BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan
dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu
sedangkan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk
mengetahui apa yang telah tahu dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti
berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kemestaan yang
seakan tak terbatas. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam
keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang
dicari telah diangkau.
Ilmu
merupakan pengetahuan yang digumuli sejak sekola dasar pendidikan lanjutan dan
perguruan tinggi, berfilsafat tentang ilmu berarti terus terang kepada diri
sendiri. Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia
juga disebabkan metode yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji
kebenarannya secara empiris.
Filsafat
membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran
filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan
kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari
segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya isi alam yang dapat
diamati hanya sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu
melihat yang di atas permukaan laut saja. Semantara filsafat mencoba menyelami
sampai kedasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui
pikiran dan renungan yang kritis.
Sedangkan
pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain.
Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat, sejalan dengan proses
perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari dari
induknya. Pada awalnya pendidikan berada
bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri
dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan
memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup
manusia.
B.
Tujuan
Pembuatan Makalah
1.
Agar
mahasiswa tahu tentang apa yang dimaksud dengan filsafat dan pendidikan.
2.
Agar para mahasiswa dapat memahami tentang hubungan
filsafat dan pendidikan.
3.
Agar mahasiswa dapat memahami tentang perkembangan
aliran filsafat pendidikan.
4.
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami urgensi filsafat
dalam dunia pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
HUBUNGAN
FILSAFAT DAN PENDIDIKAN
A.
PENDIDIKAN
Pendidikan adalah segala usaha
orang dewasa dalam pergaulannya dengananak-anak untuk memimpin perkembangan
jasmani dan rohani kearah kedewasaan.
Secara garis besar pengertian
pendidikan dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a) pendidikan,
b) teori umum pendidikan, dan
c) ilmu pendidikan.
Pengertian pertama, pendidikan
pada umumnya yaitu mendidik yang dilakukan oleh masyarkat umum. Pendidikan seperti ini
sudah ada semenjak manusia ada di muka bumi ini. Pada zaman purba, kebanyakan
manusia memerlukan anak-anaknya secara insting atau naluri, suatu sifat
pembawaan, demi kelangsungan hidup keturunanya. Yang termasuk insting manusia
antara lain sikaf melindungi anak, rasa cinta terhadap anak, bayi menangis,
kempuan menyusu air susu ibu dan merasakan kehangatan dekapan ibu.
Pekerjaan mendidik mencakup
banyak hal yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik,
kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada
perkembangan iman. Mendidik bermaksud membuat manusia menjadi lebih sempurna,
membuat manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya.
Mendidik adalah membudayakan manusia.
Kedua, pendidikan dalam teori
umum, menurut John Dewey pendidikan itu adalah The general theory of
education dan Philoshophy is the general theory of education, dan dia
tidak membedakan filsafat pendidikan dengan teori pendidikan, atau filsafat
pendidikan sama dengan teri pendidikan. Sebab itu ia mengatakan pendidikan
adalah teori umum pendidikan.
Konsep di atas bersumber dari
filsafat pragmatis atau filsafat pendidikan progresif, inti filsafat pragmatis
yang mana berguna bagi manusia itulah yang benar, sedangkan inti filsafat
pendidikan progresif mencari terus-menerus sesuatu yang paling berguna hidup
dan kehidupan manusia.
Ketiga, ilmu
pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan yang
lain membentuk suatu kesatuan. Masing-masing cabang ilmu pendidikan dibentuk
oleh sejumlah teori.
B. FILSAFAT
Filsafat adalah hasil pemikiran dan perenungan
secara mendalam tentang sesuatu sampai keakar-akarnya. Sesuatu disini dapat
berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak terbatas. Bila berarti terbatas,
filsafat membatasi diri akan hal tertentu saja. Bila berarti tidak
terbatas, filsafat membahas segala sesuatu yang ada dialam ini yang sering
dikatakan filsafat umum. Sementara itu filsafat yang terbatas adalah filsafat
ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni dan lain-lainnya.
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang
mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang
sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena
kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja,
sesungguhnya isi alam yang dapat dinikmati hanya sebagian kecil saja. Misalnya
mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di atas permukaan di laut saja.
Sementara itu filsafat mencoba menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk
meraba sesuatu yang ada dipikiran dan renungan yang kritis.
Dalam garis besarnya ada empat cabang filsafat
yaitu: metafisiska, epistemologi, logika, dan etika, dengan kandungan materi
masing-masing sebagai berikut :
1) Metafisika adalah filsafat yang meninjau tentang
hakekat segala sesuatu yang terdapat dialam ini. Dalam kaitannya dengan
manusia, ada dua pandangan menurut Callahan (1983) yaitu :
a. Manusia pada hakekatnya adalah spritual. Yang ada
adalah jiwa tau roh, yang lain adalah semu. Pendidikan berkewajiban membebaskan
jwa dari ikatan semu. Pendidikan adalah untuk mengaktualisasikan diri,
pandangan ini dianut oleh kaum Idealis, Scholastik, dan beberapa Realis.
b. Manusia adalah organisme materi.Pandangan ini dianut
kaum Naturalis, Materialis, Eksprementalis, Pragmatis, dan beberapa Realis.
Pendidikan adalah untuk hidup. Pendidikan berkewajiban membuat kehidupan
menusia menjadi menyenangkan.
2) Epistemologi adalah filfat yang membahas tentang
pergaulan dan kebenaran, dengan rincian masing-masing sebagai beikut :
a. ada lima sumber pengetahuan yaitu:
1) Otoritas, yang terdapat dalam ensiklopedia, buku teks
yang baik, rums dan tabel.
2) Comman sense yang ada pada adat dan tradisi
3) Intuisi yang berkaitan dengan perasaan
4) Pikiran untuk menyimpulkan hasil pengelaman
5) Pengalaman yang terkontrol untuk mendapatkan
pengetahuan secara ilmiah.
b. ada empat teori kebenaran yaitu:
o Koheren, sesuatu akan benar bila ia konsesten dengan
kebenaan umum.
o Koresponden, sesuatu akan benar bila ia dengan tepat
dengan fakta yang jelas.
o Pragmatisme, sesuatu dipandang benar bila
konsekuensinya memberi manfaat bagi kehidupan.
o Skeptivisme, kebenaran dicari secara ilmiah dan tidak
ada kebenaran yang lengkap.
2) Logika adalah filsafat yang membahas tentang cara
manusia berpikir dengan benar. Dengan memahami filsafat logika diharapkan
manusia bisa berpikir dan mengemukakan penadapatnya secara tepat.
3) Etika adalah filsafat yang menguaraikan tentang
perilaku manusia, Nilai dan norma masyarakat serta ajaran agama menjadi pokok
pemikiran dalam filsafat ini. Filsafat etika sangat besar mempengaruhi
pendidikan sebab tujuan pendidikan untuk mengembangan perilaku manusia, anatara
lain afeksi peserta didik.
Junjun (1981) membagi proses perkembangan ilmu
menjadi dua bagian yang seling berkaitan satu dengan yang lain. Tingkat proses
perkembangan yang dimaksud adalah:
1) Tingkat empiris adalah ilmu yang baru ditemukan di lapangan. Ilmu yang masih berdiri
sendiri, baru sedikit bertautan dengan penemuan yang lain sejenis. Pada tingkat
ini wujud ilmu belum utuh, masing-masing sesuai dengan misi penemuannya karena
belum lengkap.
2) Tingkat penjelasan atau teoretis, adalah ilmu yang sudah mengembangkan suatu struktur
teoretis. Dengan struktur ini ilmu-ilmu emperis yang masih terpisah-pisah itu
dicari kaitannya satu dengan yang lain dan dijelaskan sifat kaitan itu. Dengan
cara ini struktur berusaha mengintergrasikan ilmu-ilmu empiris itu menjadi
suatu pola yang berarti.
Dari uraian di atas kita sudah berkenalan dengan
ilmu empiris berupa simpulan-simpulan penelitian dan konsep-konsep serta ilmu
teoretis dalam bentuk teori-teori atau grand theory-grand theory.
Pendidikan adalah merupakan salah satu bidang ilmu.
Sama halnya dengan ilmu-ilmu yang lain, pendidikan lahir dari induknya
filsafat. Sejalandengan proses perkembangan ilmu ilmu pendidikan juga lepas
secara perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya pendidikan bersama dengan
filsafat sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dengan pembentukan
manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan
manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.
C.
HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT
DAN PENDIDIKAN
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait
dengan persoalan logika, yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif
koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan
kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung
dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan
filsafat pendidikan.
Dalam
berbagai bidang ilmu sering kita dengar istilah vertikal dan horisontal.
Istilah ini juga akan terdengar pada cabang filsafat bahkan filsafat
pendidikan.
Antara filsafat dan pendidikan terdapat hubungan
horisontal, meluas kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang
satu dengan yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa yang
merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada
penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran. Filsafat pendidikan
dengan demikian merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis
terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran.
Adapun
filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke
bawah dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar
pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan, perbandingan pendidikan dan
puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertikal antara disiplin ilmu tertentu
adalah hubungan tingkat penguasaan atau keahlian dan pendalaman atas rumpun
ilmu pengetahuan yang sejenis.
Maka
dari itu, filsafat pendidikan sebagai salah satu bukan satu-satunya ilmu
terapan adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada
penerapan pendekatan filosofis pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan hidup dan penghidupan manusia pada umumnya dan manusia yang
berpredikat pendidik atau guru pada khususnya.
Dalam
buku filsafat pendidikan karangan Prof. Jalaludin dan Drs. Abdullah Idi
mengemukakan bahwa Jhon S. Brubachen mengatakan hubungan antara filsafat dan
pendidikan sangat erat sekali antara yang satu dengan yang lainnya. Kuatnya
hubungan tersebut disebabkan karena kedua disiplin tersebut menghadapi
problema-problema filsafat secara bersama-sama.
D.
FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan adalah hasil
pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai keakar-akarnya mengenai
pendidikan. Ada sejumlah filsafat pendidikan yang dianut oleh bangsa-bangsa di
dunia, namun demikian semua filsafat itu akan menjawab tiga pertanyaan pokok
sebagai berikut:
1) Apakah pendidikan itu?
2) Apa yang hendak dicapai?
3) Bagaimana cara terbaik
merealisasikan tujuan itu?
Masing-masing pertanyaan ini
dapat dirinci lebih lanjut. Berbagai pertanyaan yang bertalian dengan apakah
pendidikan itu, antara lain :
1) Bagaimana sifat pendidikan itu?
2) Apakah pendidikan itu merupakan
sosialisasi?
3) Apakah pendidikan itu sebagai
pengembangan individu?
4) Bagaimana mendefinisikan
pendidikan itu ?
5) Apakah pendidikan itu berperan
penting dalam membina perkembangan atau mengarahkan perkembangan siswa?
6) Apakah perlu membedakan
pendidikan teori dengan pendidikan praktek?
Pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan apa yang hendak dicapai oleh pendidikan, antara
lain :
1) Beberapa proporsi pendidikan yang
bersifat umum?
2) Beberapa proporsi pendidikan khusus
yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu?
3) Apakah peserta didik
diperbolehkan berkembang bebas?
4) Apakah perkembangan peserta didik
diarahkan ke nilai tertentu?
5) Bagaimana sifat manusia?
6) Dapatkah manusia diperbaiki?
7) Apakah manusia itu sama atau
unik?
8) Apakah ilmu dan teknologi
satu-satunya kebenaran utama dalam era globalisasi?
9) Apakah tidak ada kebenaran lain
yang dapat dianut pada perkembangan manusia?
Pertanyaan-pertanyaan yang
bertalian dengan cara terbaik merealiasi tujuan pendidikan, anatara lain ?
1) Apakah pendidikan harus berpusat
pada mata pelajaran atau peserta didik?
2) Apakah kurikulum ditentukan lebih
dahulu atau berupa pilihan bebas?
3) Ataukah peserta didik menentukan
kurikulumnya sendiri?
4) Apakah lembaga pendidikan
permanen atau bersifat tentatif?
5) Apakah proses pendidikan berbaur
pada masyarakat yang sedang berubah cepat?
6) Apakah diperlukan kondisi-kondisi
tertentu dalam membina perkembangan anak?
7) Siapa saja yang perlu dilibatkan
dalam mendidik anak-anak?
8) Perkembangan apa saja yang
diperlukan dalam proses pendidikan?
9) Apakah dperlukan nilai-nilai
penuntun dalam proses pendidikan?
10) Bagaimana sebaiknya proses
pendidikan itu, otoriter, primitif, atau demokratis?
11) Belajar menekan prestasi atau
terpusat pada pengembangan cara belajar dan kepuasan akan hasil belajar?
Menurut Zanti Arbi (1988)
Filsafat Pendidikan adalah sebagai berikut.
1) Menginspirasikan
2) Menganalisis
3) Mempreskriptifkan
4) Menginvestigasi
Maksud menginsparasikan adalah
memberin insparasi kepada para pendidik untuk melaksanakan ide tertentu dalam
pendidikan. Melalui filsafat tentang pendidikan, filosof memaparkan idennya
bagaimana pendidika itu, kemana diarahkan pendidikan itu, siapa saja yang patut
menerima pendidikan, dan bagaimana cara mendidik serta peran pendidik. Sudah
tentu ide-ide ini didasari oleh asumsi-asumsi tertentu tentang anak manusia,
masyarakat atau lingkungan, dan negara.
Sementara itu yang dimaksud dengan menganalisis dalam
filsafat pendidikan adalah memeriksa teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat
diketahui secara jelas validitasnya. Hal ini perlu dilakukan agar dalam
penyusunan konsep pendidikan secara utuh tidak terjadi kerancan, umpang tindih,
serta arah yang simpang siur. Dengan demkian ide-ide yang komplek bisa
dijernihkan terlebih dahulu, tujuan pendidikan yang jelas, dan alat-alatnya
juga dapat ditentukan dengan tepat.
Francis Bacon dalam bukunya The
Advencement of Leraning mengemukakan tesis bahwa kebanyakan
pengetahuan yang dimiliki oleh manusia mengandung unsur-unsur valitditas yang
bermanfaat dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari, bila pengetahuan itu
berisikan dari salah satu konsep yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Bacon menggunakan logika induktif sebagai teknik krisis atau analisis untuk
menemukan arti pendidikan yang dapat diandalkan. Melalui pengalaman secara
kritis dengan logika induktif akan dapat ditemukan konsep-konsep pendidikan.
Mempreskriptifkan dalam filsafat pendidikan
adalah upaya mejelaskan atau memberi pengarahan kepada pendidik melalui
filsafat pendidikan. Yang jelaskan bisa berupa hakekat manusia bila
dibandingkan dengan mahluk lain, aspek-aspek peserta didik yang patut
dikembangkan; proses perkembangan itu sendiri, batas-batas bantuan yang bisa
diberikan kepada proses perkembangan itu sendiri, batas-batas keterlibatan
pendidik, arah pendidikan yang jelas , target-target pendidikan bila dipandang
perlu, perbedaan arah pendidikan bila diperlukan sesuai dengan kemampuan,
bakat, dan minat anak-anak.
Johann Herbart dalam bukunya Scence
of education menginginkan agar guru mempunyai informasi yang dapat
dihandalkan mengenai tujuan pendidikan yang dapat dicapai dan proses belajar
sebelum guru ini memasuki kelas. Pondasi pendidikan yang dikontruksi di atas
asumsi yang disangsikan kebenarannya atau di atas tradisi yang masih kabur
perlu segera diganti dengan informasi-informasi yang valid. Suatu informasi
yang direkonstruksi dari atau secara ilmiah.
Yang dimaksud menginvestigasi dalam
filsafat pendidikan adalah untuk memeriksa atau meneliti kebenaran suatu teori
pendidikan. Pendidikan tidak dibenarkan mengambil begitu saja suatau konsep
atau teori pendidikan untuk dipraktikan dilapangan. Pendidik seharusnya mencari
sendiri konsep-konsep pendidikan di lapangan atau melalui
penelitian-penelitian. Untuk sementara filsafat pendidikan bisa dipakai latar
pengetahuan saja. Selanjutnya setelah pendidik berhasil menemukan konsep,
barulah filsafat pendidikan dimanfaatkan untuk mengevaluasinya, atau sebagai
pembanding, untuk kemungkinan sebagai bahan merevisi, agar konsep pendidikan
itu menjadi lebih mantap.
John Dewey dalam bukunya Democracy and
Education menyatakan bahwa pengelaman adalah tes terakhir dari segala
hal. Mereka memandang pengalaman sebagai panji-panji semua filsafat pendidikan
yang mempunyai komitmen terhadap inquiry atau penyelidik.
Filosfo berfungsi memilih pengalaman-pengalaman yang cocok untuk memanjukan
efisiensi sosial. Filsafat pendidikan berusaha menafsirkan proses
belajar-mengajar menurut prosedur pengujian ilmiah dan kemudian memberi
komentar tentang nilai atau kemanfaatannya. Filsafat pendidikan mencari
konsekuensi proses belajar mengajar, apa yang telah dilakukan, apa
kelemahannya, dan bagaimana cara mengatasi kelemahan itu.
Para filosof, melalui filsafat pendidikannya, berusaha
menggali ide-ide baru tentang pendidikan, yang menurut pendapatnya lebih tepat
ditinjau dari kewajaran keberadaan peserta didik dan pendidik maupun ditinjau
dari latar gografis, sosologis, dan budaya suatu bangsa. Dari sudut pandang
keberadaan manusia akan menimbulkan aliran Perennialis, Realis, Empiris,
Naturalis, dan Eksistensialis. Sedangkan dari sudut geografis, sosiologis, dan budaya
akan menimbulkan aliran Esensialis, Tradisionalis, Progresivis, dan
Rekontruksionis.
Berbagai aliran filafat
pendidikan tersebut di atas, memberikan dampak terciptanya konsep-konsep atau
teori-teori pendidikan yang beragam. Masing-masing konsep akan mendukung
filsafat pendidikan itu. Dalam membangun teori-teori pendidikan, filsafat
pendidikan juga mengingatkan agar teori-teori itu diwujudkan diatas
ebenaran berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan. Dengan kata lain, teori-teori
pendidikan harus disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah.
Beberapa aliran filsafat
pendidikan yang dominan di dunia adalah sebagai berikut :
1) Esensialis
Filsafat pendidikan Esesialis bertitik tolak dari
kebenaran yang telah terbukti berabad-abad lamanya. Kebenaran seperti itulah
yang esensial, yang lain adalah kebenaran secara kebetulan saja. Kebenaran
esensial itu adalah kebudayaan klasik yang muncul pada zaman Romawi yang
menggunakan buku-buku klasik ditulis dengan bahasa latin dikenal dengan nama Great
Book.
Tekanan pendidikannya adalah pada
pembentukan intelektual dan logika. Dengan mempelajari kebudayaan Yunani-Romawi
yang menggunakan bahasa latin yang sulit itu, diyakini otak peserta didik akan
terarah dengan baik dan logikanya akan berkembang. Disiplin sangat
diperhatikan, pelajaran dibuat sangat berstruktur, dengan materi pelajaran berupa
warisan kebudayaan, yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga mempercepat
kebiasaan berpikir efektif, pengajaran terpusat pada guru.
2) Perenialis
Filsafat pendidikan Perenialis bahwa kebenaran pada wahyu
Tuhan. Tentang bagaimana cara menumbuhkan kebenaran itu pada diri peserta didik
dalam proses belajar mengajar tidaklah jauh berbeda antara esensialis dengan
peenialis. Proses pendidikan meraka sama-sama tradisional.
3) Progresivis
Filsafat pendidikan Progresivis mempunyai jiwa perubahan,
relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata. Menurut filsafat
ini tidak ada tujuan yang pasti, begitu pula tidak ada kebenaran yang pasti.
Tujuan dan kebenaran itu bersifat relatif, apa yang sekarang dipandang benar
karena dituju dalam kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar.
Ukuran kebenaan adalah yang berguna bagi kehidupan manusia hari ini.
Sebagai konsekuensi dari
pandangan ini, maka yang dipentingkan dalam pendidikan adalah mengembangan
peserta didik untuk bisa berpikir, yaitu bagaimana berpikir yang baik. Hal ini
bisa tercapai melalui metode belajar pemecahan masalah yang dilakukan oleh
anak-anak itu sendiri. Karena itu pendidikan menjadi pusat pada anak. Untuk
mempercepat proses perkembangan mereka juga menekankan prinsip mendisiplin diri
sendiri, sosialisasi, dan demokratisasi. Perbedaan-perbedaan individual juga sangat
mereka perhatikan dalam pendidikan.
4) Rekonstruksionis
Filsafat pendidikan
Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme, yang
menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki (Callahan, 1983).
Meraka bercita-cita mengkonstuksi kembali kehidupan manusia secara total. Semua
bidang kehidupan harus diubah dan dibuat baru aliran yang ektrim. Ini berupaya
merombak tata susunan kehidupan masyarakat lama dan membangun tata susunan
hidup yang baru sekali, melalui lembaga dan proses pendidikan. Proses belajar dan
segala sesuatu bertalian dengan pendidikan tidak banyak berbeda dengan aliran
Progresivis.
5) Eksistensialisi
Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan
atau kebenaran adala eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri.
Adanya manusia didunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap
karena ada manusia. Manusia adalah bebas, akan menjadi apa orang itu ditentukan
oleh keputusan komitmennya sendiri. (Callahan, 1983)
Pendidikan menurut filsafat ini
bertujuan mengembangkan kesadaran individu, memberikesempatan untuk bebas
memilih etika, mendorong pengembangkan pengetahuan diri sendiri, bertanggung
jawab sendiri, dan mengembangkan komitmen diri sendiri. Materi pelajaran harus memberikesempatan aktif sendiri, merencana dan
melaksanakan sendiri, baik dalam bekerja sendiri maupun kelompok. Materi yang dipelajari ditekankan kepada kebutuhan langsung dalam kebutuhan
manusia. Peserta didik perlu mendapatkan pengalaman sesuai dengan
perbedaan-perbedaan individual mereka. Guru harus bersifat demokratis dengan
teknik mengajar langsung.
BAB III
KESIMPULAN
Filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan
kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari
segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Filsafat menjadi sumber dari segala
kegiatan manusia atau mewarnai semua aktivitas warga negara dari suatu bangsa.
Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
yang ada didalam lingkungan masyarakat dan lingkungan. Ilmu pendidikan yaitu
menyelidiki, merenungi tentang gejala-gejalan perbuatan mendidik.
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika,
yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis
dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif
antara filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada
akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam
sampai keakar-akarnya mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan dijabarkan dari
filsafat, artinya filsafat Pendidikan tidak bolah bertentangan dengan filsafat.
Wallahu A’lamu bis shawab …
DAFTAR
PUSTAKA
Fawaid
Al-Fawaid, Ibnul Qoyyim, tahqiq Syaikh Ali Hasan, Dar Ibnul Jauzi.
Suriasumantri, S. Jujun. 1996. Filsafat Ilmu
Sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan
Purwanto, Ngalim. M. 2003. Ilmu Pendidikan
Teoretis dan Praktis, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan
Stimulus Ilmu Pendidikan bercorak Indonesia, Jakarta, PT. Rineka Cipta.Hasan Langgulung, 1986.
Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta:
Pustaka Al-Husna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar