Kita berhak membuat rencana, sebagus mungkin, sebaik
mungkin dan sedapat
apa yang kita bisa dengan rencana yang kita buat. Namun, jika rencana
tinggallah rencana, maka apa yang harus kita perbuat? Sebenarnya, ini akan
menjadi dilemma bagi kita, ketika harapan yang ingin kita capai tak sesuai
dengan harapan. Bahkan rencana yang telah disusunkan atas nama harapan itu
terpatahkan.
Namun, kita perlu melihat kembali ke belakang. Benarkah
bahwa kita telah berusaha dengan sungguh-sungguh dalam harapan kita, dalam
rencana-rencana yang kita buat. Takdir memang tak bisa dipungkir, dan harapan
yang dibangunpun harus kita paksakan dengan kenyataan yang bersebrangan. Ketika
kita telah bersungguh dengan rencana itu, maka disinilah takdir Tuhan yang
berbicara, dan itu mutlak. Tak dapat diganggu gugat melalui konspirasi apapun.
Inilah saatnya menentukan pilihan berat, saat harapanmu
tak sejalan dengan keinginan orang lain, saat harapanmu tak semestinya ada pada
harapan orang lain. Namun, ambil saja kebaikan dari harapan yang terpatahkan
itu.
“Semua pasti ada
hikmahnya …” begitu kebanyakan orang berkata. Hikmah disni bermakna pasti
ada kebaikan yang tersembunyi yang diinginkan Tuhan untuk kita, hikmah disini
berarti bahwa Tuhan menginkan yang berbeda untuk kita dan menginginkan kebaikan
atas harapan yang terpatkan itu untuk kita. Ya, harapan kita sedang tak sesuai
dengan Rencana Tuhan.
Berserah diri pada-Nya adalah jalan terbaik jika rencana
telah kita susunkan sebaik yang kita bisa, jika usaha telah kita lakukan sekuat
tenaga, jika harapan telah kita gantungkan setinggi yang kita mampu yang kita
dapat. Berserah diri bukan berarti kalah kemudian menyerah, tapi berserah diri
untuk kembali menyuguhkan rencana, usaha dan segala harapan yang lebih baik
lagi.
Yakinlah, dalam setiap harapan yang kita junjungkan
pada-Nya telah tercatat dengan rapi, dan Dia Maha Tahu apa yang terbaik untuk
kita. Tugas kita adalah menyesuaikan rencana kita dengan rencana-Nya. Lalu,
bagaimana agar kita tahu bahwa rencana kita sejalan dengan rencana-Nya?
Disinilah firasat yang berbicara, disinilah prasangka yang berbuat. Jika
firasat kita diasah ketajamannya dengan senantiasa berdekatan dengan-Nya, dan
jika kita selalu berprasangka baik pada-Nya, maka yakinlah kita pasti tahu
bahwa rencana kita sesuai dengan rencana-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar