TUGAS HADITS II
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) -
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID)
CIAMIS
TAHUN AKAEDMIK 2011/2012
1.
Membersihkan
(menghilangkan) najis dan perihal wudlu
a.
Hadist
Tentang Membersihkan Kencing ( LM : 169)
حديث
ابن عباس قال :مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ
فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا
أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَبْرَؤُ
مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ
جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً
قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ
عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا. اخرجه البخارى.
Artinya : “Hadits Ibnu Abbas dimana ia
berkata : “Nabi saw. berjalan melewati dua
kubur, lantas beliau bersabda : “Sungguh kedua orang itu sedang disiksa, dan
keduanya itu disiksa bukan karena dosa besar, salah seorang diantara keduanya
itu tidak menyelesaikannya sampai tuntas sewaktu kencing; sedangkan yang lain
maka ia suka ke sana ke mari mengadu domba”. Kemudian beliau mengambil dahan
pohon yang masih basah dan membelahnya menjadi dua bagian, lalu beliau menancapkannya pada masing-masing kubur itu. Para
sahabat bertanya : “ Wahai Rasulullah,
kenapa Engkau melakukan itu ?“. Beliau bersabda : “ Semoga Allah meringankan
siksa kedua orang itu selama dahan pohon itu belum kering”. (HR. Bukhari Muslim)
b.
Hadist
Tentang Hukum Jilatan Anjing
حديث
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ إِذَا شَرِبَ الْكَلْبُ فِي إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْسِلْهُ سَبْعًا.
اخرجه البخاري
Artinya : Hadist Abi Hurairah dimana ia
berkata: “ Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : “ Apabila anjing minum dalam
bejana salah seorang di antara kamu, maka hendaknya ia membasuhnya tujuh kali”.
Al-Bukhari mentakhrijkan hadits ini dalam “Kitab Wudlu” bab tentang air yang
dipergunakan untuk membasuh rambut seseorang.
c.
Hadist
Tentang bersuci salah satu syarat sahnya shalat ( LM: 134)
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةَ
أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ. اخرجه
البخاري
Artinya: “ Hadist Abu Hurairah r.a. dari
Nabi saw.
dimana Beliau bersabda: “ Allah tidak akan tidak akan menerima shalat
salah seorang diantara kamu ketika berhadas sehingga ia berwudlu”. Al-Bukhari mentakhrijkan
hadist ini dalam” Kitab Tipu Muslihat” bab tentang shalat.
d.
Hadist
Tentang berwudlu secara sempurna ( LM : 135 )
حديث عُثْمَانَ بْنَ دَعَا بِإِنَاءٍ
فَأَفْرَغَ عَلَى كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مِرَارٍ فَغَسَلَهُمَا ثُمَّ أَدْخَلَ
يَمِينَهُ فِي الْإِنَاءِ فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ
ثَلَاثًا وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ ثَلَاثَ مِرَارٍ ثُمَّ مَسَحَ
بِرَأْسِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلَاثَ مِرَارٍ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثُمَّ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَوَضَّأَ
نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. اخرجه البخاري.
Artinya : “Hadist Usman bin Affan dimana ia
minta dibawakan bejana (yang
berisi air) lalu ia menuangkan (air) pada kedua telapak tangan dan membasuhnya
tiga kali, kemudian memasukkan tangan kanannya ke dalam bejana, lalu kumur
serta menghirup dan mengeluarkan air dari hidung, kemudian membasuh muka tiga
kali, dan (membasuh) kedua tangan sampai pergelangan tiga kali, kemudian
mengusap kepala, kemudian membasuh dua kaki sampai mata kaki tiga kali,
kemudian ia berkata : “Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa
yang berwudlu seperti wudluku ini kemudian shalat dua raka’at dimana ia tidak
bercakap-cakap dalam hati sewaktu mengerjakan shalat itu maka diampunilah
dosanya yang telah lewat”. Al-Bukhari mentakhrijkan hadist ini dalam “Kitab Wudlu” bab tentang
wudlu itu tiga kali tiga kali.
2.
Tayammum
dan Mandi Janabah
a. Hadist Tentang Tayammum
1)
LM
: 208 :
حديث
عمار جَاءَ رَجُلٌ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ إِنِّي أَجْنَبْتُ
فَلَمْ أُصِبْ الْمَاءَ فَقَالَ عَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ
أَمَا تَذْكُرُ أَنَّا كُنَّا فِي سَفَرٍ أَنَا وَأَنْتَ فَأَمَّا أَنْتَ فَلَمْ
تُصَلِّ وَأَمَّا أَنَا فَتَمَعَّكْتُ فَصَلَّيْتُ فَذَكَرْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ هَكَذَا فَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِكَفَّيْهِ الْأَرْضَ وَنَفَخَ فِيهِمَا ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ
وَكَفَّيْهِ
اخرجه البخارى
Artinya : Hadits ‘Ammar dimana ada seorang
datang kepada Umar bin Khattab lalu berkata : “Saya
berjunub akan tetapi tidak menemukan air”. Ammar bin Yasir lalu berkata kepada
Umar bin Khattab : “ Apakah kamu tidak ingat
sewaktu kami, saya dan kamu, berada dalam suatu perjalanan, dimana kamu tidak
shalat sedangkan saya berguling-guling di tanah lalu mengerjakan shalat, lantas
saya melaporkan kepada Nabi saw, lalu Nabi saw.
bersabda : “ Sebenarnya kamu cukup melakukan seperti ini”.
Lantas Nabi saw. memukulkan dua telapak tangannya ke tanah
dan meniup kedua telapak tangannya itu kemudian dengan dua telapak tangannya
itu beliau mengusap muka dan kedua telapak tangannya”. Al-Bukhari mentakhrijkan
hadist ini dalam “Kitab Tayamum” bab tentang apakah orang yang bertayamum itu
harus meniup kedua telapak tangannya.
2)
BM
: 139 dan 140
عن
عمار بن يسار قال : بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فِي حَاجَةٍ فَأَجْنَبْتُ فَلَمْ أَجِدْ الْمَاءَ فَتَمَرَّغْتُ فِي الصَّعِيدِ
كَمَا تَمَرَّغُ الدَّابَّةُ ثُمَّ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ أَنْ تَقُولَ
بِيَدَيْكَ هَكَذَا ثُمَّ ضَرَبَ بِيَدَيْهِ الْأَرْضَ ضَرْبَةً وَاحِدَةً ثُمَّ
مَسَحَ الشِّمَالَ عَلَى الْيَمِينِ وَظَاهِرَ كَفَّيْهِ وَوَجْهَهُ
متفق عليه, واللفظ لمسلم
Artinya : Dari Ammar bin yasir, ia berkata :
Nabi saw mengirim saya untuk satu
keperluan, maka saya berjunub, tetapi saya tidak dapati air, lalu saya
berguling di bumi sebagaimana binatang berguling, kemudian saya datang kepada
Nabi saw., lalu saya sebutkan kepadanya yang demikian itu, Maka
sabdanya : “…hanya cukup buatmu, bahwa engkau berbuat
dengan tanganmu begini”, kemudian ia tepukan dua
tangannya ke bumi satu kali, lalu ia sapu kirinya atas kanannya dan di belakang dua tapak tangannya dan mukanya.
Mutaffaq ‘alaih, tetapi lafaz itu bagi muslim.
وفى
رواية للبخارى : وَضَرَبَ
بِكَفَيْهِ الْأَرْضَ, وَنَفَخَ فِيْهِمَا, ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ وَكَفَيْهِ
Artinya : Dan pada suatu riwayat bagi Bukhari : ….dan
ia tepukan dua tapak tangannya ke bumi dan ia tiup kedua-duanya, kemudian ia
sapu dengan (dua tangan) itu akan mukanya dan
dua tangannya (sampai pergelangannya).
b. Mandi Janabah
1)
LM
181 dan 189
حديث
عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عائشة,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ بَدَأَ
فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ
يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي الْمَاءِ فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ
يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى
جِلْدِهِ كُلِّهِ. اخرجه البخارى فى كتاب الغسل الباب الوضوء قبل الغسل.
Artinya : Hadist Aisyah istri Nabi
saw. , bahwasannya apabila Nabi saw. mandi karena jinabah maka beliau memulai
dengan membasuh kedua tangannya, kemudian berwudlu seperti wudlu untuk shalat,
kemudian memasukkan jari-jari tangannya ke dalam air lalu dengan jari-jarinya
itu beliau membersihkan tempat tumbuhnya rambut, kemudian menuangkan air ke
atas kepala tiga cedok dengan kedua tangannya, kemudian beliau mengalirkan air
ke seluruh badannya. Al-Bukhari mentakhrijkannya dalam “ Kitab Mandi” bab
tentang Wudlu sebelum mandi.
حديث
عَائِشَةَ أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَنْ غُسْلِهَا مِنْ الْمَحِيضِ فَأَمَرَهَا كَيْفَ تَغْتَسِلُ قَالَ خُذِي
فِرْصَةً مِنْ مَسْكٍ فَتَطَهَّرِي بِهَا قَالَتْ كَيْفَ أَتَطَهَّرُ قَالَ
تَطَهَّرِي بِهَا قَالَتْ كَيْفَ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ تَطَهَّرِي
فَاجْتَبَذْتُهَا إِلَيَّ فَقُلْتُ تَتَبَّعِي بِهَا أَثَرَ الدَّمِ. اخرجه
البخارى فى : كِتَاب الْحَيْضِ الباب دَلْكِ الْمَرْأَةِ نَفْسَهَا إِذَا
تَطَهَّرَتْ مِنْ الْمَحِيضِ وَكَيْفَ تَغْتَسِلُ
Artinya : Hadis Aisyah bahwasannya ada seorang wanita bertanya
kepada Nabi saw. tentang mandi setelah haid, kemudian beliau
memerintahkannya bagaimana seharusnya ia mandi, dimana beliau bersabda : “Ambilah
kapas yang diberi minyak kasturi lalu bersihkanlah dengan itu”. Wanita itu
bertanya : “Bagaimana cara membersihkan dengannya ?”. Beliau bersabda : “ Bersihkanlah dengannya”. Wanita
itu bertanya lagi : “Bagaimana ?”.
Beliau bersabda : “Subhanallah !
Bersihkanlah dengannya”. Kemudian saya (Aisyah) menarik wanita ittu dan saya
berkata : “Usapkanlah kapas itu pada tempat bekas darah”. Al-Bukhari mentakhrijkan hadist ini dalam “Kitab Haidh” bab
tentang seorang wanita hendaknya menggosok badannya sendiri ketika ia bersuci
dari haidh.
2)
BM
131
عن
أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ : قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي امْرَأَةٌ أَشُدُّ شعر
رَأْسِي, فَأَنْقُضُهُ لِغُسْلِ الْجَنَابَةِ ؟ وفى رواية : والْحَيْضَةِ ؟ قَالَ
لَا إِنَّمَا يَكْفِيكِ أَنْ تَحْثِيَ عَلَى رَأْسِكِ ثَلَاثَ حَثَيَاتٍ رواه مسلم
Artinya : Dari Ummu Salamah, ia berkata : ”Saya bertanya : Ya Rasulullah, sesungguhnya saya seorang
perempuan yang mengikat rambut kepala saya, apakah (wajib) saya buka-dia buat
mandi janabat ? Dan pada satu riwayat
:…..dan (buat mandi) haidh ? Sabdanya : “Tidak! Hanya cukup bagimu bahwa engkau tuang di atas kepala-mu tiga tuangan”. H.R. Muslim.
3.
Ibadah
shalat yang wajib dan yang sunnat
a.
Salat
yang dilaksanakan pada waktunya sebagai salah satu amal utama (LM.52)
حديث
عبد الله بن مسعود قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ
الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ
أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي. اخرجه
البخارى فى : كِتَاب مَوَاقِيتِ الصَّلَاةِ بَاب فَضْلِ الصَّلَاةِ لِوَقْتِهَا
Artinya : Hadits Abdullah bin Mas’ud dimana ia berkata : “Saya bertanya kepada Nabi saw. : “Amal apakah yang paling
disukai oleh Allah ?”. Beliau menjawab :
“Shalat pada waktunya”. Ia bertanya : “kemudian apa ?”. Beliau menjawab : “kemudian berbakti kepada dua orang
tua”. Ia bertanya : “ Kemudian apa ?”.
Beliau menjawab : Berjuang pada jalan Allah”. ‘Abdullah bin
Mas’ud berkata : “Beliau menerangkan yang demikian itu kepada
saya, dan seandainya saya minta tambah (bertanya lagi) niscaya beliau akan
menambah lagi”. Al-Bukhari mentakhrijkan ini dalam “Kitab Waktu-waktu shalat”
bab tentang keutamaan shalat tepat pada waktunya.
b.
Keutamaan
salat berjama’ah(LM : 381)
حديث
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ, أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلَاةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ
وَعِشْرِينَ دَرَجَةً. اخرجه البخاري فى : كِتَاب الْأَذَانِ بَاب فَضْلِ صَلَاةِ
الْجَمَاعَةِ
Artinya : “Hadist Abdullah bin Umar,
bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda : “ Shalat berjama’ah
itu lebih utama 27 derajat daripada shalat sendirian.” Al-Bukhari mentakhrijkan
hadits ini dalam “Kitab Adzan” bab tentang keutamaan shalat berjama’ah.
c.
Salat
qashar( LM : 401)
حديث
انس, قال : خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ
الْمَدِينَةِ إِلَى مَكَّةَ فَكَانَ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ حَتَّى
رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ. سأله يَحْيَى بْنُ أَبِي إِسْحَاقَ قَالَ قال: أَقَمْتُمْ
بِمَكَّةَ شَيْئًا ؟ قال : أَقَمْنَا بِهَا عَشْرًا. اخرجه البخارى فى كِتَاب
التَّقْصِيرِ بَاب مَا جَاءَ فِي التَّقْصِيرِ وَكَمْ يُقِيمُ حَتَّى يَقْصُرَ
Artinya : Hadits Anas, dimana ia berkata : “Kami keluar dari Madinah menuju ke Mekkah bersama-sama Nabi saw., lalu beliau mengerjkan shalat dua raka’at sehingga kami
kembali ke Madinah. ” Yahya bin Ishaq ditanya :
“Berapa lama kamu bermukim (tinggal) di Mekkah ?”. ia menjawab : “Kami bermukim selama sepuluh hari”. Al Bukhari
mentakhrijkan hadits ini dalam “Kitab meng-qashar shalat” bab
tentang meng-qashar dan berapa lama ia boleh meng-qashar.
d.
Salat
jamak(LM: 410)
حديث
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ارْتَحَلَ قَبْلَ أَنْ تَزِيغَ الشَّمْسُ
أَخَّرَ الظُّهْرَ إِلَى وَقْتِ الْعَصْرِ, ثُمَّ نَزَلَ فَجَمَعَ بَيْنَهُمَا
فَإِنْ زَاغَتْ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَرْتَحِلَ صَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ رَكِبَ.
اخرجه البخارى فى : بَاب إِذَا ارْتَحَلَ بَعْدَ مَا زَاغَتْ الشَّمْسُ صَلَّى
الظُّهْرَ ثُمَّ رَكِبَ
Artinya : Hadist Anas bin Malik, dimana ia
berkata : “ Rasulullah saw., apabila berangkat sebelum
matahari tergelincir (ke barat), maka beliau mengakhirkan shalat dhuhur sampai
waktu Ashar, kemudian beliau turun lalu menjama’ kedua shalat itu. Apabila
matahari sudah tergelincir sebelum berangkat, maka Beliau mengerjakan shalat
dhuhur, kemudian beliau naik kendaraan.
e.
Cara
nabi melaksanakan salat malam
حديث
عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا. عَنْ الْأَسْوَدِ قَالَ سَأَلْتُ كَيْفَ
كَانَتْ صَلَاةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاللَّيْلِ
قَالَتْ كَانَ يَنَامُ أَوَّلَهُ وَيَقُومُ آخِرَهُ فَيُصَلِّي ثُمَّ يَرْجِعُ
إِلَى فِرَاشِهِ فَإِذَا أَذَّنَ الْمُؤَذِّنُ وَثَبَ فَإِنْ كَانَ بِهِ حَاجَةٌ
اغْتَسَلَ وَإِلَّا تَوَضَّأَ وَخَرَجَ. اخرجه البخارى في بَاب مَنْ نَامَ أَوَّلَ
اللَّيْلِ وَأَحْيَا آخِرَهُ
Artinya : “ Hadist Aisyah r.a, dari Al Aswad, dimana ia berkata : “Saya bertanya kepada Aisyah r.a. : Bagaimana cara shalat Nabi saw. pada waktu malam ?” Aisyah menjawab : “Beliau biasa tidur pada
permulaan malam dan bangun pada akhir malam, lalu mengerjakan shalat, kemudian
kembali ke tempat tidur. Apabila Muadzin mengumandangkan adzan maka beliau
segera bangun. Apabila beliau mempunyai hajat (berjinabat) maka beliau mandi, dan apabila tidak, maka
beliau mengerjakan wudlu lalu keluar. Al-Bukhari mentakhrijkan hadis ini dalam
Kitab Tahajud bab tentang orang yang tidur pada permulaan malam dan bangun pada
akhir malam.
4.
Halal, yang haram, dan yang shubhat (AN ; 11)
عن
النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْحَلَالُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا
أُمُورٌ مُشْتَبِهَةٌ فَمَنْ تَرَكَ مَا شُبِّهَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ كَانَ
لِمَا اسْتَبَانَ أَتْرَكَ وَمَنْ اجْتَرَأَ عَلَى مَا يَشُكُّ فِيهِ مِنْ
الْإِثْمِ أَوْشَكَ أَنْ يُوَاقِعَ مَا اسْتَبَانَ وَالْمَعَاصِي حِمَى اللَّهِ
مَنْ يَرْتَعْ حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ. اخرجه البخارى في كِتَاب
الْبُيُوعِ بَاب الْحَلَالُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا
مُشَبَّهَاتٌ
Artinya : “ Dari Nu’man r.a., Nabi saw bersabda : “Perkara
halal itu jelas, dan perkara haram juga jelas, dan diantara keduanya ada
perkara-perkara yang Shubhat. Maka barang siapa meninggalkan shubhat dosa maka dia telah berpegang
kepada perkara yang jelas untuk ditinggalkan, dan barang siapa coba-coba
terhadap perkara yang diragukan dari dosa atau ragu termasuk perkara yang jelas
atau maksiat maka itu batasan Allah. Barang siapa menggembala di sekitar batas
hampir saja dia melanggar batas itu. Al-Bukhari mentakhrijkannya pada kita Jual
Beli bab Halal itu jelas dan Haram itu jelas dan diantaranya ada hal yang
subhat.
5.
Melakukan
Amar Ma’ruf Nahi Munkar
a.
Penegak
kebenaran selalu muncul (LM : 1249)
حديث
الْمُغِيرَةَ بْنَ شُعْبَةَ, عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ لَا يَزَالُ نَاسٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ
اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ. اخرجه البخاري في كِتَاب الْمَنَاقِبِ بَاب سُؤَالِ الْمُشْرِكِينَ
أَنْ يُرِيَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آيَةً فَأَرَاهُمْ
انْشِقَاقَ الْقَمَرِ
Artinya : Hadis Al Mughirah bin Syu’bah dari
Nabi saw., ia berkata : “Sekelompok dari ummatku selalu memperjuangkan (kebenaran)
sehingga datang kepada mereka keterangan Allah, sedang mereka menempuh jalan
yang benar. Al-Bukhari mentakhrijkan hadis ini dalam “Kitab Manakib” bab tentang
pertanyaan kaum musyrikin.
b.
Perintah
mencegah kemungkaran (AN : 84)
عن
ابى هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلعم : من دعا الى الهدى كان له من
الأجر مثل اجور من اتبعه لا ينقص ذلك من اجورهم شيئا, ومن دعا الى ضلالة كان عليه
من الأثم مثل اثر من اتبعه لا ينقص من اثارهم شيئا, الحديث اخرجه مسلم ومالك وابو
داود والترمذى
Artinya : Dari Abu Hurairah r.a.,
dia berkata : Bersabda Nabi saw. : Barang siapa mengajak kepada petunjuk maka
baginya pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya, pahala ini tidak
mengurangi pahala orang yang mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa mengajak
kepada ke sesatan maka baginya dosa sebanyak dosa orang yang mengikutinya, dosa
ini tidak mengurangi dosa orang yang mengikutinya sedikitpun. Hadits ini
ditakhrij oleh Muslim, Malik, Abu Dawud dan Tirmidzi.
c.
Siksaan
bagi yang tidak mencegah penganiayaan (RS. 197)
عن
ابي مسعود رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلعم : (( ان اول ما دخل النقص على
بني اسرائيل انه كان الرجل يلقى الرجل فيقول : يا هذا اتق الله ودع ما تصنع فأنه
لا يحل لك, ثم يلقاه من الغد وهو على حاله, فلا يمنعه ذلك ان يكون اكيله وشريبه
وقعيده, فلما فعلوا ذلك ضرب الله قلوب بعضهم ببعض )) ثم قال : { لعن الذين كفرو من
بني اسرائيل على لسان داود وعيسى ابن مريم
ذلك بما عصوا وكانوا يعتدون, كانوا لايتناهون عن منكر فعلوه لبئس ماكانوا يفعلون
ترى كثيرامنهم يتولون الذين كفروا لبئس ما قدمت لهم انفسهم } الى قوله : {فاسقون}
[المائدة]ثم قال ((:كلا, والله لتأمرن بالمعروف, ولتنهون عن النكر. ولتأخذن على يد
الظالم , ولتأطرنه على الحق اطرا,ولتقصرنه على الحق قصرا, او ليضربن الله بقلوب بعضكم
على بعض, ثم ليلعنكم كما لعنهم)) رواه ابو داود والترميذي وقال : حديث حسن
Dari Ibnu Mas'ud r.a.
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya
pertama kali cela yang mengenai kaum Bani Isratl ialah bahwasanya ada
seorang lelaki yang bertemu dengari lelaki lainnya, kemudian orang tadi berkata
kepada kawannya: "Bertaqwalah kepada Allah dan
tinggalkanlah apa yang engkau kerjakan, sebab hal
itu tidak halal untukmu." Kemudian orang itu menemui kawannya pada esok
harinya, sedang kawannya itu masih mengerjakan
sebagaimana keadaannya kemarin, tetapi perbuatannya
yang sedemikian itu tidak menyebabkan ia enggan untuk tetap menjadi kawannya
makan, minum dan duduk bersama. Ketika kaum Bani Israil sudah sama melakukan
yang seperti tadi, Allah lalu memukulkan - membencikan - hati setengah mereka kepada
setengahnya, kemudian beliau mengucapkan ayat - yang artinya: "Orang-orang
kafir dari kaum Bani Israil itu dilaknat atas
lisannya Dawud dan Isa anak Maryam. Yang sedemikian
itu disebabkan mereka durhaka dan melanggar peraturan (78). Mereka tidak saling
larang-melarang pada kemungkaran yang mereka kerjakan, alangkah buruknya apa yang
mereka lakukan itu (79). Engkau melihat kebanyakan mereka itu mengambil
orangorang kafir menjadi pemimpin, sesungguhnya amat
buruklah apa yang mereka kirimkan lebih dulu
untuk diri mereka 16, sehingga firmanNya: "Kebanyakan
mereka adalah orang-orang fasik."
(al-Maidah:
78-81)
Selanjutnya beliau
s.a.w. bersabda :
"Jangan
demikian, demi Allah, niscayalah engkau semua itu wajib memerintahkan kebaikan,
melarang dari kemungkaran, mengambil tangan orang yang zalim – yakni menghentikan
kezalimannya - serta mengembalikannya atas kebenaran yang sesungguhnya, juga
membasmi tindakannya kepada yang hak saja dengan pembatasan yang
sesungguhsungguhnya. Atau jikalau semua itu
tidak dilakukan, maka niscayalah Allah akan memukulkan - membencikan - hati
setengahmu terhadap setengahnya kemudian melaknati - mengutuk - engkau semua
sebagaimana Dia mengutuk mereka - Bani Israil." Diriwayatkan oleh Abu
Dawud dan Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis
hasan. Ini adalah menurut lafaznya Imam 'Abu Dawud.
Adapun lafaznya Imam
Termidzi ialah:
Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Ketika kaum Bani Israil sudah terjerumus dalam berbagai kemaksiatan,
lalu alim ulama mereka itupun melarang mereka, tetapi mereka tidak menghentikan
perbuatan mereka itu. Kemudian alim ulama tadi mengawani mereka dalam duduk,
makan dan minumnya - sebagai menyetujui kemungkaran yang dilakukan itu. Karena
itu Allah lalu memukulkan - membencikan - hati setengah mereka terhadap
setengahnya serta
melaknat mereka atas lidahnya Nabi Dawud dan Isa anak Maryam. Yang sedemikian
itu adalah karena mereka telah melanggar aturan." Kemudian
Rasulullah s.a.w. duduk dan sebelum itu beliau s.a.w. bersandar, lalu meneruskan
sabdanya: "Jangan demikian. Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya.
Laknat itu pasti datang, sehingga engkau semua mengembalikan orang-orang yang
berbuat kemungkaran itu kepada kebenaran yang sesungguh-sungguhnya."
d.
Menyuruh
orang untuk beramar ma’ruf, tetapi tidak melaksanakan sendiri (LM; 1882, RS; 196)
1.
LM;
1882 :
حَدَّثَنَا عَلِيٌّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ
عَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ قِيلَ لِأُسَامَةَ لَوْ أَتَيْتَ فُلَانًا فَكَلَّمْتَهُ قَالَ
إِنَّكُمْ لَتُرَوْنَ أَنِّي لَا أُكَلِّمُهُ إِلَّا أُسْمِعُكُمْ إِنِّي
أُكَلِّمُهُ فِي السِّرِّ دُونَ أَنْ أَفْتَحَ بَابًا لَا أَكُونُ أَوَّلَ مَنْ
فَتَحَهُ وَلَا أَقُولُ لِرَجُلٍ أَنْ كَانَ عَلَيَّ أَمِيرًا إِنَّهُ خَيْرُ
النَّاسِ بَعْدَ شَيْءٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالُوا وَمَا سَمِعْتَهُ يَقُولُ قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ يُجَاءُ
بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ
فِي النَّارِ فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ
النَّارِ عَلَيْهِ فَيَقُولُونَ أَيْ فُلَانُ مَا شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْتَ
تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَانَا عَنْ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْتُ آمُرُكُمْ
بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ وَأَنْهَاكُمْ عَنْ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ
Artinya : Usamah r.a. ketika ditanya : Mengapakah anda tidak pergi kepada pulan itu untuk menasehatinya. Jawabnya: Kalian mengira
aku tidak bicara kepadanya melainkan jika kamu dengar, sungguh aku telah
menasehatinya dengan rahasia, jangan sampai akulah yang membuka pintu, yang aku
tidak ingin menjadi yang pertama kali membukanya, dan kau tidak memuji orang
itu baik meskipun ia pimpinanku setelah aku
mendengar Rasulullah saw.
bersabda: Akan dihadapkan seseorang pada hari kiamat kemudian dibuang ke dalam
neraka, maka keluar usus perutnya di dalam neraka, lalu ia berputar-putar
bagaikan himar yang berputar di penggilingan, maka berkumpullah penghuni neraka
padanya dan berkata : Hei pulan, mengapakah anda ? Tidakkah anda dahulu menganjurkan kami
untuk berbuat baik dan mencegah dari munkar ? Jawabnya: Benar aku menganjurkan kepadamu kebaikan
tetapi aku tidak mengerjakannya, dan mencegah kamu dari mungkar tetapi aku
melakukannya (Bukhari Muslim)
6.
Pakaian
dan Hiasan
a. Pakaian yang menyeret tanah (LM
1349)
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ
الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا
Artinya : Abu Hurairah r.a. berakata: Rasulullah saw bersabda: Pada
hari Kiamat kelak Allah tidak akan melihat dengan pandangan rahmatnya pada orang yang menurunkan kainnya karena
sombong. (Bukhari Muslim).
b. Cara memakai pakaian (RS. 721)
Dari Abu Hurairah r.a.
bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : "Apabila seseorang dari engkau
semua mengenakan terumpah, maka hendaklah mendahulukan yang kanan dan apabila
melepaskannya, maka dahulukanlah yang kiri. Hendaklah yang kanan itu yang
pertama di antara kedua kaki yang dikenakan terumpah dan yang terakhir ketika
dilepaskan." (Muttafaq 'alaih)
c. Memakai cincin emas (LM 1353, 1357)
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ اصْطَنَعَ خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ وَكَانَ يَلْبَسُهُ فَيَجْعَلُ فَصَّهُ
فِي بَاطِنِ كَفِّهِ فَصَنَعَ النَّاسُ خَوَاتِيمَ ثُمَّ إِنَّهُ جَلَسَ عَلَى
الْمِنْبَرِ فَنَزَعَهُ فَقَالَ إِنِّي كُنْتُ أَلْبَسُ هَذَا الْخَاتِمَ
وَأَجْعَلُ فَصَّهُ مِنْ دَاخِلٍ فَرَمَى بِهِ ثُمَّ قَالَ وَاللَّهِ لَا
أَلْبَسُهُ أَبَدًا فَنَبَذَ النَّاسُ خَوَاتِيمَهُمْ
Artinya : Ibn Umar r.a. berkata: Rasullah saw. membuat cincin emas, dan ketika memakainya meletakkan
matanya di bagian dalam tapak tangannya, maka orang-orang juga membuat cincin
emas itu, dan ketika Nabi saw. duduk di atas mimbar tiba-tiba ia mencabut cincinnya sambil bersabda : Sungguh aku telah memakai cincin ini dan
aku letakkan matanya di dalam perut telapak tangan, kemudian melemparkan
(membuang) cincin itu dan bersabda :
Demi Allah aku tidak memakainya lagi untuk selamanya. Maka orang-orang juga
membuang cincin mereka (Bukhari Muslim)
حَدَّثَنِي
يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ
قَالَ حَدَّثَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّهُ رَأَى فِي يَدِ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمًا مِنْ وَرِقٍ يَوْمًا
وَاحِدًا ثُمَّ إِنَّ النَّاسَ اصْطَنَعُوا الْخَوَاتِيمَ مِنْ وَرِقٍ
وَلَبِسُوهَا فَطَرَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
خَاتَمَهُ فَطَرَحَ النَّاسُ خَوَاتِيمَهُمْ تَابَعَهُ إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ وَزِيَادٌ
وَشُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ وَقَالَ ابْنُ مُسَافِرٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَرَى
خَاتَمًا مِنْ وَرِقٍ
Artinya : Anas bin Malik r.a. melihat di jari Nabi Saw, ada cincin
perak pada suatu hari, kemudian orang-orang membuat cincin dari perak dan
mamakainya kemudian nabi meletakkan cincinnya, maka orang-orang melepas cincin
mereka. (Bukhari Muslim).
d. Membuat Tato dan Tahi lalat (LM
1377)
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ
عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ لَعَنَ
اللَّهُ الْوَاشِمَاتِ وَالْمُوتَشِمَاتِ وَالْمُتَنَمِّصَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ
لِلْحُسْنِ الْمُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللَّهِ فَبَلَغَ ذَلِكَ امْرَأَةً مِنْ بَنِي
أَسَدٍ يُقَالُ لَهَا أُمُّ يَعْقُوبَ فَجَاءَتْ فَقَالَتْ إِنَّهُ بَلَغَنِي
عَنْكَ أَنَّكَ لَعَنْتَ كَيْتَ وَكَيْتَ فَقَالَ وَمَا لِي أَلْعَنُ مَنْ لَعَنَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ هُوَ فِي كِتَابِ
اللَّهِ فَقَالَتْ لَقَدْ قَرَأْتُ مَا بَيْنَ اللَّوْحَيْنِ فَمَا وَجَدْتُ فِيهِ
مَا تَقُولُ قَالَ لَئِنْ كُنْتِ قَرَأْتِيهِ لَقَدْ وَجَدْتِيهِ أَمَا قَرَأْتِ { وَمَا آتَاكُمْ الرَّسُولُ
فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا } قَالَتْ بَلَى قَالَ فَإِنَّهُ قَدْ نَهَى
عَنْهُ قَالَتْ فَإِنِّي أَرَى أَهْلَكَ يَفْعَلُونَهُ قَالَ فَاذْهَبِي
فَانْظُرِي فَذَهَبَتْ فَنَظَرَتْ فَلَمْ تَرَ مِنْ حَاجَتِهَا شَيْئًا فَقَالَ
لَوْ كَانَتْ كَذَلِكَ مَا جَامَعْتُهَا
Artinya : Abdullah bin Masud berkata: Allah telah mengutuk wanita
yang membuat tahi lalat palsu dan yang minta dibuatkan, dan mencukur rambut
wajahnya dan yang mengikir giginya (pangur) untuk kecantikan yang mengubah
buatan Allah. Keterangan ini telah didengar oleh seorang wanita Bani Asad
bernama Umi Ya’qub, maka segera ia datang dan bertanya : Aku dengar anda mengutuk ini dan itu ? Jawab Ibnu Masud : Mengapa aku tidak mengutuk orang yang dikutuk oleh
Rasulullah saw. dan itu juga dalam kitab Allah. Umi Ya’qub berkata : Aku telah membaca Kitab Allah dari awal
hingga akhir dan tidak menemukan apa yang anda katakan itu. Ibnu Mas’ud berkata : Jika benar anda membaca pasti menemukannya,
apakah anda tidak membaca ayat : وَمَا آتَاكُمْ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ
عَنْهُ فَانْتَهُوا
dan semua yang diajarkan Rasulullah kepadamu maka terimalah dan semua
yang dilarang hentikanlah. Jawab Umi Ya’qub : Benar. Ibnu Masud berkata : Dan Nabi saw. telah melarang kita semua. Umi Ya’qub
berkata : Tetapi isterimu berbuat itu. Ibnu Masud
menjawab : Lihatlah ke dalam, maka
pergi melihat, ternyata tidak berbuat itu. Ibnu Masud berkata : Andaikan ia berbuat tentu tidak kumpul
dengan kami (Bukhari Muslim)
e. Larangan memakai pakaian lawan jenis
(LM 1628)
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ عَنْ عَمْرٍو عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَ نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ فِينَا
{ إِذْ هَمَّتْ طَائِفَتَانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلَا }
بَنِي سَلِمَةَ وَبَنِي
حَارِثَةَ وَمَا أُحِبُّ أَنَّهَا لَمْ تَنْزِلْ وَاللَّهُ يَقُولُ
{ وَاللَّهُ وَلِيُّهُمَا }
Artinya : Jabi r.a. berkata: Ayat ini turun mengenai kami dari suku
Bani Salamah dan Bani Haritsah, yaitu : إِذْ هَمَّتْ طَائِفَتَانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلَا (Ketika dua golongan dari kami akan gagal
meninggalkan perang bersama Rasulullah saw.)
Tetapi aku tidak suka sekiranya tidak diturunkan lanjutannya: وَاللَّهُ وَلِيُّهُمَا (tetapi Allah melindungi keduanya). (Bukhari Muslim).
7.
Tata
Pergaulan
a. Hati-hati dalam bergaul dengan Ipar
(LM. 1403)
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ
أَبِي الْخَيْرِ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ
الْأَنْصَارِ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ قَالَ الْحَمْوُ
الْمَوْتُ
Artinya : Ugbah bin amir r.a. berkata : Rasulullah saw. bersabda : Awaslah kalian masuk pada wanita yang bukan mahram.
Tiba-tiba seorang ansar bertanya :
Ya Rasulallah, bagaimana jika ipar (alhamwu)? Jawab Nabi saw.: Alhamwu
berarti Almaut.
Ipar itu alhamwu, tetapi Rasulullah
saw. alhamwu dalalm lain arti yang berarti mati. Artinya bahanya sangat
besar, bisa membawa bahaya yang membawa maut.
b. Macam-macam zina bagi Anggota tubuh
(LM. 1707)
حَدَّثَنَا
أَبُو عَاصِمٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ عَنْ عَائِشَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَاعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
إِنَّ أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الْأَلَدُّ الْخَصِمُ
Aisyah r.a. berkata: Nabi saw. bersabda:
Sesungguhnya orang yang sangat dibenci (dimurkai oleh Allah) adalah penentang
yang tegar (keras kepala). (Bukhari Muslim).
8.
Perkawinan
a.
Nikah
sebagai Sunnah Nabi (LM. 885)
حَدَّثَنَا
سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ أَخْبَرَنَا
حُمَيْدُ بْنُ أَبِي حُمَيْدٍ الطَّوِيلُ أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ جَاءَ
ثَلَاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا فَقَالُوا وَأَيْنَ
نَحْنُ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَحَدُهُمْ أَمَّا أَنَا فَإِنِّي
أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا وَقَالَ آخَرُ أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلَا أُفْطِرُ
وَقَالَ آخَرُ أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَدًا فَجَاءَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ فَقَالَ أَنْتُمْ
الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ
وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ
وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي. اخرجه البخاري
في كتاب النكاح باب الترغيب في النكاح
Artinya : Hadist dari Anas bin Malik r.a.
dimana ia berkata : “Ada tiga orang datang ke rumah-rumah istri Nabi saw.
menanyakan tentang ibadah Nabi saw. Setelah diberi tahu, seolah-olah mereka
menganggap ringan ibadah beliau itu, lalu mereka berkata : “Dimanakah kami
(bila dibanding) dari (ibadah) Nabi saw., yang telah diampuni dosanya yang
telah lewat dan yang akan datang”. Salah seorang dari mereka berkata : “Saya
selalu shalat malam selama-lamanya”. Yang lain berkata : “Saya puasa sepanjang
masa dan tidak pernah tidak berpuasa”. Dan yang lain lagi berkata : “Saya
menjauhi wanita dan tidak akan kawin selama-lamanya”.
Kemudian Rasulullah datang dan bersabda :
“Kamu yang berkata begini dan begini ? Ingatlah demi Allah, aku adalah orang
yang paling takut dan paling taqwa kepada Allah di antara kamu sekalian, namun
aku berpuasa dan tidak berpuasa, shalat malam dan tidur, serta aku kawin dengan
wanita, siapa yang tidak senang pada sunnahku maka ia tidak termasuk ummatku.
Al-Bukhari mentakhrijkan hadits ini dalam kitab Nikah bab tentang anjuran untuk
nikah.
b.
Anjuran
Nikah (LM. 884)
حديث عبد الله ابن مسعود عَنْ عَلْقَمَةَ قَالَ كُنْتُ مَعَ عَبْدِ اللَّهِ
فَلَقِيَهُ عُثْمَانُ بِمِنًى
فَقَالَ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ إِنَّ لِي إِلَيْكَ حَاجَةً فَخَلَوَا
فَقَالَ عُثْمَانُ هَلْ لَكَ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ فِي أَنْ نُزَوِّجَكَ
بِكْرًا تُذَكِّرُكَ مَا كُنْتَ تَعْهَدُ فَلَمَّا رَأَى عَبْدُ اللَّهِ أَنْ
لَيْسَ لَهُ حَاجَةٌ إِلَى هَذَا أَشَارَ إِلَيَّ فَقَالَ يَا عَلْقَمَةُ
فَانْتَهَيْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ يَقُولُ أَمَا لَئِنْ قُلْتَ ذَلِكَ لَقَدْ قَالَ
لَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ
اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ. اخرجه البخاري في كتاب النكاح باب
قوله صلعم مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ
Artinya : Hadits Abdullah bin Mas’ud dari
Alqamah, dimana ia berkata : Sewaktu saya bersama-sama dengan Abdullah (bin
Mas’ud), lalu saya bertemu dengan Utsman di Mina, lantas ia berkata : Wahai Abu
Abdir Rahman, sesungguhnya saya mempunyai kepentingan dengan kamu. Kemudian
keduanya memencilkan diri, lalu Utsman berkata : Wahai Abu Abdirrahman, sukakah
kamu saya kawinkan dengan seorang gadis yang dapat mengingatkan kembali masa
mudamu dahulu ?”. Ketika Abdullah merasa tidak punya kepentingan dalam masalah
ini, ia lalu menunjuk saya, dimana ia berkata : Wahai Alqamah. Kemudian saya
datang kepadanya sedangkan ia berkata : Seandainya saya berkata demikian itu,
maka Nabi saw. bersabda kepada kami : “Wahai kelompok pemuda, siapa di antaramu
mampu memikul biaya maka hendaklah ia kawin, dan siapa yang tidak mampu maka ia
harus berpuasa karena puasa itu merupakan perisai baginya. Al-Bukhari
mentakhrijkan hadits ini dalam kitab Nikah bab tentang sabda Nabi saw. : Siapa
diantara kamu mampu untuk memikul biaya maka hendaknya ia kawin.
c.
Larangan
Nikah Mut’ah (LM. 889)
حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ قَزَعَةَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ
ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ وَالْحَسَنِ ابْنَيْ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ
عَنْ أَبِيهِمَا عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ مُتْعَةِ
النِّسَاءِ يَوْمَ خَيْبَرَ وَعَنْ أَكْلِ لُحُومِ الْحُمُرِ الْإِنْسِيَّةِ. اخرجه البخاري في كتاب المغازي باب غزوة خيبر
Artinya : Hadits Ali bin Abi Thalib r.a.,
bahwasanya Rasulullah saw. melarang nikah mut’ah pada hari (perang) Khaibar,
dan juga melarang makan daging keledai peliharaan. Al-Bukhari mentakhrijkan
hadits ini dalam kitab Peperangan tentang perang Khaibar.
d.
Memilih
Calon Isteri (BM. 997)
عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّي اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِاَرْبَعٍ لِمَالِهَا
وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ
يَدَاكَ
Artinya :“Diriwayatkan dari abu
Hurairah r.a bahwa Rasullulah saw bersabda :”Perempuan dinikahi,karena
empat faktor,yaitu karena hartanya,kedudukannya, kecantikannya,dank arena agamanya.
Maka hendaklah engkau memilih yyang beragama, karena akan membawamu pada
kebahagiaan.”(H.R.Bukhori)
مَنْ تَزَوَّجَ اِمْرَأَةً لِحُسْنِهِنَّ لَمْ يَزِدْهُ اللهُ اِلَّا ذِلاًّ
وَمَنْ تَزَوَّجَ لِمَالِهَا لَمْ يَزِدْهُ اللهُ اِلَّا فَقْرًا وَمَنْ تَزَوَّجَهَا
لِحَسَبِهَا لَمْ يَزِدْهُ اللهُ اِلَّا دِنَاءَةً وَمَنْ تَزَوَّجَ
اِمْرَأَةً لَمْ يُرِدْبِهَا اِلاَّ اَنْ يَغُضُّ بَصَرَهُ وَيَحْسُنَ فَرْعَهُ
اَوْ يَصِلَ رَحِمَهُ بَارَكَ اللهُ لَهُ فِيْهَا وَبَرَكَ لَهَا فِيْهِ
Artinya : “Barang
siapa menikahi perempuan karena kemuliaannya maka Allah SWT tidak akan
menambahkan baginya kecuali kehinaan. Barang siapa menikahi karena
hartanya maka Allah SWT tidak akan menambahkan baginya kecuali kefakiran. Dan
barang siapa yang menikahi perempuan karena nasabnya maka Allah tidak akan
menambahkan baginya kecuali kehinaa,Barang siapa yang menikahi perempuan tiada
yang diinginkan kecualu untuk menjaga pandangan dan menjaga kemaluannya atau
untuk menghubungkan tali silaturahmi maka Allah akan memberkahi nya dan
memberkahi perempuan itu dalam permikahannya.
9.
Mahar
dan Wali
a.
Mahar
(LM. 897)
حَديث عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ
تَزَوَّجَنِي
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا بِنْتُ سِتِّ سِنِينَ
فَقَدِمْنَا الْمَدِينَةَ فَنَزَلْنَا فِي بَنِي الْحَارِثِ بْنِ خَزْرَجٍ
فَوُعِكْتُ فَتَمَرَّقَ شَعَرِي فَوَفَى جُمَيْمَةً فَأَتَتْنِي أُمِّي أُمُّ
رُومَانَ وَإِنِّي لَفِي أُرْجُوحَةٍ وَمَعِي صَوَاحِبُ لِي فَصَرَخَتْ بِي
فَأَتَيْتُهَا لَا أَدْرِي مَا تُرِيدُ بِي فَأَخَذَتْ بِيَدِي حَتَّى
أَوْقَفَتْنِي عَلَى بَابِ الدَّارِ وَإِنِّي لَأُنْهِجُ حَتَّى سَكَنَ بَعْضُ
نَفَسِي ثُمَّ أَخَذَتْ شَيْئًا مِنْ مَاءٍ فَمَسَحَتْ بِهِ وَجْهِي وَرَأْسِي
ثُمَّ أَدْخَلَتْنِي الدَّارَ فَإِذَا نِسْوَةٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فِي الْبَيْتِ
فَقُلْنَ عَلَى الْخَيْرِ وَالْبَرَكَةِ وَعَلَى خَيْرِ طَائِرٍ فَأَسْلَمَتْنِي
إِلَيْهِنَّ فَأَصْلَحْنَ مِنْ شَأْنِي فَلَمْ يَرُعْنِي إِلَّا رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضُحًى فَأَسْلَمَتْنِي إِلَيْهِ وَأَنَا
يَوْمَئِذٍ بِنْتُ تِسْعِ سِنِينَ. اخرجه البخاري في كتاب المناقب باب تَزْوِيجِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَائِشَةَ
Artinya : Hadits ‘Aisyah
r.a. dimana ia berkata : Nabi saw. mengawini aku dalam usia enam tahun, lalu
kami berangkat ke Madinah, tinggal di Banil Harits bin Khazraj, lantas aku
sakit panas sehingga rambutku rontok dan tinggal jumainah (rambut yang
memanjang sampai kedua bahu), lalu ibuku ummu Ruman datang kepadaku sementara
aku sedang bermain ayunan bersama-sama dengan kawan-kawanku lantas ibuku
berteriak memanggil aku, maka aku datang kepadanya, tidak tahu apa yang ia
kehendaki dengan memanggil aku. Kemudian depan pintu rumah. Saat ini nafasku
terengah-engah hingga akhirnya tenang kembali. Kemudian ibuku mengambil air
lalu mengusapkannya ke muka dan kepalaku, kemudian memasukkan aku ke dalam
rumah, dan banyak wanita anshar di dalam rumah, lalu mereka berkata :
Berbahagialah dan penuh barakah, dan sungguh sangat beruntung. Kemudian ibuku
menyerahkan aku kepada mereka, lalu mereka menghias diriku, dan aku tidak
menyangka tiba-tiba Rasulullah saw datang kepadaku pada waktu dhuha, lantas
ibuku menyerahkan aku kepada beliau. Waktu itu aku berusia sembilan tahun. Al-Bukhari
mentakhrijkan hadits ini dalam kitab Manakib Anshar bab tentang kawinnya Nabi
Saw dengan Aisyah.
b.
Wali
(BM. 1010)
عن
عائشة قالت : قال رسول الله صلعم : ايماامراة نكحت بغير اذن وليها فنكاحها باطل,
فان دخل بها فلها المهر بما استحل من فرجها, فان اشتجروا فالسلطان ولي من لا ولي
له. اخرجه الاربعة الا النساء وصححة ابو عوانة وابن حبان والحاكم
Artinya : Dari Aisyah
r.a., dia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Seorang perempuan jika
menikah dengan tidak ada izin walinya, maka nikahnya batal, dan jika dia (si
laki-laki) mencampuri dia, maka wajib atasnya membayar mahar untuk kehormatan
yang ia telah halalkan dari perempuan itu; jika mereka bertengkar, maka sultan
itu wali bagi orang yang tidak mempunyai wali.
Dikeluarkan oleh :
Empat Rawi kecuali Nasai dan dishahkan oleh Abu Awanah, Ibnu Hibban dan Hakim.
10. Tradisi
a. Masyarakat mengikuti tradisi
orang-orang terdahulu (LM 1708)
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ الصَّنْعَانِيُّ مِنْ
الْيَمَنِ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي
سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا
وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا
يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Artinya : Abi Said Alkhudri r.a. berkata: Nabi saw. bersabda:
Kalian pasti akan mengikuti jejak orang-orang yang sebelummu, sejengkal demi
sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga bila mereka dahulu itu masuk
lobang biawak pasti kalian mengikutinya. Kami bertanya: Ya Rasulullah, apakah
orang-orang Yahudi dan Nashara ? Jawab Nabi saw : Siapa lagi selain mereka ? (Bukhari Muslim)
b. Dorongan menciptakan tradisi yang
baik ( RS 172)
Dari Abu Hurairah radhiallahu
anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Artinya: “Ada tujuh
golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada
naungan kecuali naungan-Nya.(1)Pemimpin yang adil, (2) Seorang pemuda yang
menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada Rabbnya, (3) Seorang yang hatinya
selalu terikat pada masjid, (4) Dua orang yang saling mencintai karena
Allah Subhanahu wa Ta’ala, berkumpul dan berpisah karena Allah pula,
(5) Seorang lelaki yang di ajak zina oleh wanita yang kaya dan cantik tapi
ia menolaknya seraya berkata ‘Aku takut kepada Allah’, (6) Seseorang yang
bersedekah dengan menyembuyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa
yang dinfaqkan oleh tangan kanannya, serta (7) Seorang yang berzikir
kepada Allah di kala sendiri hingga kedua matanya basah karena
menangis.” (Bukhari Muslim)
11. Pengajaran, Pendidikan dan Anak
a. Pengajaran menghindarkan Kebosanan
(LM. 1796)
حَدَّثَنَا
عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ
أَبِي وَائِلٍ قَالَ كَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُذَكِّرُ النَّاسَ فِي كُلِّ خَمِيسٍ فَقَالَ
لَهُ رَجُلٌ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ لَوَدِدْتُ أَنَّكَ ذَكَّرْتَنَا كُلَّ
يَوْمٍ قَالَ أَمَا إِنَّهُ يَمْنَعُنِي مِنْ ذَلِكَ أَنِّي أَكْرَهُ أَنْ
أُمِلَّكُمْ وَإِنِّي أَتَخَوَّلُكُمْ بِالْمَوْعِظَةِ كَمَا كَانَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِهَا مَخَافَةَ السَّآمَةِ
عَلَيْنَا
Artinya : Abdullah bin Mas’ud r.a. biasa
memberi nasihat kepada orang-orang tiap hari kamis, dan ketika ditanya oleh
seorang : Hai abu Abdirrahman aku ingin sekira anda dapat memberi ajaran dan nasihat itu tiap
hari. Jawab Ibnu Masud :
Sesungguhnya yang mencegah diriku untuk memberi nasihat kepada kalian tiap hari
itu, karena aku khawatir menjemukan kalian, maka aku jarang-jarang memberi
nasihat kepada kalian seperti Nabi saw. dahulu berbuat sedemikian kepada kami
khawatir menjemukan kami. (Bukhari Muslim).
b. Cobaan tentang anak (LM. 1688)
حَدَّثَنَا
بِشْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ
عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي بَكْرِ بْنِ حَزْمٍ
عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ
دَخَلَتْ امْرَأَةٌ مَعَهَا
ابْنَتَانِ لَهَا تَسْأَلُ فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِي شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ
فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ
مِنْهَا ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ فَدَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَلَيْنَا فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ مَنْ ابْتُلِيَ مِنْ هَذِهِ
الْبَنَاتِ بِشَيْءٍ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنْ النَّارِ
Artinya : Aisyah r.a. berkata: Seorang wanita datang kepadanya
membawa dua putrinya minta-minta, karena aku tidak mempunyai apa-apa selain
sebiji kurma maka aku berikan kepadanya, lalu dibagi diantara kedua putrinya
sedang ia sendiri tidak makan, kemudian ia keluar. Maka masuklah Nabi saw. dan aku beritahu keadaan wanita peminta-minta
itu dengan kedua putrinya, lalu Nabi saw. bersabda: Siapa yang diuji oleh Allah
dengan putri-putri maka insya Allah kelak akan menjadi dinding baginya dari api
neraka. (Bukhari Muslim).
c. Anak lahir atas dasar fitrah (LM.
1702)
حَدَّثَنَا
عَبْدَانُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ
أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ
يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ
بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ ثُمَّ يَقُولُ أَبُو
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ {
فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ
اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ }
Artinya : Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi saw. bersabda: Tiada bayi
yang dilahirkan melainkan lahir di atas
fitrah, maka ayah bundanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi,
sebagai lahirnya binatang yang lengkap sempurna. Apakah ada binatang yang lahir
putus telinganya ? Kemudian Abu Hurairah r.a. membaca
: Fitrah yang diciptakan Allah pada semua manusia, tiada perubahan terhadap apa
yang dicipta oleh Allah. Itulah agama yang lurus.
(Bukhari Muslim).
d. Hal-hal yang dilakukan terhadap anak
yang lahir (LM. 1387, 1388)
حَدَّثَنِي
إِسْحَاقُ بْنُ نَصْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ قَالَ حَدَّثَنِي بُرَيْدٌ عَنْ
أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
وُلِدَ لِي غُلَامٌ
فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمَّاهُ
إِبْرَاهِيمَ فَحَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ وَدَعَا لَهُ بِالْبَرَكَةِ وَدَفَعَهُ
إِلَيَّ وَكَانَ أَكْبَرَ وَلَدِ أَبِي مُوسَى
Artinya : Abu Musa r.a. berkata:
Aku mendapat putra maka aku bawa kepada Nabi saw. maka dinamai Ibrahim,
kemudian ditahnikannya dengan kurma dan didoakan berkat, lalu diserahkan
kembali kepadaku, dan ia putraku terbesar (tertua). (Bukhari Muslim).
حَدَّثَنَا
أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ
هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَسْمَاءَ أَنَّهَا حَمَلَتْ بِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ
الزُّبَيْرِ بِمَكَّةَ قَالَتْ فَخَرَجْتُ وَأَنَا مُتِمٌّ فَأَتَيْتُ
الْمَدِينَةَ فَنَزَلْتُ بِقُبَاءٍ فَوَلَدْتُهُ بِقُبَاءٍ ثُمَّ أَتَيْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعَهُ فِي حَجْرِهِ ثُمَّ دَعَا
بِتَمْرَةٍ فَمَضَغَهَا ثُمَّ تَفَلَ فِي فِيهِ فَكَانَ أَوَّلَ شَيْءٍ دَخَلَ
جَوْفَهُ رِيقُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ
حَنَّكَهُ بِالتَّمْرَةِ ثُمَّ دَعَا لَهُ وَبَرَّكَ عَلَيْهِ وَكَانَ أَوَّلَ
مَوْلُودٍ وُلِدَ فِي الْإِسْلَامِ
Artinya : Asma r.a. Ketika mengandung Abullah bin Az Zubair,
berkata: Aku keluar Madinah di waktu bunting tua, sehingga sampai di Quba aku
melahirkan, kemudian aku bawa putraku itu kepada Nabi saw. dan diletakkan di
pangkuan Nabi saw. lalu minta kurma dan dikunyah kemudian disuapkan dalam mulut
bayiku itu, dan itulah yang pertama masuk ke dalam perut anakku itu, yaitu
ludah Rasulullah saw. kemudian didoakan berkat, dan itu pula bayi yang pertama
dilahirkan dalam Islam.
(Bukhari Muslim)
12. Jihad fii
Sabilillah
a. Jihad sebagai salah satu amal utama
(LM. 1237)
حَدَّثَنَا
أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ حَدَّثَنِي
عَطَاءُ بْنُ يَزِيدَ اللَّيْثِيُّ أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ حَدَّثَهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُؤْمِنٌ يُجَاهِدُ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ قَالُوا ثُمَّ مَنْ قَالَ مُؤْمِنٌ فِي
شِعْبٍ مِنْ الشِّعَابِ يَتَّقِي اللَّهَ وَيَدَعُ النَّاسَ مِنْ شَرِّهِ
Artinya : Abu Said Al-Khudri berkata: Rasulullah saw. ditanya:
Siapkah yang lebih utama ?
Jawab Nabi saw. Seorang mu’min yang berjuang fisabilillah dengan jiwa
dan hartanya. Mereka bertanya: Kemudian siapakah ? Jawab Nabi saw: Seorang mu’min yang tinggal di satu lembah untuk
bertaqwa kepada Allah dan menjauhi orang-orang dari kejahatannya. (Bukhari Muslim).
b. Arti Jihad fi Sabilillah (LM. 1243)
حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَمْرٍو عَنْ أَبِي وَائِلٍ
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ الرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِلْمَغْنَمِ وَالرَّجُلُ
يُقَاتِلُ لِلذِّكْرِ وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِيُرَى مَكَانُهُ فَمَنْ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ قَالَ مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Artinya : Abu Musa r.a. Berkata: seorang datang bertanya kepada
Nabi saw.: Seorang yang berperang untuk mendapat ghanimah,
dan ada orang yang berperang untuk nama, dan ada orang yang berperang supaya
dikenal kedudukannya, yang manakah yang disebut fisabilillah itu ? Jawab Nabi
saw.: Siapa yang perang untuk menegakkan kalimatullah
(agama Allah) maka itu fisabilillah.
(Bukhari Muslim).
c. Motivasi jihad yang benar (LM. 1243)
حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَمْرٍو عَنْ أَبِي وَائِلٍ
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ الرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِلْمَغْنَمِ وَالرَّجُلُ
يُقَاتِلُ لِلذِّكْرِ وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِيُرَى مَكَانُهُ فَمَنْ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ قَالَ مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Artinya : Abu Musa r.a. Berkata: seorang datang bertanya kepada
Nabi saw.: seorang yang berperang untuk mendapat ghanimah, dan ada orang yang
berperang untuk nama, dan ada orang yang berperang supaya dikenal kedudukannya,
yang manakah yang disebut fisabilillah itu ? Jawab Nabi saw. Siapa yang perang
untuk menegakkan kalimatullah (agama Allah) maka itu fisabilillah (Bukhari
Muslim)
d. Berbakti kepada orang tua sebagai
salah satu jenis jihad (LM. 1653)
حَدَّثَنَا
آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا حَبِيبُ بْنُ أَبِي ثَابِتٍ قَالَ سَمِعْتُ
أَبَا الْعَبَّاسِ الشَّاعِرَ وَكَانَ لَا يُتَّهَمُ فِي حَدِيثِهِ قَالَ سَمِعْتُ
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَأْذَنَهُ فِي الْجِهَادِ
فَقَالَ أَحَيٌّ وَالِدَاكَ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ
Abdullah bin Amr r.a. Berkata: Seorang datang
kepada Nabi saw. minta izin untuk berjihad. Maka ditanya oleh Nabi saw.: Apakah
kedua ayah bundamu masih hidup ?
Jawabannya: Ya. Sabda Nabi saw.: Di dalam melayani keduanya itulah ada jihad.
(Bukhari Muslim).
e. Menyantun Janda dan orang miskin
sama halnya dengan berjihad fi sabilillah (AN. 45)
عن ابي هريرة رضي الله عنه
قال : قال النبي صلعم : (( الساعي على الأرملة والمسكين كالمجاهد في سبيل الله ))
رواه البخاري ومالك وغيرهما
Artinya: “Orang yang membantu para janda
dan orang miskin adalah seperti orang yang berjihad di jalan Allah atau
seperti orang yang selalu mengerjakan shaum di siang hari dan shalat di malam
hari.”
(Bukhari Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar