
saya bina dan saya arahkan sesuai dengan perkembangannya.
Menjadi seorang ayah adalah perkara gampang-gampang
susah. Gampang karena kita diberikan modal atau potensi untuk menjadi pemimpin,
adapun mudah adalah adalah menyelaraskan kehendak yang kita miliki dengan
kondisi lingkungan. Ya, semua bermuara pada kita sebagai orang tua. Jika ingin
memiliki anak yang shaleh, maka upaya pertama yang harus dilakukan adalah
menjadikan diri kita sebagai pribadi yang shaleh pula.
Akhirnya, tinggal menghitung hari untuk perubahan
status ini. Menjadi seorang ayah. Tugas pertamaku adalah memberikannya nama
yang baik, karena nama adalah bentuk Tafa’ul
(optimis) akan harapan kepada anak yang kelak akan kita didik dan besarkan. Selanjutnya
adalah memberikannya nutrisi yang baik pula, entah itu nutrisi jasmani maupun
rohani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar