Oleh: Jajang Jamaludin
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Proses pendidikan dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari
peran pendidik dan peserta didik itu sendiri. Berhasil atau gagalnya pendidikan
diantaranya ditentukan oleh kedua komponen tersebut. Mulai dari kemapanan ilmu pengetahuan
pendidik, sampai kemampuan pendidik dalam menguasai objek pendidikan, berbagai
syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik, motivasi belajar peserta
didik, kepribadian anak didik dan tentu saja pengetahuan awal yang dikuasai
oleh peserta didik. Agar hasil yang direncanakan tercapai semaksimal mungkin.
Disinilah pentingnya pengetahuan tentang subjek pendidikan.
Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia di dalamnya menyimpan
berbagai mutiara yang mahal harganya yang jika dianalisis secara mendalam
sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Diantara mutiara tersebut adalah
beberapa konsep pendidikan yang terkandung dalam Al-Quran, diantara konsep
tersebut adalah konsep awal pendidikan, kewajiban belajar, tujuan pendidikan
dan subjek pendidikan.
Keluasan Al-Quran dalam konsep pendidikan tersebut telah
mendorong penulis untuk menggali salah satu dari konsep tersebut, untuk itu dalam
makalah ini penulis akan mencoba memaparkan sedikit tentang salah satu konsep
tersebut, yaitu yang berhubungan dengan subjek pendidikan dengan harapan dapat lebih
memahami bagaimana subjek pendidikan menurut Al-Quran.
B.
Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis dengan berdasarkan kepada tujuan-tujuan
di bawah ini :
1.
Untuk mengetahui bagaimana
konsep subjek pendidikan.
2.
Untuk mengetahui bagaimana
tafsir QS. Ar-Rahman ayat 5-6 dan QS. An-Nahl ayat 43-44.
3.
Untuk mengetahui bagaimana
konsep subjek pendidikan menurut QS. Ar-Rahman ayat 5-6 dan QS. An-Nahl ayat
43-44.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Subjek pendidikan
Subjek pendidikan sangat berpengaruh sekali terhadap
keberhasilan atau gagalnya pendidikan (Langgulung, 1992), disebabkan banyak hal
yang melatarbelakangi sipendidik.
Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung
jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang
disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan.
Subjek pendidikan yang dipahami kebanyakan para ahli
pendidikan adalah orang tua, guru-guru di institusi formal (disekolah) maupun
non formal dan lingkungan masyarakat, sedangkan pendidikan pertama (tarbiyatul
awwal) yang kita pahami selama ini adalah rumah tangga (orang tua). Sebagai
seorang muslim kita harus menyatakan bahwa pendidik pertama manusia adalah
Allah dan yang kedua adalah Rasulullah. Sebagaimana dapat kita lihat dalam
surat al-‘Alaq (96) 4-5 (Shihab, 2004 : 65).
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dalam surat al-Baqarah (2): 31
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang
benar orang-orang yang benar!"
Dalam Surat al-Rahman, ayat 1-4
Artinya: (Tuhan) yang Maha pemurah, Yang telah mengajarkan
Al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.
Untuk mendapatkan keterangan yang jelas tentang subjek
pendidikan kita harus melihatnya dari definisi yang ada.
1.
Pengertian pendidik
Secara etimologi pendidik adalah orang yang memberikan
bimbingan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang
melakukan kegiatan dalam bidang pendidikan. Kata tersebut seperti “teacher”
artinya guru yang mengajar dirumah.
Sementara itu bila kita merujuk kepada hasil konferensi
internasional Islam I di Mekah
tahun 1977, pengertian pendidikan mencakup tiga pengertian sekali gus yakni tarbiyah,
ta’lim, ta’dib. Dapat kita ambil pemahaman, pengertian pendidik dalam islam
adalah Murabbi, Mu’allim dan Mu’addib.
Pengertian mu’allim mengandung arti konsekuensi bahwa
pendidik harus mu’allimun yakni menguasai ilmu, memiliki kreatifitas dan
komitmen yang tinggi dalam mengembangkan ilmu.Sedangkan konsep ta’dib
mencakup pengertian integrasi antara ilmu dengan amal sekaligus, karena apabila
dimensi amal hilang dalam kehidupan seorang pendidik, maka citra dan esensi
pendidikan Islam itu akan hilang.
Selanjutnya dalam bahasa Arab dijumpai kata ustaz,
Mudarris, Mu’allim, dan mu’addib. Secara keseluruhan kata-kata tersebut
terhimpun dalam satu kata pendidik karena semua kata tersebut mengacu kepada
seorang yang memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kepada orang
lain.
Secara terminologi terdapat beberapa pendapat pakar
pendidikan tentang pengertian pendidik, antara lain:
1.
Ahmad D. Marimba
mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik.
2.
Ahmad Tafsir menyatakan
bahwa pendidik dalam Islam sama dengan teori di barat yaitu siapa saja yang
bertanggung jawab terhadap peserta didik.
3.
Muri Yusuf, mengemukakan
bahwa pendidik adalah individu yang mampu melaksanakan tindakan mendidik dalam
situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.
Pendidik
Orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dapat
dikelompokkan menjadi dua:
a.
orang tua
orang
tua disebut pendidik kodrati, karena mereka mempunyai hubungan darah dengan
anak. Disebut juga orang yang menjadi pendidik pertama. Sebab secarea alami
anak padan masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah orang tuanya. Kalau
orang tua sudah meninggal maka tugas ini digantikan oleh orang yang bertanggung
jawab mendidik anak dalam keluarga, dikenal juga dengan istilah wali.
b.
orang lain seperti
Guru, Dosen, Pelatih, Pembimbing, juga masyarakat.
Dalam
alQur’an Allah mencontohkan bagaimana nabi9 Isa belajar kepada khaidir.
Sebagimana terdapat dalam surat al-Kahfi(18) ayat 66
Artinya:
Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu?"
Sejalan
dengan tuntunan perkembangan manusia, orang tua dalam situasi tertentu atau
sehubungan dengan bidang kajian tertentu tidak dapat memenuhi semua kebutuhan
pendidikan anaknya. Untuk itu mereka melimpahkan tanggung jawab mereka kepada
orang lain yang mereka anggap pantas dan professional. Pelimpahan itu bukan
berarti tanggung jawab orang tua dalam pendidikan tidak ada lagi, justru disini
orang tua benar-benar harus punya kemampuan dalam menyikapi perkembangan
sianak. Dikarenakan banyaknya mereka temui yang akan mempengaruhi perkembangan
moral, emosiona, dan kematangan berfikir mereka (anak).
3.
Syarat pendidik
a.
Syarat fisik
Seorang
pendidik harus berbadan sehat, tidak memiliki penyakit yang mungkin akan
mengganggu pekerjaannya. Seperti penyakit menular.
b.
syarat psikis
seorang
pendidik harus sehat jiwanya (rohani)nya, tidak mengalami gangguan jiwa, stabil
emosi, sabar, ramah , penyayang, berani atas kebenaran, mempunyai jiwa
pengabdian, bertanggung jawab dan memiliki sifat-sifat positif yang lainnya.
c.
syarat keagamaan
seorang
pendidik harus seorang yang beragama dan mengamalkan agamanya. Disamping itu
dia menjadi figur dalam segala aspek kepribadiannya. Sebagaimana firman Allah
dalam surat an-Nahal (16): 43-44
Artinya:
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri
wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan[Yakni: orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang
Nabi dan kitab-kitab] jika kamu tidak mengetahui.
Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al
Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka[Yakni:
perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam
Al Quran] dan supaya mereka memikirkan.
d.
Syarat teknis
Seorang
pendidik harus memiliki ijazah sebagai bukti kelayakan pendidik menjadi seorang
guru.
e.
Syarat Pedagogis
Seorang
pendidik harus menguasai metode pengajaran, menguasai materi yang akan
diajarkan, dan ilmu lain yang mendukung ilmu yang dia ajarkan.
f.
syarat administrative
syarat
pendidik harus diangkat oleh pemerintah, yayasan atau lembaga lain yang
berwenang mengangkat guru. Sehingga ia diberi tugas untuk mendidik dan
mengajar. Dan dia benar-benar mengabdikan dirinya sepenuh hati dalam provesinya
sebagai gurun.
Semua ketentuan tentang pendidik di atas, itu hanya terbatas
pada kriteria pendidik dalam dunia pendidikan, karena itu cakupannya lebih
sempit dan terbatas. Untuk melengkapi kriteria subjek pendidikan dalam arti
yang luas, berikut akan kami paparkan Tafsir surat Ar-Rohman ayat 5-6 dan
An-Nahl ayat 43-44.
B.
Tafsir Surat
Ar-Rahman ayat 5-6 dan An-Nahl 43-44
1.
Tafsir Ar-Rahman
ayat 5-6
الشَّمْسُوَالْقَمَرُبِحُسْبَانٍ (5)وَالنَّجْمُوَالشَّجَرُيَسْجُدَانِ
(6)
5.
Matahari dan bulan
(beredar) menurut perhitungan
6.
Dan tumbuh-tumbuhan
dan pepohonan, kedua-duanya tunduk kepada-Nya.
Ayat ini memiliki korelasi yang kuat dengan ayat sebelumnya
(1-4).
Artinya:
(Tuhan) yang Maha pemurah, Yang telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan
manusia. Mengajarnya pandai berbicara.
Ar-Rahman ayat 1-4 ini menjelaskan tentang bagaimana Allah
dalam sifatnya Yang Maha Kasih Sayang telah mengajarkan Al-Quran kepada Nabi
Muhammad saw. untuk kemudian dijadikan landasan utama bagi kaum muslimin dalam
mengarungi kehidupan di dunia. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Malik dalam kitab Muwaththa :
تَرَكْتُفِيكُمْأَمْرَيْنِلَنْتَضِلُّوامَاتَمَسَّكْتُمْبِهِمَاكِتَابَاللَّهِوَسُنَّةَنَبِيِّهِ
Aku
telah meninggalkan 2 perkara untuk kalian, kalian tidak akan sesat selama
berpegang teguh kepada keduanya, yakni kitabullah (Al-Quran) dan sunnah Nabi-Nya.
Kemudian Allah menciptakan manusia dan mengajarkan bayan
kepadanya. Para ulama beda pendapat
dalam menafsirkan kata bayan. Menurut Qotadah, bayan adalah kebaikan dan keburukan,
tafsir wajiz menafsirkannya dengan Al-Quran yang di dalamnya mengandung
penjelasan tentang segala sesuatu, atau mengajarkan tentang berbicara kepada
Adam. menurut Hasan, bayan adalah berbicara. Pendapat ini dianggap kuat oleh
Ibnu Katsir dengan alasan bahwa konteks kalimat adalah Allah mengajarkan
Al-Quran, maka untuk mempermudah dalam pembelajaran Al-Quran tersebut kemudian
Allah mengajarkan berbicara kepada manusia.
Pada ayat kelima, Allah menjelaskan bagaimana matahari dan
bulan bisa berjalan dalam porosnya tanpa bertabrakan, semua itu adalah karena
adanya perhitungan yang matang, yang didesain oleh Allah swt. Matahari dan
bulan ini berjalan sesuai dengan perhitungan yang telah ditentukan, tidak
berbeda dan tidak kacau. Melalui perhitungan yang tepat ini, setiap makhluk
Allah mengambil manfaat dari matahari dan bulan untuk kepentingan kehidupannya,
seperti penentuan tanggal, melakukan fotosintesis, dan lain-lain.
Pada ayat keenam, Allah menjelaskan bahwa tumbuhan dan
pepohonan semuanya tunduk dan bersujud kepada Allah swt. semuanya atas petunjuk
dan pengaturan dari Allah swt.
2.
Tafsir An-Nahl ayat
43-44
a.
Ayat 43
وَمَاأَرْسَلْنَامِنْقَبْلِكَإِلَّارِجَالًانُوحِيإِلَيْهِمْفَاسْأَلُواأَهْلَالذِّكْرِإِنْكُنْتُمْلَاتَعْلَمُونَ
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang
laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalahkepada orang yang
memiliki pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
Ayat ini diturunkan oleh Allah sebagai jawaban kepada
orang-orang musyrik Mekah yang mengingkari kepada kenabian Muhammad saw. Mereka
berkata : “Allah Maha Agung dari hanya mengutus rasul-Nya seorang manusia,
kenapa Allah tidak mengutus kepada kami seorang malaikat ?” Maka Allah
menurunkan ayat ini sebagai jawabannya. Ayat ini menegaskan bahwa rasul-rasul sebelum
nabi Muhammad pun adalah manusia biasa yang diberi wahyu, jika kalian tidak
percaya maka tanyakanlah kepada orang yang memiliki pengetahuan (ahludzikri)
apakah rasul mereka manusia atau malaikat ?, jika rasul mereka malaikat
maka silahkan kalian untuk inkar, sedang jika rasul mereka adalah manusia maka
kalian tidak boleh mengingkari Kerasulan Muhammad saw.
Yang dimaksud dengan ahludzikri pada ayat ini
adalah Ahli kitab-kitab terdahulu, yaitu
yahudi dan nasrani.
b.
Ayat 44
بِالْبَيِّنَاتِوَالزُّبُرِوَأَنْزَلْنَاإِلَيْكَالذِّكْرَلِتُبَيِّنَلِلنَّاسِمَانُزِّلَإِلَيْهِمْوَلَعَلَّهُمْيَتَفَكَّرُونَ
(Disertai) Keterangan-keterangan (mu’jizat) dan
kitab-kitab. Dan kami turunkan kepadamu Al Quran agar kamu menerangkan kepada
umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan.
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt. telah mengutus
rasul-rasul terdahulu dibarengi dengan dalil-dalil yang jelas atas kenabiannya
dan kitab samawi, sedang Allah telah menurunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Al-Quran agar Nabi Muhammad bisa menjelaskan kepada manusia tentang makna-makna
dan hukum-hukum yang masih samar. Selain itu agar manusia bisa mentafakkuri
maknanya sehingga mendapat hidayah melalui Al-Quran.
C.
Subjek Pendidikan
Menurut QS. Ar-Rahman ayat 5-6 dan An-Nahl ayat 43-44
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa subjek pendidikan
adalah yang memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan proses pendidikan. Pada
surat Ar-Rahman ayat 1-6 telah jelas dikatakan bahwa yang melakukan proses
pengajaran Al-Quran dan bayan adalah Allah swt. maka dapat disimpulkan
bahwa yang menjadi subjek pendidikan paling utama adalah Allah swt. Allahlah
yang telah mengajarkan kepada manusia bagaimana menangis, berjalan, berbicara
sampai manusia bisa menggunakan panca inderanya. Kemudian manusia tumbuh dewasa
dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, pada saat itulah secara tidak
langsung Allah pun mengajarkan kepada mereka tentang bagaimana cara menggunakan
akalnya, begitulah seterusnya sehingga manusia bisa memaksimalkan potensi yang
ada dalam dirinya.
Pada surat Ar-Rahman ayat 5, secara eksplisit Allah
mengajarkan manusia tentang Astronomi. Dimana manusia bisa menggunakan matahari
dan bulan sebagai acuan dalam perhitungan tanggal. Penentuan tanggal ini
dilandasi oleh adanya peredaran matahari dan bulan yang beredar sesuai
perhitungan yang dikehendaki oleh Allah. Peredaran ini sangat teratur dan
memungkinkan adanya kehidupan di dunia.
Adapun pada surat Ar-Rahman ayat 6, Allah menjelaskan tentang
bagaimana taatnya tumbuh-tumbuhan dan pepohonan kepada perintah Allah swt. Ketaatan
mereka kepada Allah merupakan kehendak Allah yang tak bisa ditawar oleh
siapapun.
Pada surat An-Nahl ayat 43, Allah menjelaskan bahwa semua
rasul Allah itu adalah manusia yang diberi wahyu bukan malaikat. Tugas utama
rasul adalah tabligh (menyampaikan) wahyu dari Allah swt. tak peduli
apakah tabligh itu diterima oleh kaumnya atau tidak, tugas rasul
hanyalah tabligh. Isi dari tabligh adalah menyampaikan berita
gembira (basyiiran) dan berita menakutkan (nadziran). Tentu saja
dalam proses penyampaian ini ada proses pembelajaran, yaitu suatu proses yang
merubah tingkah laku suatu kaum, dari musyrik menjadi tauhid, dari kufur
menjadi iman walaupun tidak semuanya berubah. Dengan demikian maka rasul adalah
subjek belajar kedua setelah Allah swt.
Masih dalam ayat 43, Allah menegaskan kepada orang-orang
kafir jika kalian tidak percaya bahwa rasul adalah manusia, maka tanyakanlah
kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan (ahladzdzikri) tentang hal
tersebut. Melalui ayat ini kita bisa mengetahui bahwa ketika kita tidak
menguasai suatu bidang ilmu, maka hendaknya kita bertanya kepada orang yang
ahli dalam bidang ilmu tersebut, dengan demikian maka kita akan mendapatkan
jawaban yang meyakinkan karena dijawab oleh Ahlinya.
Jika kita tarik ke dalam teori pendidikan, maka proses
pembelajaran yang disampaikan oleh Allah ini adalah proses pembelajaran
inquiry. Yaitu suatu proses pembelajaran dimana anak didik menemukan masalah
dan secara aktif siswa tersebut mencari jawabannya. Dalam ayat ini musyrikin
Quraisy merasa tidak yakin akan kerasulan Nabi Muhammad, karena Nabi Muhammad
adalah seorang manusia, maka Allah memerintahkan kepada musyrikin Quraisy
tersebut untuk mencari jawabannya sendiri kepada orang-orang Ahli Kitab,
tentang rasul mereka sebelum Nabi Muhammad, apakah berbentuk manusia atau
malaikat. Dengan demikian maka subjek pendidikan pada lanjutan ayat 43 ini
adalah musyrikin Quraisy atau dalam konteks pendidikan adalah peserta didik.
Adapun ahludzdzikri hanyalah sebagai fasilitator atau sumber belajar
saja.
Pada ayat 44, Allah menegaskan bahwa kedatangan para rasul
terdahulu itu disertai dengan mukjizat dan kitab-kitab sebagai bukti bahwa
mereka adalah orang pilihan yang diutus oleh Allah swt. Dalam konteks
pendidikan peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar kita merupakan sumber
belajar yang tak ternilai harganya. Jika umat terdahulu dengan melihat langsung
terhadap mukjizat para rasul maka mereka semakin yakin akan kerasulannya serta
semakin kuat keimanannya kepada Allah, maka untuk umat akhir zaman, dengan
memperhatikan alam semesta yang terus berkembang dan mengalami perubahan maka
manusia bisa memetik pelajaran dari peristiwa alam tersebut yang jika sumbernya
dirunut terus menerus maka pada akhirnya akan kembali kepada sang pencipta
Allah swt. Jika pengetahuan ini telah ditemukan maka kemudian didokumentasikan
dalam bentuk buku yang bisa dibaca kapan saja oleh generasi selanjutnya. Awal
dari ayat ini menegaskan secara tidak langsung bahwa sumber belajar itu adalah bayyinat
(mukjizat, peristiwa alam) dan zubur (kitab-kitab, buku).
Pada lanjutan ayat 44, ayat ini menegaskan bahwa Allah swt.
menurunkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad sebagai media penjelasan kepada
manusia tentang apa yang telah diturunkan kepada mereka. Lanjutan ayat ini
sesuai dengan awal ayat, bahwa buku adalah salah satu sumber belajar, hanya
saja buku/kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah Al-Quran. Lanjutan
ayat ini juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad sebagai rasul merupakan salah
satu subjek pendidikan bagi kaumnya, sebagaimana disebutkan di atas bahwa tugas
rasul adalah tabligh.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diantara subjek pendidikan
yang terkandung dalam surat Ar-Rahman ayat 5-6 dan An-Nahl ayat 43-44 adalah :
1.
Allah swt. sebagai peletak
dasar pendidikan bagi manusia, melalui penciptaan kehendak, panca indera dan
akal.
2.
Para Rasul, mereka
merupakan subjek belajar
kedua setelah Allah swt. Setelah Allah memberikan bekal yang cukup bagi manusia
untuk belajar, maka kemudian Allah mengutus para rasul untuk menyampaikan
ajarannya.
3.
Subjek pendidikan ketiga
adalah umat manusia itu sendiri, dalam arti atas petunjuk dari Allah dan
Rasulnya maka hendaknya manusia bisa menemukan sendiri pengetahuan yang
dibutuhkannya.
Jika ditarik ke dalam dunia pendidikan maka rasul adalah
sebagai guru yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik umatnya (peserta
didik). Pada saat yang sama peserta didik juga sebagai subjek pendidikan yang
secara aktif menggali berbagai pengetahuan di bawah bimbingan guru. Ini sangat
sesuai dengan teori pendidikan modern yang menjadikan siswa sebagai subjek
pendidikan bukan sebagai objek pendidikan.
BAB III
KESIMPULAN
Subjek pendidikan adalah orang
ataupun kelompok yang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga
materi yang diajarkan atau yang disampaikan dapat dipahami oleh objek
pendidikan.
pendidik
adalah individu yang mampu melaksanakan tindakan mendidik dalam situasi
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
QS. Ar-Rahman
ayat 5-6 merupakan penjelasan Allah tentang hikmah dari penciptaan matahari dan
bulan dimana manusia bisa menentukan penanggalan berdasarkan peredaran matahari
dan bulan tersebut. Ini merupakan pembelajaran langsung dari Allah untuk
manusia melalui alam semesta. Begitu juga tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohon
tunduk kepada Allah sebagai bukti akan kekuasaan Allah swt.
QS. An-Nahl
ayat 43-44 menjelaskan tentang pembuktian bahwa semua rasul itu manusia, tidak
ada alasan tidak menerima kerasulan karena rasulnya manusia. Sebagai bukit
kerasulan seseorang Allah memberikan mukjizat dan kitab, begitu juga kepada
Nabi Muhammad Allah menurunkan Al-Quran sebagai pegangan hidup manusia.
Subjek pendidikan yang terkandung
dalam surat Ar-Rahman ayat 5-6 dan An-Nahl ayat 43-44 adalah :
1.
Allah swt. sebagai peletak
dasar pendidikan bagi manusia, melalui penciptaan kehendak, panca indera, akal
dan alam semesta sebagai wahana berfikir manusia.
2.
Para Rasul, mereka
merupakan sumber belajar kedua setelah Allah swt. Setelah Allah memberikan
bekal yang cukup bagi manusia untuk belajar, maka kemudian Allah mengutus para
rasul untuk menyampaikan ajarannya.
3.
Subjek pendidikan ketiga
adalah umat manusia itu sendiri, dalam arti atas petunjuk dari Allah dan
Rasulnya maka hendaknya manusia bisa menemukan sendiri pengetahuan yang
dibutuhkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Terjemah
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir
al-MAraghi. Terj., Semarang: toha Putra
Beberapa guru tafsir dibawah bimbingan Dr.
Abdullah bin Muhsin At-Turki, Tafsir Al Muyassir, Percetakan Raja Fahd.
Fida, Abu, Ismail bin Umar bin Katsir Ad
Dimisqi, Tafsir Al-Quranil Al Adzim Juz 8, Daru Thoyyibah, 1999 M/ 1420
H
Hamka, Tafsir Al-Azhar, 2006
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan
Aslam,Jakarta: Pustaka al-Husna, 1992
Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah. Jakarta:
Lentera Hati, 2004
1 komentar:
materinya sangat membantu, tapi foto di background blognya bikin gak fokus baca
Posting Komentar