By: M. Agus Syafii
Sore itu di Rumah Amalia kedatangan seorang Ibu muda yang mengatakan bahwa hampir saja dirinya bunuh diri. "Saya sudah tidak tahan menjalani hidup ini.." Begitulah penuturannya. Dirinya sedang kusut fikiran dan saking kalutnya ia bermaksud bunuh diri Ketika baygon sudah dituang ke gelas, Disaat gelas sedang dipegang untuk diminum, tiba-tiba terdengar suara kumandang adzan yang membuat tubuhnya bergetar seolah tersengat, timbul kengerian dan takut atas perbuatan dosa yang hendak dilakukan. Dari penuturannya bahwa problem kejiwaan merupakan problem perkawinan, problem hubungan interpersonal suami dan isteri. Mereka telah menempuh bahtera rumah tangga selama delapan tahun, belum dikaruniai keturunan. Ekonomi rumah tangga mereka relatif tercukupi, terbukti bahwa mereka telah memiliki rumah yang layak huni, suaminya bekerja di perusahaan swasta dengan gaji yang mencukupi.
Sebagai pasangan suami isteri itu sudah sangat merindukan keturunan, tetapi diantara mereka tak pernah secara serius membicarakan problem itu. Sang isteri adalah tipe perempuan yang sangat setia dan percaya kepada suami. Selama delapan tahun hidup sebagai suami isteri tidak pernah cekcok. Sebagai seorang istri meski harus selalu sendirian di rumah setiap hari pada jam-jam kerja suaminya, tetapi kepercayaan dan kesetiaannya kepada suami membuatnya tetap tenang. Tanpa ada tanda-tanda mencurigakan, tiba-tiba suaminya menjadi acuh, dan sering tidak menyentuh kopi dan makanan yang disediakan oleh isteri yang setia itu. Bahkan suaminya membisu. kekalutan fikiran itu tak tertanggungkan. Ia tidak tahu harus apa, karena selama ini hatinya tertumpah seluruhnya untuk suaminya. Di diamkan suami adalah kiamat baginya. Kekalutan fikiran dan perasaannya membuatnya lupa siapa dirinya dan untuk apa ia hidup. Dunia terasa gelap, dan kaki tak bisa lagi menginjak bumi.
Dari penuturan yang disampaikannya itu sambil terisak-isak menangis bahwa kedatangan ke Rumah Amalia hendak bershodaqoh agar berharap keridhaan Allah untuk menyelamatkan bahtera rumah tangga yang tengah retak dan segera mendapatkan momongan. Tiga bulan kemudian rumah tangganya akhirnya dapat diselamatkan, Ia hamil dan melahirkan bayi laki-laki. 'alhamdulillah, sekarang kami menjadi lebih baik, kami sekeluarga semakin mendekatkan diri kepada Allah. Allah telah memberikan anugerah yang terindah untuk kami," Terlihat wajah suami menatap bayi bungil penuh dengan kebahagiaan. Bahtera rumah tangganya yang retak, telah diselamatkan oleh Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar