Oleh: Miftah Ali Sadikin
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya manusia itu sendiri ingin berbuat yang
terbaik, tetapi dalam kehidupannya yang serba maju dimana anak-anak kita sudah
banyak terpengaruh budaya luar, sehingga banyak anak usia sekolah yang
mengalami perubahan akhlak baik sekolah umum maupun sekolah agama.
Guru agama adalah motor penggerak pendidikan agama
karena itu ia adalah pribadi berakhlak yang dicerminkan dalam dirinya.
Berdisiplin tinggi, berwibawa, menguasai metode dan memiliki kepemimpinan. Ia
harus tekun bekerja memeriksa semua penugasan kepada murid sekaligus memberikan
bimbingan dan sangsi.
Orang tua memegang peranan penting dalam melaksanakan
pendidikan agama dirumah. Namun yang lebih penting orang tua diharapkan dapat
menjadi teladan dalam segala hal.
Karena kita tahu bahwa anak-anak adalah harapan kita
semua sebagai generasi penerus Bangsa. Apabila akhlak anak-anak kita rusak, apa
yang kita harapkan dari mereka melainkan kehancuran. Oleh sebab itulah untuk
menghindarkan hal-hal yang tidak kita inginkan, maka mulai usia dini perlu kita
tanamkan pengisian akhlak kepada anak-anak agar mereka menjadi pemimpin Bangsa
yang beriman.
Akhlak tidak akan tumbuh tanpa
diajarkan dan dibiasakan oleh karena itu ajaran agama diajarkan secara
bertahap, juga harus diikuti secara terus menerus bentuk pengalamannya, baik disekolah
maupun diluar sekolah.
Keberhasilan pendidikan agama tidak hanya menjadi
tanggung jawab guru agama, tetapi semuanya menjadi tanggung jawab kita bersama.
Agar akhlak anak sebagai pemimpin bangsa nantinya akan berhasil membangun tanah
airnya untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.
BAB II
KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN AGAMA
- Pengertian Perkembangan Agama
Perkembangan merupakan suatu perubahan dan perubahan ini
tidak bersifat kuantitatif melainkan kualitatif yaitu meliputi perkembangan
segi fungsi-fungsi kepribdian manusia misalnya fungsi perhatian, pengamatan,
tanggapan, ingatan, fantasi, pemikiran, perasaan dan kemauan setiap fungsi yang
disebutkan daiats dapat mengalami perubahan. Perubahan ini tidak dapat
dikatakan sebagai pertumbuhan melainkan perkembangan. Oleh karena itu
perkembangan menyangkut berbagai fungsi baik jasmaniah maupun rohaniah maka aka
salah apabila kita beranggapan bahwa perkembangan adalah semata-mata sebagai
pertumbuhan atau proses psikologis perkembangan adalah semata-mata sebagai
pertumbuhan atau proses psikologis.
Perkembangan
jiwa beragama pada anak mengikuti pada aspek perkembangan jiwa yang lainnya.
Pada umumnya, pembahasan tentang perkembangan jiwa terbagi menjadi tiga bagian,
pembagian tersebut amat disederhanakan, sehingga membutuhkan pejelasan
tersendiri.
1.
Menurut Zakiah Darajat
Klasifikasi
yang ditampilkan misal amat luas. Sebagai contoh adalah perkembangan jiwa pada
masa anak-anak, termasuk di dalamnya perkembangan pada masa sebelumnya, masa
anak-anak awal, sehingga rentang untuk anak-anak dimulai dari umur 2-12 tahun,
yang jelas jauh beragam dan terpadu.
Zakiah
Darajat menjelaskan bahwa dalam diri manusia, selain mempunyai kebutuhan
jasmani juga mempunyai kebutuhan rohin. Terdapat enam unsur kebutuhan yaitu:
a.
Kebutuhan akan kasih sayang
b.
Kebutuhan akan rasa aman
c.
Kebutuhan akan rasa harga diri
d.
Kebutuhan akan rasa bebas
e.
Kebutuhan akan rasa sukses dan
f.
Kebutuhan akan rasa ingin tau.
Gabungan
dari keenam kebutuhan itu menyebabkan orang membutuhkan agama.
2.
Menurut Bernard Spikal, Walter Houstan Clark, Leiws Sherril, dan
sebagainya dalam penjelasannya diuraikan tentang perkembangan religius selama
tahap-tahap besar dalam kehidupan. Mereka mencoba mengungkap sumber jiwa beragama
pada diri seseoarang.
3.
Thomas mengungkapkan teori The Four Wishes (1969) menyatakan terdapat
empat macam keinginan dasar yang ada pada dalam jiwa, dan inilah yang menjadi
sumber jiwa beragama, yaitu:
a.
Keinginan untuk keselamatan
b.
Keinginan untuk mendapat penghargaan
c.
Keinginan ditanggapi dan
d.
Keinginan akan pengetahuan (pengalaman) yang baru.
4.
G.M. Straton (1993) mengemukakan teori konflik. Jiwa beragama,menurutnya
adalah bersumber pada adanya konflik dalam kejiwaan manusia.jika konflik itu
mulai mencekam manusia akanmempengaruhi keadaan jiwanya, manusia akan berusaha
mencari pertolongan pada kekuasaan yang tertinggi. Thomas Van Aquino
berpendapat bahwa sumber jiwa agama adalah berpikir. Manusia bertuhan karena
manusia menggunakan kemampuan berpikirnya. Manusia bertuhan karena manusia
menggunakan kemampuan berpikirnya.
- Perkembangan Agama Pada Masa Anak-anak
Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh
pendidikan,pengalaman dan latihan-latihan yang dimulai pada masa kecilnya dulu
yang didapatkan dari keluarga, pendidikan sekolah dan lingkungan sekitarnya.
Apabila seorang pada masa kecilnya tidak pernah
mendapatkan pendidikan agama, maka kelak dewasanya nanti ia tidak akan
merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan anak yang waktu
kecilnya mempunyai pendidikan dan pengalaman agam, mislanya ibu dan bapaknya
orang tua beragama, lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan
agama. Maka orang itu dengan sendirinya mempunyai kecenderungan kepada hidup
dalam aturan-aturan agama, dan dapat merasakan betapa nikmat hidup dalam
beragama.
Bagaimana timbulnya kepercayaan agama
pada anak-anak, jika anak-anak dibiarkan saja tanpa didikan agama, dan hidup
dalam lingkungan tidak beragama, maka ia akan menjadi dewasa tanpa agama.
Yang
dimaksud dengan masa anak-anak adalah sebelum berumur 12 tahun. Jika mengikuti
periodesasi yang dirumuskan Elizabeth B. Hurlock, dalam masa ini terdiri dari
tiga tahapan, yaitu:
a. 0-2 tahun (masa vital)
b. 2-6 tahun (masa
anak-anak)
c. 6-12 tahun (masa
sekolah)
Seperti
teori four wisher yang dikemukakan oleh thomas, bahwa manusia dilahirkan kedunia
ini memiliki empat keinginan, yaitu:
a. Keinginan untuk selamat
b. Keinginan untuk mendapat
pengalaman baru,
c. Keinginan untuk
mendapatkan tanggapan baru, dan
d. Keinginan untuk dikenal
Sementara
Woodwort berpendapat bahwa bayi dilahirkan telah memiliki beberapa insting,
diantaranya insting keagamaan.
- Pembinaan Agama Pada Anak
Perkembangan agama pada anak, terjadi melalui pengalaman
hidupnya sejak kecil, dalam keluarga, disekolah dan dalam masyarakat. Semakin
banyak pengalaman yang bersifat agama dan semakin banyak unsur agama maka
sikap, tindakan, kelakuan, dan caranya menghadapi akan sesuai dengan ajaran
agama, diantara masalah yang perlu diketahui oleh para guru agama adalah
pembinaan pribadi anak.
Setiap orang tua dan guru ingin
membawa anaknya agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat
dan sikap mental yang sehat dan akhlak yang terpuji semua dapat disahakan
melalui pendidikan baik yang formal (disekolah) maupun informal (dirumah oleh
orang tua) setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatanm,
pendengaran maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan
pribadi anak.
Orang tua adalah pembinaan pribadi yang pertama dalam
kehidupan anak. Sikap anak terhadap orang tua, agama dan pendidikan agama
sangatlah dipengaruhi oleh sikap orang tuanya dimana fungsi orang tua terhadap
anaknya dapat digambarkan berdasarkan firman Allah SWT Surat At-Tahrim ayat 6
yang berbunyi:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä
(#þqè%
ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka” (Q.S.At-Tahrim : 6)
Dari kutipan dalil diatas fungsi orang tua terhadap
anaknya adalahsebagai pendidik uatama dalam pembinaan pribadi anak, pembinaan
ini melalui latihan-latihan, perbuatan misalnya kebiasaan makan, minum, buang
air mandi dan sebagainya.
Hubungan orang tua dengan anak
dilaksanakan dengan penuh pengertian dan kasih sayang dapat mempengaruhi
pertumbuhan jiwa anak, yang akan membawa kepada pembinaan pribadi anak yang
tenang, terbuka dan muda di didik karena ia mendapat kesempatan yang capak dan
baik untuk tumbuh dan berkembang.
Masa pendidikan disekolah dasar, merupakan kesempatan
pertama yang sangat baik untuk membina pribadi anak setelah orang tua.
Disekolah dasar memiliki persyaratan kepribadia dan kemampuan untuk membina
pribadi anak, maka anak yang tadinya sudah mulai tumbuh kearah yang kurang baik
dapat segera diperbaiki.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan, bahwa:
1. Perkembangan merupakan suatu perubahan dan
perubahan ini tidak bersifat kuantitatif melainkan kualitatif yaitu meliputi
perkembangan segi fungsi-fungsi kepribdian manusia.
2. Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh
pendidikan,pengalaman dan latihan-latihan yang dimulai pada masa kecilnya dulu
yang didapatkan dari keluarga, pendidikan sekolah dan lingkungan sekitarnya.
3. Perkembangan agama pada anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya
sejak kecil, dalam keluarga, disekolah dan dalam masyarakat. Semakin banyak
pengalaman yang bersifat agama dan semakin banyak unsur agama maka sikap,
tindakan, kelakuan, dan caranya menghadapi akan sesuai dengan ajaran agama.
4. Orang tua adalah pembinaan pribadi yang pertama dalam kehidupan
anak.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, 1991. Perkembangan anak. Erlangga,
jakarta.
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori, 2004, Psikologi Remaja (Perkembangan Peseta
didik), Jakarta;
PT. Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar