BAB
I
PENDAHULUAN
Kebaikan itu memiliki tingkatan yang
berbeda-beda. Demikian juga halnya dengan kejahatan dan dosa. Kebaikan apa saja
yang mempunyai manfaat besar, maka pahalanya di sisi Allah akan besar juga.
Sedangkan kebaikan yang manfaatnya lebih rendah, maka pahalanya pun seimbang
dengan kebaikan tersebut. Sebaliknya, setiap kejahatan yang mudharatnya lebih
besar, maka ia disebut sebagai dosa-dosa besar yang membinasakan dan siksanya
pun sangat berat. Adapun kejahatan yang mudharatnya lebih rendah dari itu, maka
ia tergolong kepada dosa-dosa kecil yang dapat terhapus dengan jalan menjauhi
dosa-dosa besar.
Allah SWT
berfirman didalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 31:
bÎ) (#qç6Ï^tFøgrB tͬ!$t62 $tB tböqpk÷]è? çm÷Ytã öÏeÿs3çR öNä3Ytã öNä3Ï?$t«Íhy Nà6ù=ÅzôçRur WxyzôB $VJÌx.
“Apabila kamu menjauhi dosa-dosa
besar yang telah dilarang bagimu untuk mengerjakannya, maka Kami hapuskan
dosa-dosamu yang kecil dan Kami masukkan kamu kedalam tempat yang mulia
(Surga).”
Dari ayat di atas, jelas terdapat dua macam dosa, yakni dosa besar dan dosa
kecil. Jelas pula bahwa Allah SWT berjanji bahwa jika seorang hamba menjauhkan
diri dari dosa-dosa besar, maka Allah SWT memaafkan kesalahan/dosa kecil yang
pernah dilakukannya. Haruslah kita ingat bahwa terdapat prasyarat untuk
terpenuhinya (janji Allah SWT itu) yakni, semua yang fardlu (wajib) seperti
halnya shalat, zakat, dan puasa, harus tetap dikerjakan dengan tertib dan
teratur, sambil terus berusaha menjauhi dosa-dosa besar, sebab meninggalkan
yang fardlu itupun tergolong melakukan dosa besar. Jadi, jika seorang hamba
melaksanakan semua yang diwajibkan (fardlu) dan meninggalkan perbuatan dosa
besar maka Allah SWT akan memaafkan dosa-dosa kecilnya.
Apakah dosa
itu? Apa sajakah dosa-dosa kecil itu? Dan, apa saja pulakah yang tergolong
dosa-dosa besar?
Dosa adalah
segala perbuatan yang bertentangan dengan kehendak dan perintah Allah SWT.
Sampai disini belum dibedakan besar kecilnya dosa. Abdullah bin Abbas berkata, “ Setiap perbuatan menentang
ajaran Islam adalah dosa besar.”
Berdasarkan
penjelasan diatas, maka setiap seorang muslim sudah selayaknya mampu menjaga
dirinya untuk menghindari dosa-dosa yang dapat menjerumukan dia kedalam lubang
kenestapan, baik di dunia maupun di akhirat, adapun dosa yang tak akan mendapat
ampunan dari Allah Swt. Adalah syirik atau menyekutukan Allah.
InsyaAllah
penulis akan membahas tentang hadits yang berkaitan dengan syirik sebagai
salahsatu dosa besar dari tujuh dosa besrta hadits-hadits lainnya yang mebahas
tentang bahayanya dosa syirik serta ancaman bagi orang-orang musyrik.
BAB
II
PEMBAHASAN
TUJUH MACAM DOSA BESAR
1.
Beberapa
Hadits tentang Syirik
a.
7
Dosa Besar
اِجْتَنِبُواالسَّبْعَ الْمُوْ بِقَاتِ اَلشِّرْكُ
بِاللهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِىْ حَرَّمَ اللهُ اِلاَّ بِالْحَقِّ
وَاٰكِلُ الرِّبَا وَاٰكِلُ مَالِ الْيَتِيْمِ وَالتَّوَ لِّى يَوْمَ الزَّحْفِ
وَقَذْ فَ الْمُحْصَنَا تِ الْغَا فِلاَ تِ الْمُؤْ مِنَا تِ. رواه البخار ى و
مسلم.
ﺍﺨﺭﺠﻪﺍﻟﺑﺨﺎﺭﻯﻓﻰ ׃٥٥ـ ﮐﺘﺎﺏﺍﻟﻭﺻﺎﻴﺎ׃٢٣ـ
ﺑﺎﺏﻗﻭﻝﺍﷲﺗﻌﺎﻟﻰ׃ﺍﻦﺍﻟﺬﻴﻥﻴﺄﻛﻟﻮﻦﺍﻤﻭﺍﻞ ﺍﻟﻴﺘﺎﻤﻰﻈﻟﻤﺎ.
Arti Hadits / ترجمة الحديث :
Hadits Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. dimana beliau bersabda: “ Jauhilah tujuh macam dosa yang
membinasakan.”Para sahabat bertanya: ”Wahai Rasulullah, apakah ketujuh
macam dosa itu?” Beliau menjawab: “Mempersekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa
(manusia) yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak, makan riba, makan
harta anak yatim, lari pada saat pertempuran (dalam jihad) dan menuduh (berbuat
zina) kepada wanita-wanita yang selalu menjaga diri, mukminat dan tidak pernah
berfikir (untuk berzina).”
Al-Bukhari mentakhrijkan hadits ini dalam “Kitab Wasiat” bab tentang firman Allah SWT (yang artinya) : “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta
anak yatim dengan aniaya . . . .“
b.
Syirik
adalah dosa yang tidak dapat diampuni
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ
اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ،
إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَاكَانَ مِنْكَ وَلاَ
أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّماَءِ ثُمَّ
اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي
بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطاَياَ ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكْ بِي شَيْئاً
لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً [رواه الترمذي
وقال حديث حسن صحيح ]
Artinya : “Dari
Anas r.a. dia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Allah ta’ala
berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya Engkau berdoa kepada-Ku dan memohon
kepada-Ku, maka akan aku ampuni engkau, Aku tidak peduli (berapapun banyaknya
dan besarnya dosamu). Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu (sebanyak awan di
langit kemudian engkau minta ampun kepadaku niscaya akan Aku ampuni engkau.
Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau datang kepadaku dengan kesalahan
sepenuh bumi kemudian engkau menemuiku dengan tidak menyekutukan Aku sedikitpun
maka akan aku temui engkau dengan sepenuh itu pula ampunan.” (Riwayat
Turmudzi dan dia berkata: hadits hasan shahih).
c.
Hadits
Bukhari
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا مَهْدِيُّ
بْنُ مَيْمُونٍ حَدَّثَنَا وَاصِلٌ الْأَحْدَبُ عَنْ الْمَعْرُورِ بْنِ سُوَيْدٍ
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَانِي آتٍ مِنْ رَبِّي فَأَخْبَرَنِي أَوْ قَالَ
بَشَّرَنِي أَنَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
دَخَلَ الْجَنَّةَ قُلْتُ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ قَالَ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ
سَرَقَ
Telah
menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Mahdiy
bin Maymun telah menceritakan kepada kami Washil Al Ahdab dari Al Ma'rur bin
Suaid dari Abu Dzar radliallahu 'anhu berkata; Telah bersabda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Baru saja datang kepadaku utusan
dari Rabbku lalu mengabarkan kepadaku" atau Beliau bersabda: "Telah datang
mengabarkan kepadaku bahwa barangsiapa yang mati dari ummatku sedang dia tidak
menyekutukan Allah dengan suatu apapun maka dia pasti masuk surga". Aku
tanyakan: "Sekalipun dia berzina atau mencuri?" Beliau menjawab:
"Ya, sekalipun dia berzina atau mencuri". (H.R.
Bukhari)
2.
Definisi
Syirik
Menurut
bahasa, syirik berarti persekutuan atau bagian, sedangkan menurut istilah agama
adalah mempersekutukan Allah SWT. Dengan selain Allah (makhluk-Nya). Sebagian
ulama berpendapat bahwa syirik adalah kufur atau satu jenis kekufuran. Menyekutukan
Allah yaitu menyamakan dan mensejajarkan selain Allah dengan Allah dalam segala
hal yang menjadi kekhususan bagi-Nya Yang Maha Suci, Maha Tunggal, Tempat
Bergantung Segala Makhluk, dan Yang Maha Esa.
Adapun defines
syirik menurut beberapa tokoh muslim diantaranya adalah:
a.
Menurut
As Syaikh Al Allamah Hafidh bin Ahmad Hakami rahimahullah:
"Syirik itu ialah bila seseorang hamba Allah menjadikan segala yang selain Allah sebagai sesuatu yang sederajat dengan-Nya, sehingga mencintainya seperti mencintai Allah, takut kepadanya seperti takut kepada Allah, mengikutinya di dalam hal yang tidak diridhoi Allah, mentaatinya padahal dengan perbuatannya itu dia bermaksiat kepada Allah, dan mensejajarkan dengan-Nya dalam hal mendapatkan haq peribadatan."
"Syirik itu ialah bila seseorang hamba Allah menjadikan segala yang selain Allah sebagai sesuatu yang sederajat dengan-Nya, sehingga mencintainya seperti mencintai Allah, takut kepadanya seperti takut kepada Allah, mengikutinya di dalam hal yang tidak diridhoi Allah, mentaatinya padahal dengan perbuatannya itu dia bermaksiat kepada Allah, dan mensejajarkan dengan-Nya dalam hal mendapatkan haq peribadatan."
b.
Menurut
As-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Ali Syaikh:
"Yang dinamakan syirik itu ialah menyerupakan makhluk dengan Khaliq Yang MahaTinggi dan mengkuduskan makhluq dengan sifat-sifat kebesaran sebagai sesembahan, sepetrti memiliki kemampuan untuk memberikan kerugian dan kemanfaatan, mampu memberikan apa yang dibutuhkan makhluq dan menahan segala apa yang dibutuhkan makhluq, mampu memenuhi segala do'a Allah, ditakuti dengan sebenar-benarnya takut, dijadikan tempat bergantung harapan kepadanya dan bertawakal kepadanya serta mempersembahkan kepadanya segala macam ibadah yang sesungguhnya semuanya itu hanya boleh ditujukan kepada Allah semata. Maka barangsiapa yang menunjukkan hal-hal tersebut di atas kepada selain Allah, berarti dia telah menyerupakannya dengan Al-Khaliq."
"Yang dinamakan syirik itu ialah menyerupakan makhluk dengan Khaliq Yang MahaTinggi dan mengkuduskan makhluq dengan sifat-sifat kebesaran sebagai sesembahan, sepetrti memiliki kemampuan untuk memberikan kerugian dan kemanfaatan, mampu memberikan apa yang dibutuhkan makhluq dan menahan segala apa yang dibutuhkan makhluq, mampu memenuhi segala do'a Allah, ditakuti dengan sebenar-benarnya takut, dijadikan tempat bergantung harapan kepadanya dan bertawakal kepadanya serta mempersembahkan kepadanya segala macam ibadah yang sesungguhnya semuanya itu hanya boleh ditujukan kepada Allah semata. Maka barangsiapa yang menunjukkan hal-hal tersebut di atas kepada selain Allah, berarti dia telah menyerupakannya dengan Al-Khaliq."
c.
Menurut
Al Imam Muhammad bin Isma'il Al Amir As Shan'ami Al Yamani:
"Barangsiapa berkeyakinan bahwa pohon, batu, kuburan, malaikat, jin, dan manusia hidup atau mati, semuanya itu dapat memberikan kemanfaatan dan mudharat atau menjadi perantara dalam menyampaikan amal ibadah kepada Allah (tanpa seizin-Nya) dan dalam memenuhi keperluan-keperluan dunia, hanya meminta kepada selain Allah itu dan bertawassul dengan selain Allah itu kepada-Nya maka sesungguhnya dia telah melakukan syirik dengan selain-Nya dan berarti dia telah ber'itikadnya dengan 'itikadyang tidak benar sebagaimana 'itikadnya kaum musyrikin terhadap berhala-berhalanya."
"Barangsiapa berkeyakinan bahwa pohon, batu, kuburan, malaikat, jin, dan manusia hidup atau mati, semuanya itu dapat memberikan kemanfaatan dan mudharat atau menjadi perantara dalam menyampaikan amal ibadah kepada Allah (tanpa seizin-Nya) dan dalam memenuhi keperluan-keperluan dunia, hanya meminta kepada selain Allah itu dan bertawassul dengan selain Allah itu kepada-Nya maka sesungguhnya dia telah melakukan syirik dengan selain-Nya dan berarti dia telah ber'itikadnya dengan 'itikadyang tidak benar sebagaimana 'itikadnya kaum musyrikin terhadap berhala-berhalanya."
3.
Jenis-Jenis
Syirik
Ar-Raghib al-Ashfahani menyatakan
bahwa kemusyrikan terdiri dari dua bentuk, yaitu:
a. Syirik
besar, yaitu menetapkan adanya sekutu bagi Allah SWT. Inilah bentuk dosa yang
paling besar.
b. Syirik
kecil, yaitu memperhatikan selain Allah di samping memperhatikan-Nya juga dalam
beberapa urusan. Itulah ria dan nifaq. (Al-Ashfahani, hlm. 266)
Syirikul Akbar (syirik besar) yang akibatnya
dapat membatalkan iman pelakunya. Yang termasuk jenis ini adalah segala bentuk
peribadatan yang ditujukan kepada selain Allah Ta'ala, karena meyakini bahwa
selain Allah itu adalah dzat yang berhak mendapatkan peribadatan tauhid
tersebut sebagaimana peribadatan kepada Allah Ta'ala.
Syirkul
Ashghor (syirik
kecil) yang akibatnya dapat merusak amal ibadah kita namun tidak membatalkan
iman kita. Yang termasuk jenis ini ialah segala macam peribadatan yang
diperuntukkan selain Allah di samping juga mencari ridho Allah. Atau dalam
pengagungan kepada Allah dicampuri dengan niat pengagungan kepada selain Allah.
Pelaku
syirkul akbar dianggap sebagai orang yang keluar dari Islam atau murtad dan
harus disikapi sebagai orang murtad. Sedangkan pelaku syirkul Ashghor dianggap
sebagai seorang muslim yang melakukan kemaksiatan besar. Pelaku syirkul Akbar
dianggap tidak lagi mempunyai amalan sholih di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala,
karena Allah telah menegaskan dalam firman-Nya: "Dan sesungguhnya telah
diwahyukan kepadamu dan nabi-nabi sebelummu, kalau engkau berbuat syirik,
sungguh-sungguh kamu akan menjadi golongan yang merugi." (QS. Az Zumar:
65).
Bahkan
Allah ta'ala tidak akan menimbang amalan mereka di hari kiamat. Mereka ini sesungguhnya
tidak memiliki amalan sholih di sisi Allah, sebagaimana firman-Nya:
"Mereka itulah orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat tuhan mereka dan
terhadap hari perjumpaan dengan-Nya (yakni hari kiamat) sehingga Allah batalkan
amalan mereka. Maka Kami tidak akan menegakkan amal timbangan mereka dihari
kiamat." (QS. Al Kahfi: 105).
Demikianlah
nasib orang yang mati dalam keadaan belum sempat bertaubat dari perbuatan
syirik akbar. Adapun keadaan orang yang mati dalam keadaan belum bertaubat dari
syirkul Ashghor, dia tidak diampuni dosa syiriknya dan akan masuk neraka
walaupun tidak kekal didalamnya. Karena seluruh dosa syirik itu yang akbar
maupun yang ashghor adalah termasuk dalam pernyataan Allah Ta'ala pada
firman-Nya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang
menyekutukan-Nya dengan selain-Nya dan akan mengampuni dosa-dosa selainnya bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. (QS. An Nisa: 84).
Yakni
apabila seseorang mati dalam keadaan membawa dosa syirik mereka tidak akan
diampuni Allah, akan tetapi dia mati dalam keadaan membawa dosa selainnya
(selain dosa syirik), maka dia berada di bawah kehendak Allah Subhanahu Wa
Ta'ala apakah akan diampuni atau akan disiksa di neraka (walaupun tidak kekal
didalamnya) bila menyangkut syirkul Ashghor.
Demikian
dinyatakan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam salah satu
fatwanya tentang syrikul Ashghor. Amalan syirkul ashghor ini hanya membatalkan
amalan yang ada padanya syirik jenis ini. Adapun amalan lainnya yag tidak
terdapat padanya syirik ini, sangat diharapkan untuk diterima Allah Ta'ala
sebagai amalan shalih. Karena pada dasarnya pelaku syirkul ashghor ini masih
tergolong mukmin yang 'ashyi (yang melakukan perbuatan kemaksiatan).
Macam-macam
perbuatan syirik yang tergolong jenis syirkul akbar adalah segala jenis ibadah
yang ditujukan kepada selain Allah Ta'ala karena meyakini bahwa selain Allah
Ta'ala itu berhak mendapatkan peribadatan tersebut. Sedangkan jenis-jenis
ibadah itu banyak sekali, antara lain sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh
Muhammad bin AbdulWahhab rahimahullah sebagai berikut:
Dan
macam-macam Ibadah yang diperintahkan Allah untuk kita amalkan ialah:
·
Al-islam,
·
Al-iman,
dan
·
Al-ikhsan.
Sedangkan
termasuk dalam ibadah adalah do'a dan Al Khauf yakni takut (dengan sangat
kepada yang diimani) :
·
Ar
Raja' yakni berharap (dengan sangat) agar diberi, atau tawakal menyandarkan
hidup sepenuhnya kepada yang di imani),
·
Ar
Rahbah (takut dari ancaman siksaan dari yang di imani),
·
Ar
Raghbah (mempunyai keinginan sangat kuat mendapatkan rahmat dari yang di
imani),
·
Al
Khusyu' (tunduk dan mantap serta tenang terhadap yang di imani),
·
Al
Khsyyah (ketakutan untuk tidak mendapatkan rahmat dari yang diimani),
·
Al
Inabah (bertaubat dari perbuatan syirik dan kembali kepada Islam),
·
Al
Isti'anah (meminta tolong dalam perkara yang makhluk tidak mampu melakukannya),
·
Al
Isti'adhah (meminta tolong dari bahaya yang makhluk tidak mampu mengatasinya),
·
Al
Istighotsah (meminta tolong dalam hal makhluk tidak mampu menolongnya),
·
Bernadzar
(berjanji akan melakukan suatu perkara bagi dzat yang dimuliakan dan diagungkan
bila mendapatkan ni'mat), dan lain-lain yang Allah perintahkan, yang kesemuanya
itu diperuntukkan bagi Allah semata.
Dengan demikian, barang siapa yang mempersembahkan
amalan-amalan tersebut bagi selain Allah maka pelakunya tergolong sebagai
musyrik dan kafir. Selanjutnya syaikh Muhammad bin Abdulwahhab menyatakan bahwa
Syirik Akbar itu ada empat yaitu:
1) Syirkud Dakwah (yakni mempersekukan Allah
dalam berdoa kepada AllahTa'ala dengan berdoa kepada selain-Nya) hal ini
dfirmankan Allah dalam surat Al-Ankabut ayat 65.
2) Syirkun Niyyah wal Iradah wal Qashad (yakni mempersekutukan Allah
dalam hal niat keinginan dan tujuan), yaitu ibadahnya di samping diniatkan
kepada Allah juga diniatkan kepada selain-Nya, menginginkan dengan amalannya
itu selain ridha Allah juga keridhaan dari selain-Nya, atau menujukkan
ibadahnya kepada Allah juga kepada selain-Nya.Sebagaimana firman Allah dalam
surat Hud ayat 15-16.
3) Syirkut Ta'ah (yakni mentaati selain Allah dalam
hal menyatakan baik dan buruknya sesuatu, halal dan haramnya sesuatu walaupun
itu semua diketahui bertentangan dengan syariat Allah. Hal ini dinyatakan dalam
firman Allah dalam surat At-taubah:31 (termasuk syirkut ta'ah ialah bila
seseorang membuat undang-undang yang melanggar syariat Allah dengan
berkeyakinan bahwa undang-undang tersebut lebih baik atau sama baiknya dengan
hukum Allah, sehingga mentaati undang-undang yang menyeleweng dengan syariat
Allah itu dengan sepenuh-penuh ketaatan). Hal ini dinyatakan Allah dalam surat
An Nisa' 65 dan Al An'am 121.
4) Syirkul Mahabbah (yakni menyekutukan Allah
dengan lain-Nya dalam hal mencintai. Karena ibadah itu sendiri adalah
merendahkan diri dengan serendah-rendahnya disertai cinta yang
sepenuh-penuhnya. Menyikapi selain Allah Ta'ala dengan sikap seperti ini
berarti telah melakukan syirkul mahabbah) hal ini dinyatakan oleh Allah dalam
surat Al Baqarah:165.
Macam-macam
perbuatan syirkul ashghor ialah seperti riya' (yakni melakukan atau
meninggalkan sesuatu amal sholih karena Allah, tetapi akan lebih semangat
amalan tersebut bila dilihat manusia). Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh
Allah di dalam surat Al Kahfi: 110 dan dari hadits Nabi shalallauh alahiwasalam
yang diriwayatkan dari Jundab radhiyallahu 'anhu dia mengatakan: Rasulullah
shalallahu 'alahi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang beramal untuk
didengar orang, Allah akan perdengarkan kepalsuannya di hari kiamat, dan
barangsiapa yang beramal untuk dilihat orang, maka Allah akan memperlihatkan
kepalsuannya di hari kiamat di hadapan segenap makhluk. (Riwayat Bukhari dan
Muslim).
Termasuk
syirkul asghar ialah bersumpah dengan selain nama Allah, umpamanya bersumpah
atas nama nabi seperti menyatakan: Wan Nabi (Demi Nabi), atau dengan Ka'bah,
seperti Wal Ka'bah (Demi Ka'bah) atau dengan nama para wali seperti: Wa Syaikh
Abdul Qadir Jailani dan lain sebagainya. Semua ini adalah perbuatan syirkul
asghar bila yang melakukan ini meyakini bahwa dzat yang disebut namanya dalam
sumpah tersebut mulia walau tidak semulia Allah Ta'ala. Akan tetapi bila yang
bersumpah tersebut meyakini bahwa dzat yang disebut itu mempunyai kemuliaan
seperti kemuliaan Allah, maka pelakunya telah melakukan syirkul akbar. Demikin
yang diterangkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin.
4.
Ancaman bagi Orang Musyrik
øÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏèt ¢Óo_ç6»t w õ8Îô³è@ «!$$Î/ ( cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã
“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar". (Q.S. Luqman : 13)
Ayat diatas merupakan
isyarat bahwa perbuatan syirik atau menyekutukan Allah adalah sebuah kezaliman
yang amat besar, sehingga Allah Swt. Memberikan peringatan atau ancaman kepada
siapapun yang berbuat syirik bahwa ia termasuk golongan yang merugi,
sebagaimana yang terdapat dalam Surat Az-Zumar ayat 65 :
ôs)s9ur zÓÇrré& y7øs9Î) n<Î)ur tûïÏ%©!$# `ÏB Î=ö6s% ÷ûÈõs9 |Mø.uõ°r& £`sÜt6ósus9 y7è=uHxå £`tRqä3tGs9ur z`ÏB z`ÎÅ£»sø:$# ÇÏÎÈ
“dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu
dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan),
niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang
merugi.” (Q.S. Az-Zumar : 65)
Menyekutukan Allah SWT merupakan
dosa yang paling besar. Bahkan Allah SWT tidak akan mengampuni dosa musyrik
yang terbawa mati. Allah SWT berfirman, Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa musyrik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(musyrik) itu, bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan siapa saja yang musyrik
kepada Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS An-Nisa [4]:
48). Oleh
karenanya, setidaknya berikut adalah ancaman dari Allah Swt, bagi orang-orang
yang berbuat syirik :
a. Syirik merupakan kezhaliman yang
paling besar. Karena kezhaliman adalah menempatkan sesuatu bukan pada
tempatnya, maka tatkala dia mengangkat hamba menjadi sembahan yang mana itu
bukanlah tempat seorang hamba, maka jadilah dia dikatakan kezhaliman. Dan dia
yang terbesar karena kezhaliman ini dilakukan kepada Allah Ta’ala.
b. Ketika seorang meninggal dalam
keadaan belum bertaubat dari kesyirikan baik syirik akbar maupun asghar, maka
Allah tidak akan mengampuninya. Konsokuensinya dia pasti masuk neraka, dia
kekal di dalamnya kalau itu syirik akbar dan tidak kekal di dalamnya kalau itu
syirik asghar
c. Syirik akbar menghapuskan semua
amalan saleh pelakunya, mulai dari awal umurnya sampai saat dia berbuat
kesyirikan, dan ibadahnya setelah dia berbuat syirik tidak akan diterima oleh
Allah. Jika itu syirik kecil maka yang terhapus hanya amalan yang tengah dia
kerjakan saja dan tidak merembet pada amalan sebelum dan setelahnya.
d. Dia merupakan pimpinan dosa yang
membinasakan karena dia merupakan dosa besar yang paling besar, itu karena
maksiat sebesar apapun -selain kekafiran dan kesyirikan- masih ada peluang
untuk diampuni oleh Allah jika dia meninggal dalam keadaan belum bertaubat,
berbeda halnya dengan kesyirikan yang tidak mempunyai peluang tersebut.
e. Dia wajib masuk neraka dan pantas
mendapatkan siksaan Allah, berdasarkan hadits Jabir dan Muadz yang telah
berlalu pada artikel ‘Tauhid dan Keutamaannya’.
5.
Taubat dari Perbuatan Syirik
Adapun
bertaubat dari perbuatan kedua jenis syirik tersebut harus disesuaikan dengan
jenis syiriknya. Bila bertaubat dari syirik akbar tentunya dengan jalan masuk
Islam kembali, karena pada hakekatnya pelakunya telah murtad (keluar dari
Islam). Sedangkan bretaubat dari syirik ashghor ialah dengan meminta ampun
kepada Allah Ta'ala dan menyempurnakan tauhidnya sehingga terbebas dari kedua
jenis syirik tersebut.
Oleh
karena itu, sebaiknya kita harus lebih memperbanyak waktu untuk mempelajari
tauhid dan segala perbuatan syirik yang akan merusakkannya. Dan setiap saat
kita harus pula bertaubat dari perbuatan syirik baik yang kita ketahui maupun
yang sama sekali tidak kita ketahui dengan senantiasa mengucapkan istighfar,
bahkan baginda Nabi Saw. Sekurang-kurangnya membaca istighfar sebanyak 70 kali.
Allah Swt.
berfirman: “Dan orang-orang yang tidak
menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina,
barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)
dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia
akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina.” (QS. Al-Furqaan [25]:
68-69).Firman Allah Swt. sebagaimana tersebut sering dijadikan dalil bahwa
betapa besar dosa syirik, membunuh, dan berzina. Sungguh, mereka akan kekal
dalam azab dan dalam keadaan terhina.
Penggunaan dalil
tersebut tidak salah; memang demikianlah pembalasan bagi orang-orang yang
berbuat syirik, membunuh, dan berzina. Na’udzu billah tsumma nau’dzu billahi
min dzalik. Akan tetapi, ayat tersebut masih ada lanjutannya,
kecuali (illa…)
bagi orang-orang yang bertaubat, beriman, dan beramal shalih. Selengkapnya,
marilah kita perhatikan ayat selanjutnya sebagai berikut: “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan mengerjakan amal
shalih; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan
mengerjakan amal shalih, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan
taubat yang sebenar-benarnya.” (QS. Al-Furqaan [25]: 70-71)
Subhanallah, sungguh Allah Swt. adalah Dzat Yang Maha Penerima taubat bagi
para hamba-Nya. Sebesar apa pun dosa manusia bila ia datang kepada Allah untuk
memohon ampunan dan bertaubat maka tidak ada penghalang baginya.
Bila dahulu ia
berbuat syirik maka ia datang kepada Allah memohon ampunan dan bertaubat untuk
tidak berbuat syirik lagi; ia membersihkan hatinya dari noda syirik dan tidak
akan berbuat syirik lagi. Demikian pula bila dahulu ia berzina atau membunuh,
maka ia datang kepada Allah dengan memohon ampunan dan bertaubat untuk tidak
berzina atau membunuh lagi.
Pintu taubat
terbuka lebar untuk para pendosa selama ia mau bertaubat dan memohon ampunan.
Senyampang nyawa belum di ujung tenggorokan; senyampang matahari belum terbit
dari barat. Setelah bertaubat, amalannya adalah menebus kesalahan masa lalu
dengan memperbanyak amal shalih.
Orang yang
menyedari ia pernah terjebak denagn Syirik hendaklah ia cepat-cepat bertaubat
kepada Allah. Bertaubat dari Syirik tidak cukup dengan istighfar dan sembahyang
taubat sahaja. Ia hendaklah memenuhi segala rukun yang ditetapkan agama untuk
sahnya taubat seseorang, iaitu;
Pertama; Ia hendaklah meninggalkan segala perbuatan Syirik yang pernah
dilakukannya. Jika ia melakukan Syirik dengan berdoa atau memuja jin, hantu
atau makhluk-makhluk halus yang lain, hendaklah perbuatan itu ditinggalkan dan
ia kembali beribadah dan memohon kepada Allah sahaja. Jika ia melakukan Syirik
kerana melakukan sihir, hendaklah sihir itu ditinggalkan. Jika ia ada
menggantungkan tangkal, hendaklah tangkal itu dibuang.
Kedua; Hendaklah ia menyesali ketelanjurannya melakukan dosa yang
amat dimurkai Allah itu. Jika ia dapat menterjemahkan penyesalan itu dengan
menangis di hadapan Allah itulah yang paling baik. Sabda Nabi s.a.w.; “Dua mata
yang tidak akan disentuh oleh api neraka; (pertama) mata yang menangis kerana
takutkan Allah, dan (kedua) mata yang berjaga malam kerana berkawal di jalan
Allah” (HR Imam at-Tirmizi dari Ibnu ‘Abbas r.a.. Menurut beliau; hadis ini
hasan).
Ketiga; Hendaklah ia berazam bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi
lagi perbuatan Syirik yang pernah dilakukan dulu.
Demikianlah, semoga kita
termasuk orang yang bertaubat, beriman, dan beramal shalih.
BAB III
P E N U T U P
A. KESIMPULAN
Dosa-dosa besar
merupakan segala larangan yang berasal dari Allah maupun Rasul-Nya. Dosa-dosa
besar sangat banyak jumlahnya, diantaranya: syirik, durhaka terhadap kedua
orang tua, membunuh jiwa tanpa hak, saksi palsu, sihir, menuduh mukminat
berzina, membunuh anak karena takut miskin, memakan harta anak yatim, memakan
harta riba, lari dari medan perang, berzina dengan istri tentang dan lainnya.
Dosa-dosa besar
di atas yang merupakan dosa dan kezhaliman yang paling besar serta yang paling
berat hukumannya, yaitu syirik. Allah telah mengharamkan surga bagi orang yang
menyekutukan-Nya dan telah disiapkan baginya neraka sebagai tempat kembali.
Sesungguhnya tidak ada penolong bagi orang-orang yang zhalim.
Selain itu,
durhaka terhadap orang tua juga merupakan dosa besar dan termasuk dosa yang
membinasakan. Sudah sepatutnya kita harus taat terhadap keduanya sesuai dengan
syariat Islam.
Banyak lagi
dosa-dosa besar yang harus dihindari, karena berakibat buruk dan dapat
membinasakan diri sendiri juga orang lain selain yang telah disebutkan di atas.
Setiap orang Islam yang beriman wajib menghindarkan diri dari dosa-dosa besar
tersebut, agar tidak mendapat laknat dari-Nya. Karena Allah menjanjikan
surga-Nya untuk orang-orang yang menhindarkan diri dari padanya dan Allah
menghadiahkan neraka-Nya untuk orang-orang yang mengerjakannya.
Muhammad Abdul Aziz al-Khauli
mendefinisikan dosa besar sebagai dosa yang memiliki kemudharatan yang sangat
besar dan pengaruh negatifnya di masyarakat sangat besar pula. Hal demikian
disebabkan karena mafsadat dan ancamannya yang sangat besar terhadap dosa-dosa
tersebut. (Al-Khauli, tt: 112)
Jika kita mengacu kepada berbagai
definisi di atas, maka yang termasuk dosa-dosa besar itu sangat banyak
jumlahnya. Dengan demikian, tujuh dosa yang membinasakan sesuai dengan sabda
Rasul di atas bukan sebagai pembatas bagi dosa-dosa besar tersebut. Tetapi hal
itu disampaikan oleh Rasulullah sebagai bentuk perhatiannya yang sangat besar
terhadap umatnya agar tidak terjerumus kepada dosa-dosa besar lain yang
mafsadat, hukuman, dan ancamannya seperti ketujuh dosa di atas.
Namun demikian, dari sekian banyak
dosa yang tergolong kepada dosa-dosa besar, dosa musyrik menempati urutan
paling atas (yang terbesar) dari dosa-dosa besar lainnya. Adapun dosa-dosa
besar lainnya yang tidak tercantum dalam hadis di atas, tetapi menjadi kriteria
dosa besar dalam hadis yang lain, di antaranya adalah durhaka terhadap orangtua,
membunuh anak karena kekhawatiran menambah kemiskinan, persaksian palsu atau
dusta, khianat dalam perkara ghanimah, zina, mencuri, meminum minuman keras,
memisahkan diri dari al-jama’ah, menebar fitnah, melanggar bai’at, dan tidak
membersihkan air kencing.
B. SARAN
Para ulama (semoga Allah
merahmati mereka) berpendapat, "Melakukan dosa kecil secara
terus menerus dapat mengakibatkannya menjadi dosa besar". Diriwayatkan
dari Amru Ibnul Ash, Abdulah Ibnu Abbas, dan lainnya, "Tidak ada dosa
besar sama sekali dengan (melakukan) istighfar, dan tidak ada dosa kecil sama
sekali dengan terus menerus melakukannya." Artinya, bahwa dosa besar
itu bisa terhapus dengan memohon ampunan kepada Allah U, dan dosa kecil itu
bisa berubah menjadi dosa besar jika dilakukan terus menerus tanpa istighfar.
Ada juga yang berpendapat, "Yang
dimaksud dengan terus menerus melakukan dosa kecil ialah melakukannya secara
berulang-ulang, karena orang yang bersangkutan tidak memiliki rasa kepedulian
yang besar terhadap agama."
Adapun al-Imam Abu Amr ash-Shalah
dalam fatwa-fatwanya mengatakan : "Dosa besar itu memiliki
tanda-tanda, antara lain ; menuntut pemberlakuan sanksi hukuman atau hadd,
diancam dengan siksa neraka dan lain sebagainya dalam al-Qur’an maupun
as-Sunnah, sementara orang yang melakukannya disebut fasik."
DAFTAR PUSTAKA
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-‘Asqolani, dar As-Salam,
Riyadh, cetakan pertama Tahun 2000 masehi
Al-Minhaj syarh Sohih Muslim, Imam Nawawi, Dar
Al-Ma’rifah
Jami Al-‘Ulum wa Al-Hikam, Ibnu Rojab, tahqiq Al-Arnauth
Tafsir Ibnu Katsir, tahqiq Al-Banna, dar Ibnu Hazm,
cetakan pertama
Silsilah Al-Ahadits As-Sohihah, Syaikh Al-Albani
Tazkiyatun Nufus, Ahmad Farid
Materi Hadits Tentang Islam, Hukum, Ekonomi, Sosial
dan Lingkungan., Dra. Oneng Nurul Badriyah M.Ag
Tidak ada komentar:
Posting Komentar