Bismillahirrahmanirrahim …
Sungguh beruntung menjadi orang yang terpilih,
menjadi seorang da'i. Mau tidak mau, suka tidak suka karena ia tidak hidup
sendiri. Ada orang lain yang menjadi obyek dakwahnya. Keluarga, anak-anak,
tetangga, teman sekolah, kampus, kerja dan siapa saja yang berinteraksi
dengannya. Ia tidak dapat mengelak, ketika disadari bahwa ia adalah seorang
muslimah maka ia membawa panji keislamannya. Ketika ia adalah seorang mahasiswi
di kampusnya maka ia wajib menjaga nama baik almamaternya. Ketika ia adalah
seorang kader dakwah maka ia membawa identitasnya dan segala tindak-tanduk yang
ia perbuat akan mencerminkan wajihahnya tersebut. Meskipun ada khauf (takut)
ketika terbayang bahwa kita belum mampu mengemban amanah ini dengan baik, di
satu sisi saya yakin ia juga menyimpan roja (harapan) agar bisa menjadi satu
bagian dari batu bata penyusun peradaban tegaknya Al-Islam di bumi ini.
Dalam firman Allah Surah Fushshilat (41:33)
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal shalih, dan berkata, 'Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri?'". Ayat ini menjadi pilar bagi para
aktivis muslimah untuk selalu membekali diri lalu terjun dengan ikhlas hanya
mengharap ridho Allah di setiap geraknya. Ia tidak akan meremehkan sekecil
apapun amal sholeh untuk fastabiqul khoirot, berlomba-lomba dalam kebajikan.
Keistiqomahannya akan selalu diuji seiring dengan perjalanan karir dakwahnya.
Adapun beberapa tadzkirah/peringatan dan nasehat
untuk mujahidah dakwah* :
Pertama, sesungguhnya fungsi seorang daiyah
bukanlah memukul dan menegur manusia dengan keras. Bukan pula mengorek aib dan
mencela mereka.
"Serulah mereka ke jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan nasihat yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang lebih
baik. Sesungguhnya Tuhanmu adalah Yang lebih mengetahui siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Qs. an-Nahl [16]: 125).
Kedua, jalan dakwah ini penuh dengan rintangan
Jalan dakwah tidak semulus jalan tol. Pejuang
dakwah muslimah tentu pernah merasakan mendapat deraan, cobaan dan permasalahan
dengan kadar dan tingkat berbeda-beda. Pemenang sejati adalah yang sabar
melaluinya, menghadapinya dengan segala hikmah. Tidak sedikit yang akhirnya
menyerah, putus asa bahkan kabur dari gelanggang dakwah karena tidak sabar. Ia
pikir dakwah mudah dilalui dengan instan, cepat menghasilkan. Padalah Nabi Nuh
AS saja yang berdakwah selama 5 abad dan notabene ia adalah seorang Rasul hanya
mendapatkan sedikit sekali pengikut. Hal ini juga terjadi di semua lini dakwah.
Seungguhnya fokus utama bukanlah pada result/hasil namun pada process/proses,
karena Allah sangat menghargai sebuah proses yang dilakukan hamba-Nya apalagi
jika itu berbuah keridhoan-Nya.
"Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap
hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan dari orang-orang yang
diberi Kitab sebelum kamu dan orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan
yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu sabar dan bertaqwa, maka
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan" Ali
Imran [3]: 186
Ketiga, hendaknya seorang daiyah selalu merasa
gelisah dengan kondisi manusia dan tidak berputus asa. Ketika melihat seorang
perempuan yang dengan bangganya mengumbar dan memamerkan auratnya, tidak
menjaga kehormatannya, hati kita perih. Ketika melihat para wanita menjadi
korban asusila, kekerasan rumah tangga dan perdagangan manusia nurani kita
terpanggil untuk membelanya. Dengan sigap merespon dan mengambil sikap sesuai
dengan kapasitasnya. Di tempat kita berpijak, banyak menyuguhkan pelbagai
permasalahan perempuan yang harus ditangani dengan serius.
Keempat, sesungguhnya jalan dakwah ini dipenuhi
oleh orang-oang yang kembali, murtad dan berbalik ke belakang (kepada
kekafiran). Hendaknya kita bersabar dan tidak membebani mereka dengan sesuatu
yang tidak mereka mampui. Kita dituntut untuk bijak dalam kondisi apapun.
Kelima, hendaknya seorang daiyah memperhatikan
aspek pembinaan dan pengembangan jiwa sesuai kemampuan, ilmu dan akhlak yang
dimilikinya. Membiasakan diri melakukan kegiatan yang baik.
Memprioritaskan amal dalam setiap perbuatannya,
mendahulukan wajib dari yang sunnah, mendahulukan sunnah dari yang mubah. Ia
berusaha dalam sehari tidak ada pada kamusnya kegiatan yang sia-sia. Coba cek
kembali agenda harian kita, sudahkah porsinya tepat? Sudah tertunaikankah
wajibat-wajibat yang harus kita penuhi sebagai kader dakwah?
Saya jadi teringat kisah seorang ummahat dalam
sebuah buku non fiksi, kumpulan cerita kader dakwah dengan segala lika-liku
perjuangannya. Ia adalah seorang ibu rumah tangga namun banyak mengisi ta'lim,
pengajian dan kajian baik di lingkungan rumah atau lainnya. Ia tidur jam 10
malam lalu bangun jam 2 pagi kemudian tahajjud dan bersiap melakukan pekerjaan
rumah, mencuci, menggosok, membersihkan rumah dan akhirnya pada pagi hari ia
telah siap dengan sarapan yang ia buat untuk seluruh anggota keluarganya. Ia
juga telah menyiapkan segala keperluan sekolah anak dan kerja suaminya. Ia
tidak melewatkan satu kesempatan amal sholeh, sekecil apapun. Itulah yang ia
ajarkan pada putra putrinya.Sedangkan siang harinya ia begitu lincah berperan
di medan dakwahnya. Subhanallah. Terngiang-ngiang kembali perjuangan para
shahabiyah Nabi yang totalitas dalam jihadnya. So Inspirized me.
Keenam, menjauhkan aspek individualis dari dakwah,
karena dakwah tidak terbatas pada perorangan, kelompok atau lembaga.
Dakwah dikerjakan oleh orang-orang yang berjamaah
tidak sendiri. Kita berdakwah bukan semata-mata ingin masuk surga sendirian.
Bukan hanya meningkatkan kualitas diri pribadi namun menyiapkan kader dakwah,
daiyah sholehah sebanyak-banyaknya agar pekerjaan dakwah menjadi lebih ringan.
Ingatlah bahwa kaum kuffar tidak akan pernah berhenti bahkan tidak tidur demi
menghancurkan generasi muda Islam.
Ketujuh, target dari dakwah ini bukan menjatuhkan
martabat orang tertentu. Tujuan Nabi Musa AS berdakwah kepada Fir'aun bukan
untuk menghakiminya namun agar memurnikan aqidahnya untuk Allah semata. Oleh
karena itu sebaiknya jauhi sikap mencaci dan mencela dalam berdakwah. Seorang
muslim tidak akan dengan mudah mengkafirkan muslim lainnya. Pejuang dakwah
datang untuk menjatuhkan kebathilan. Saya jadi teringat sebuah nasyid yang
sangat menggugah. Nasyid Izzatul Islam 'Tekad' yang saya yakin sering menjadi
list di media player komputer para aktivis dakwah.
........
Kami adalah panah-panah terbujur
Yang siap dilepaskan dari busur
Tuju sasaran, siapapun pemanahnya
Kami adalah pedang-pedang terhunus
Yang siap terayun menebas musuh
Tiada peduli siapapun pemegangnya
Asalkan ikhlas di hati tuk hanya Ridho
Ilahi...Robbi
Kami adalah tombak-tombak berjajar
Yang siap dilontarkan dan menghujam
Menembus dada lantakkan keangkuhan
Kami adalah butir-butir peluru
Yang siap ditembakkan dan melaju
Mengoyak dan menumbang kezaliman
Asalkan ikhlas di hati tuk jumpa wajah
Ilahi...Robbi
Kami adalah mata pena yang tajam
Yang siap menuliskan kebenaran
Tanpa ragu ungkapkan keadilan
Kami pisau belati yang selalu tajam
Bak kesabaran yang tak pernah akan padam
Tuk arungi dakwah ini , jalan panjang
.....
Kedelapan, dakwah kepada Allah adalah dakwah
dengan bashirah (hujan yang nyata), bashirah dalam segala hal, mulai dari jalan
dakwah yang lururs, ilmu yang lururs, kondisi dan keadaan obyek dakwah, musuh
dakwah dan metode yang kita gunakan, dan bashirah dengan dirinya sendiri agar
ia mengetahui keinginan dan niatnya hingga tidak menjadi bias dengan urusan
lain dan tercemar dengan urusan-urusan tertentu. Ingat bahwa segala amal
tergantung pada niatnya. Saya berkhusnuzhon bahwa para muslimah yang begabung
di jalan ini bukanlah orang-orang yang hanya ingin numpang ketenaran, memenuhi
list pengalaman untuk CV nya, keren-kerenan pasang badan atau
(naudzubillahimindzalik) ingin menghancurkan dari dalam. Saya juga yakin bahwa
mereka adalah muslimah yang peka, tanggap, solutif dan insya Allah akan selalu
istiqomah dalam jalan yang telah Allah gariskan meski mereka harus mengorbankan
waktu, peluh, harta bahkan mempertaruhkan nyawa karena mereka adalah generasi
rabbani yang dekat dengan tuhannya.
*disarikan dari buku Kiprah Dakwah Muslimah
Tulisan ini dibuat untuk
mentaujih diri pribadi dan saudara-saudari seiman yang kucinta karena Allah.
Keep hamasah kawan !!
Ummat menunggu uluran
tanganmu !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar