Kupu-kupu bersayap gelap, hinggap di lentik daun kenanga. Kata
hijau daun di situ “Kita harus mensyukuri capaian-capaian kecil dalam hidup,
untuk menekan hasrat yang tidak ada habisnya, sekaligus agar tidak merasa
lelah…”
Capung-capung di ujung sulur-sulur padi di sawah berhenti terbang
sejenak, meneduhkan diri dari mentari siang yang terik. Mereka mengucap yang
sama, “Syukuri yang kau punya karena hidup sementara, bekerja untuk keridhaan
Allah karena kau tak tahu hidup kapan batasnya”
Burung kenari mengukir langit dengan sayapnya, meliuk-liuk di
batas angin lalu hinggap di ranting segar pohon willow. Sambil mematuk dahan ia
berbisik, “Jangan bilang kau tak akan berhenti mengejar. Kau berlari dan kau
berhenti. Tapi selalu jagalah mimpimu di tiap perhentian itu, karena kau tahu
bukan? Perjalanan ini panjang!”
Tuan katak di danau Afrika tak kenal lelah berenang dan melompat.
Namun di sudut batu tepi danau itu pula ia berhenti. Sambil menghirup nafas
segar ia berkata, “Aku tahu bukan air deras yang melunakkan batu itu, tapi air
setitik yang terus menerus mengalir. Aku tahu sudah banyak jalan kususuri
selama hidupku, tapi bukan lompatan panjang yang kulakukan, hanya
lompatan-lompatan kecil yang terus menerus kuusahakan”
Kau tahu, dunia ini ada gunung dan ada lembah, ada panas dan ada
dingin. Dalam siklus itu, sudahlah jelas bahwa semua alam berdzikir, semua
menyebut nama-Nya, semua berjalan dalam garis takdir-Nya. Dan kau perhatikan
burung, capung dan kupu-kupu, Rumput, pohon dan batu-batu. Semua seperti diam
bagimu, namun mereka hidup dalam keagungan tasbih. Hanya manusia yang sering
lupa, hanya manusia yang alpa.
Mari istirahat sejenak dalam suasana dzikir …
Sumber: dakwatuna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar