“Allah
(Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah
seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.
Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya)
seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya,
(yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak
pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi,
walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(Q.S. An-Nur [24]: 35)
Pernahkan kita berada di sebuah ruang gelap, tak ada
sedikitpun cahaya, meski setitik. Tak ada. Padahal, barangkali ruang yang ada
disebelah kita begitu terang, bertabur cahaya dan semua benda disekitarnya
begitu nyata. Lalu, apa yang harus kita lakukan agar mendapatkan cahaya itu,
agar ruang yang kita tempati menjadi sedikit benderang ? Ya, kita harus membuka
pintu yang terkunci atau jendela yang tertututup itu.
Cahaya tidak akan pernah sampai pada pintu yang terkunci,
dan cahaya tak akan menembus ruang kita jika jendela dalam keadaan tertutup.
Ini hanya gambaran sederhana tentang hati kita, hati yang
mungkin tengah dilanda galau dan rentan emosi. Ketika jiwa kita dirundung batu
pilu, seolah kita berada pada sebuah labirin yang terus membingungkan, semakin
kita berjalan semakin terperosok pula kita pada putarannya yang tak tentu arah,
yang tak kita ketahui dimana semuanya akan berujung dan semua jalan yang kita
lalui berujung pada kebuntuan.
Sebenarnya, kegalauan yang menyelimuti, kegelisahan yang
menghantui, kekalutan yang mengerubungi dan setiap guncangan resah yang menimpa
adalah buah dari perbuatan kita, jangan sampai menyalahkan orang lain yang ada
disekitar kita, selalulah berkaca bahwa semua bermula dan berakhir dari kita,
oleh kita dan untuk kita. Karena kitalah yang telah membuatnya, maka sudah
semestinya kitalah yang mengakhirinya. Kembali kepada track yang kita inginkan,
agar lebih baik.
Sering-seringlah melihat sekitar, karena mungkin kita
akan menemukan sebentuk hati yang bening. Berjalanlah dengan mata yang menatap,
agar tak ada satupun cerita yang terlewatkan dari pandangan kita. Karena dari
pandanganlah semua bermula, kita merasa tertarik pada sesuatu, kita merasa
terpikat akan suatu hal dan kita mengikutinya dengan penuh kesadaran.
Jadi, mulailah buka pintu hati kita yang selama ini
mungkin terkunci rapat agar cahaya itu masuk. Cahaya terus mengetuk dengan
lembut, namun seringkali kita acuh
terhadapnya. Marilah kita mulai buka jendela jiwa kita, agar binar mentari menyapa
dalam setiap rung sempit kita, menyadarkan kita yang tengah terlelap dalam
ketidak pastian. Cahaya itu dekat, teramat dekat. Dan dibutuhkan keberanian
dari hati dan jiwa kita untuk membuka sedikit saja pintu hati dan jendela jiwa
yang selama ini kita tutup.
Cahaya itu ada dimana-mana, sejauh mata kita memandang,
sesayup kita mendengar dan selama kita mendengkur. Ia berkali-kali mengetuk dan
menunggu sahutan kita, menanti jawab salam dan mempersilakannya masuk. Dan
cahaya itu adalah hidayah. Hidayah yang dikaruniakan-Nya kepada kita untuk kita
nikmati dan kita maknai dalam setiap langkah.
Tak usah malu saudaraku, karena ia tak akan mempermalukan
kita. Ia tak akan mengungkit kesalahan kita dimasa lampau, justru ia memberikan
harapan baru di masa mendatang serta menjanjikan pengampunan dari-Nya. Tak
perlu khawatir ia akan menyilaukan kita, karena ketulusannya akan mengubah kita
menjadi menusia bijak dan berbelas kasih. Hidayah diperuntukan kepada siapa
saja yang Dia kehendaki, dan hidayah jatuh dimana saja dan kepada siapa saja
yang mau menggamitnya, memeluknya dengan erat hingga akhir hayat. Sebagaimana Allah berfirman “Cahaya di atas cahaya
(berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki,
dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.”
Semoga kita termaktub dalam golongan
yang Dia kehendaki, yang diberikan titisan cahaya keindahan hidup, yang
diberikan hak untuk menikmati ketenangan jiwa dan dijanjikan keistimewaan
surga-Nya kelak dengan kendaraan hidayah-Nya yang Maha Agung.
Rabbana ...
Tunjukanlah jalan Mu yang lurus
Jalan yang bukan Engkau murkai
Tunjukanlah kami kepada hidayah Mu
Terangilah dengan cahaya Mu yang
tiada pernah padam
Ya Rabbi bimbinglah kami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar