BAB I
PENDAHULUAN
Studi perkembangan moral khususnya pada
anak-anak usia madrasah ibtidaiyah terasa semakin penting. Diantara manfaat
langsung dari studi tersebut adalah penggunaannya dalam penanganan siswa-siswi
yang teridentifikasi amoral, pengimplementasiannya dalam proses pembelajaran
secara umum, dan pengambilan langkah-langkah dini untuk mencegah kenakalan
remaja, dan masa yang segera akan dimasuki oleh anak-anak madrasah ibtidaiyah.
Berkenaan dengan kenakalan remaja
bukanlah fenomena baru dari masa remaja melainkan suatu lanjutan dari pola
prilaku asocial yang dimulai pada masa kanak-kanak.
Selanjutnya ia menyatakan bahwa sudah semenjak
anak usia 2 atau 3 tahun ada kemungkinan mengenali anak yang kelak akan menjadi
remaja yang nakal.
Pengenalan karakteristik dan
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral sangat berguna dalam
memotong matarantai antara prilaku asocial masa kanak-kanak dan kenakalan yang
akan terjadi pada masa remaja.
Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai: pengertian perkembangan moral, tahap-tahap perkembangan moral, dan
faktor yang mempengaruhi perkembangan moral.
BAB II
KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN MORAL
A.
Pengertian Perkembangan Moral
Kata moral berasal dari bahas latin yaitu kata mos dan
mores yang berarti kebiasan. Menurut Satloc dan Yunsan mengemukakan bahwa moral
adalah kebiasan atau aturan yang harus dipatuhi dalam berinteraksi dengan orang
lain.
Perkembangan moral menurutteori belajar social. Menurut
teori ini perkembangan moral merupakan proses yang dipelajari selama proses
interaksi sosial perseorangan dengan orang lain.
Bloom (woolfolk dan Nicolich, 1984:390) mengemukakan
bahwa tujuan akhir dari proses belajarr dikelompokan menjadi tiga sasaran,
yaitu:
1.
Kognitif (penguasaan
pengetahuan)
2.
Afektif (penguasaan nilai dan
sikaf)
3.
Penguasaan psikomotorik
Menurut Piaget, pada awalnya pengenalan nilai dan
prilaku serta tindakan itu masih bersifat faksaan, dan anak belum mengetahui
maknanya. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan inteleknya, berangsur-angsur
anak mengikuti berbagai ketentuan yang berlaku di dalam keluarga, semakin lama
semakin luas sampai dengan ketentuan yang berlaku di dalam masyarakat dan
Negara.
Pada saat lahir tidak ada anak lahir yang memiliki
sekala nilai, akibatnya tiap bayi yang baru lahir dapat dianggap amoral atau
nonmoral.
Belajar berprilaku dengan cara yang disetujui masyarakat
merupakan proses yang panjang dan lama yang terus berlanjut hingga yang masa
remaja. Ia merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting di masa
kanak-kanak. Sebelum anak masuk sekolah mereka diharapkan mampu membedakan yang
benar dan salah dalm situasi sederhana dan meletakan dasar bagi perkembangan
hati nurani.
Sebelum masa kanak-kanak berakhir, anak diharapkan
mengembangkan skala nilai dan hati nurani untuk membimbing mereka bila bila
mengambil keputusan moral.
B.
Tahap – Tahap Perkembangan Moral
Menurut Kohlberg ada
tiga tingkatan perkembangan moral, yakni:
1. Prakonventional morality (anak
usia 4-10 tahun)
a. Anak berorientasi kepada kepatuhan
dan hukuman, anak menganggap baik atau buruk sesuatu atas dasar akibat yang ditimbulkannya.
b. Berlaku prinsif relativistic-hedonism,
pada tahap ini anak tidak lagi secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada
diluar dirinya, atau ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bergantung
pada kebutuhan dan kesanggupan seseorang (hedonistic).
2. Conventional morality (anak usia 10-13)
a. Menyangkut orientasi orang yang
baik. Pada stadium ini anak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yang
dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain. Masyarakat adalah sumber
yang menentukan, apakah perbuatan seseorang baik atau tidak . menjadi “anak
yang manis” masih sangat penting dalam stadium ini.
b. Tahap mempertahankan norma-norma social
dan otoritas. Pada stadium ini perbuatan baik yang diperlihatkan seseoorang
bukan hanya agar dapat diterima oleh lingkungan masyarakatnya, melainkan
bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan-aturan atau norma-norma social.
3. Pascakonventional-morality (anak
usia 13 tahun ke atas)
a. Merupakan tahap orientasi terhadap
perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosialnya. Pada stadium ini ada
hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan social. Seseorang harus
memperlihatkan kewajibannya harus sesuai dengan tuntunan norma-norma social,
karena sebaliknya lingkungan social atau masyarakat akan memberikan
perlindungan kepadanya.
b. Perinsif universal. Pada tahap ini
ada norma etik di samping norma pribadi dan subjektif. Subjektivisme ini
berarti ada perbedaan penilaian antara seorang dengan orang lain.
C.
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Beberapa faktor yang mempengaruhi moral remaja,
diantaranya:
1. Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga.
Orang tua adalah tokoh percontohan oleh anak-anak
termasuk didalam aspek kehidupan sehari-hari tetapi didalam soal keagamaan hal
itu seakan-akan terabaikan. Sehingga akan lahir generasi baru yang bertindak
tidak sesuai ajaran agama dan bersikap materialistik.
2. Pengaruh lingkungan yang tidak baik.
Kebanyakan remaja yang tinggal di kota besar menjalankan
kehidupan yang individualistik dan materialistik. Sehingga kadang kala didalam
mengejar kemewahan tersebut mereka sanggup berbuat apa saja tanpa menghiraukan
hal itu bertentangan dengan agama atau tidak, baik atau buruk.
3. Tekanan psikologi yang dialami remaja.
4. Beberapa remaja mengalami tekanan psikologi ketika di rumah diakibarkan
adanya perceraian atau pertengkaran orang tua yang menyebabkan si anak tidak
betah di rumah dan menyebabkan dia mencari pelampiasan.
5. Gagal dalam studi/pendidikan
Remaja yang gagal dalam pendidikan atau tidak mendapat
pendidikan, mempunyai waktu senggang yang banyak, jika waktu itu tidak
dimanfaatkan sebaik-baiknya, bisa menjadi hal yang buruk ketika dia berkenalan
dengan hal-hal yang tidak baik untuk mengisi kekosongan waktunya.
6. Peranan Media Massa
Remaja adalah kelompok atau golongan yang mudah dipengaruhi, karena remaja sedang mencari
identitas diri sehingga mereka dengan mudah untuk meniru atau mencontoh apa
yang dia lihat, seperti pada film atau berita yang sifatnya kekerasan, dan
sebagainya.
7. Perkembangan teknologi modern
Dengan perkembangan teknologi modern saat ini seperti mengakses informasi dengan
cepat, mudah dan tanpa batas juga memudahkan remaja untuk mendapatkan hiburan
yang tidak sesuai dengan mereka.
D.
Upaya Optimalisasi
Perkembangan Moral
Hurlock mengemukakan ada empat pokok utama yang perlu
dipelajari oleh anak dalam mengoptimalkan pertimbangan moralnya, yaitu:
1.
Pokok
pertama yang yang penting dalam pelajaran menjadi pribadi yang bermoral ialah
belajar apa yang diharapkan kelompok dari anggotanya. Harapan tersebut
diperinci dalam bentuk hokum, kebiasaan dan peraturan.
2. Pokok kedua ialah pengembangan
hati nurani sebagi kendali internal bagi prilaku individu. Seorang anak tidak
hanya harus belajar apa yang benar dan yang salah tetapi harus juga menggunakan
hati nurani sebagai pengendalian prilaku.
3. Pokok ke tiga ialah pengembangan perasaan
bersalah dan rasa malu. Bila perilaku anak tidak memenuhi standar yang ditetapkan
hati nurani, anak merasa bersalah, malu atau kedua-duanya.
4. Pokok ke empat adalah mempuyai
kesempatan melakuakan intraksi dengan anggoat kelompok social. Interaksi social
memegang peranan penting dalam perkembangan moral. Tanpa interaksi dengan orang
lain, anak tidak akan mengetahui perilaku yang disetujui secara social, maupun
memiliki sumber motivasi yang mendorongnya untuk tidak berbuat sesuka hati.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1.
Moral adalah tatacara atau kebiasaan, atau adat.
2.
Perilaku moral adalah perilaku yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat
tertentu, atau pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok.
3.
Pokok pertama yang yang penting dalam pelajaran menjadi pribadi yang
bermoral ialah belajar apa yang diharapkan kelompok dari anggotanya.
4.
Pokok kedua ialah pengembangan hati nurani sebagi kendali internal bagi
prilaku individu.
5.
Pokok ke tiga ialah pengembanganperasaan bersalah dan rasa malu.
6.
Pokok ke empat adalah mempuyai kesempatan melakuakan intraksi dengan
anggoat kelompok social.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, 1991. Perkembangan anak. Erlangga,
jakarta.
Rineka Cipta.Davidof, Linda L, 1988, Psikologi
Suatu Pengantar, Jakarta; Erlangga.
Henry Guntur Tarigan, 1986, Psikolingustik,
Bandung; Angkasa
Inggridwati kurnia (2007) perkembangan pserta
didik, jakarta:Depdiknas
Chaer, Abdul, 2004, Psikolingustik
Kajian Teoretik, Jakarta Ali, Mohammad
dan Mohammad Asrori, 2004, Psikologi Remaja (Perkembangan
Peseta didik), Jakarta; PT. Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar