Entah perasaan apa yang menyelimutiku ketika kau
hendak menjauh. Bukan menjauh dari perasaanku, bukan menjauh dari hatiku, bukan
pula menjauh dari cinta dan kasih saying yang telah ditautkan. Engkau menjauh
dari peredaran hidupku dalam keseharaian.
Sebenarnya, ini sangat berat bagiku. Untuk ku alami
yang ketiga kalinya, setelah masa lalu aku tak berhasil mempertahankan segala
obsesiku tentang seseorang yang kucintai engan sepenuh hati. Entah trauma atau
hanya ketakutan yang wajar, tapi ini membuatku merasa gundah, teramat gundah,
karena aku tak ingin terperosok kedalam lubang yang sama untuk yang ketiga
kalinya. Karena aku tak ingin mengulang sejarah menyakitkan yang sama tentang
cinta yang kandas karena jarak dan terbatasnya waktu.
Hingga saat ini aku masih tetap memendam keresahan
ini, apakah engkau harus tahu atau tidak, semakin membuatku resah.
Sayang, seandainya aku memiliki kekuatan yang lebih
untuk menahanmu tidak menjauh dariku, pasti akan kulakukan. Aku ingin
mengikatmu dengan kepastian, namun ternyata aku masih terbelenggu dengan alas
an klasik yang sama pada masa silam, dan entah sampai kapan ini berlaku, hanya
aku yang patut memastikan atas sebuah keputusan mahas besar ini.
Sekali lagi aku katakana, bahwa aku sangat mencintaimu
dengan sepenuh hati, menyayangimu dengan sepenuh jiwa. Semoga saja ruang dan
waktu yang menyekat perjalan kita mampu tertembus pada saat yang telah
ditentukan, yaitu ketika aku pasti meminangmu dengan kalung kebahagiaan dan
kuselipkan cincin keabadian.
Ini hanya catatan kecilku. Ini hanya kegundahanku yang
melampaui keterbatasanku. Semoga kau mengerti, bahwa ini memang berat tapi aku
tetap dalam keadaan tak berdaya, dan dengan dalih yang sama, yaitu untuk
kebaikanmu. Untuk kebaikan masa depan kita, katamu. Semoga …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar