fimadani - Imam Hasan Al Banna berkata, “Hendaklah engkau memiliki proyek usaha ekonomi betapa pun kayanya engkau, utamakan proyek mandiri betapapun kecilnya, dan cukupkanlah dengan apa yang ada pada dirimu betapa pun tingginya kapasitas keilmuanmu. Janganlah engkau terlalu berharap untuk menjadi pegawai negeri dan jadikanlah ia sesempit-sempit pintu rezeki. Namun jangan engkau tolak, jika diberi peluang untuk itu. Janganlah engkau melepaskannya, kecuali jika ia benar-benar bertentangan dengan tugas-tugas dakwahmu.”
Harta
bukanlah segala-galanya bagi seorang muslim. Namun, dengan harta seseorang
dapat melakukan berbagai macam aktivitas yang tidak dapat dilakukan oleh mereka
yang tidak berharta, dengan demikian harta akan meningkatkan kemuliaan
pemiliknya di hadapan Allah. Kebutuhan pribadi, kebutuhan sosial, dan kebutuhan
da’wah membutuhkan harta untuk dapat dilaksanakan. Dan ini tidak akan tercapai
kecuali mereka memiliki kemandirian dalam memperoleh sumber daya. Jika
mengandalkan dari pihak lain, maka hal ini hanya akan membawa bencana. Sarana
dan fasilitas penunjang keberhasilan da’wah hanya akan bisa diperoleh jika para
da’i mampu mengeluarkan harta dari kantongnya sendiri.
Ketergantungan
seorang da’i secara ekonomi kepada pihak lain akan berdampak negatif terhadap aktivitas
da’wahnya. Ia akan kesulitan dalam membiayai makannya, dan tanggungan keluarga
jika ia sudah memilikinya. Ketergantungan ini juga akan menggeser orientasi
da’wah yang dilakukannya jika si pendonor menitipkan hal-hal tertentu dalam
da’wah yang dilakukannya.
Kemandirian
ekonomi hanya dapat dilakukan dengan bekerja, baik secara mandiri ataupun
menjadi pegawai. Imam Hasan Al Banna menganjurkan untuk memiliki proyek ekonomi
bagi setiap orang, meskipun orang tersebut sudah kaya. Salim A. Fillah menyebutkan
alasan bahwa bisnis, investasi, atau proyek ekonomi harus menjadi
salah satu aktivitas seorang mukmin, yakni agar menghargai waktu dan kerja
keras, agar mengerti apa itu risiko, agar berjiwa merdeka, agar menghargai
silaturahim, agar bewawasan luas, agar cerdas mengelola anggaran, agar bisa
belajar kepemimpinan, agar dapat merasakan indahnya sedekah, agar lebih peka
untuk bersyukur dan bersabar, serta agar merasakan nikmatnya memberi
kemanfaatan bagi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar