Oleh: Muhammad Zaki Al Aziz
Sejarah adalah
kisah yang didalamnya memuat tentang peradaban, perjuangan, peristiwa, politik,
dan hal penting yang pernah dialami oleh bangsa-bangsa dimanapun berada. Kita
tidak akan mengenal adanya perjuangan para pahlawan yang menentang kolonial
Belanda, para penjajah Jepang ataupun Portugis tanpa ada pena yang terukir
menjadi sebuah sejarah. Kita tidak akan mengetahui peristiwa Bandung Lautan Api
atau Jihad Arek-arek Soerabaia tanpa adanya sejarah.
Dengan Sejarah
pula kita mengenal para pemberontak pemerintah yang telah kita kenal dengan
hari G30S/PKI, kita tidak akan merayakan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus
1945 tanpa sejarah penting yang ada dibalik semua angka tersebut.
Lantas apakah
yang terpenting dengan adanya sejarah ini? Apakah kita hanya sebagai seorang
yang bisu akan sejarah? Dalam artian kita tidak menghargai sejarah? Ingat pesan
Bung Karno melalui kata-kata yang terkenalnya “Jasmerah”, Jangan Sekali-kali
Melupakan Sejarah. Kalau kita melupakan sejarah, secara tidak langsung kita
tidak menghargai para pendiri bangsa Indonesia ini. Kita seakan-akan tidak
ingin berkompromi dengan sejarah, oleh karena itu kita juga tidak pernah ingin
belajar dari sejarah.
Ibnu Khaldun
didalam bukunya Muqaddimah
(2005:3) mengatakan bahwa Peristiwa-peristiwa itu (sejarah) mengajak kita untuk
memahami ihwal makhluk, bagaimana situasi dan kondisi membentuk perubahan,
bagaimana Negara-negara memperluas wilayahnya, dan bagaimana mereka memakmurkan
bumi sehingga terdorong mengadakan perjalanan jauh, hingga ditelan waktu,
lenyap dari panggung bumi.
Kutipan diatas
menyiratkan betapa pentingnya sejarah sebagai guru kita diwaktu sekarang.
Bukankah kita sering mendapati sebuah peribahasa yang menyatakan bahwa
Pengalaman adalah guru yang terbaik? Yah sejarah janganlah dijadikan sebuah
bingkai yang lusuh oleh waktu, pudar oleh keniscayaan.
Didalam
sejarah kita bisa mengarungi betapa kerasnya para pejuang negeri ini melawan
mereka-mereka yang dikenal baik oleh kita sebagai penjajah. Maka disaat itu
pulalah kita harus menanam dan menghujamkan rasa perjuangan mereka –para
pahlawan- didalam hati. Hal tersebut adalah satu sikap bentuk rasa hormat kita
terhadap sejarah. Maka benarlah bila saya katakana sejarah adalah benteng
pertahanan yang bisa kita tanamkan dengan cara mempelajari dan
mengobservasinya.
Didalam
sejarah kita, tercatat beberapa pemimpin yang menjadi pemimpin negeri ini
berserta keberhasilan dan kegagalannya pada waktu itu. Maka pada saat itu pulalah
kita harus membandingkan sekaligus belajar pada keadaan yang pernah terjadi
sekarang ini –yang dipimpin oleh sang presiden SBY- dengan keadaan yang terjadi
pada waktu presiden-presiden sebelumnya.
Sehingga
didapatilah suatu perbedaan, atau mungkin sesuatu persamaan yang tengah terjadi
sekarang dengan yang masa lalu. Dan hal itu akan terjadi apabila kita
benar-benar menghargai masa lalu kita sebagai pelajaran penting. Bila kita
tidak pernah belajar pada masa lalu, mungkin kita tidak akan pernah bisa belajar
untuk menjadi lebih baik kedepannya atau bahkan kita akan bernasib sama dengan
masa lalu yang suram. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan sejarawan asal
Spanyol, George Santayana yang mengatakan bahwa “Mereka yang tidak
mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya.”
Lebih lanjut
seorang Winston Churchil berkata “Satu-satunya hal yang kita pelajari dari
sejarah adalah bahwa kita tidak benar-benar belajar darinya.” Bila kita
benar-benar belajar darinya mungkin kita akan mendapati sedikit rakyat kita
akan terjangkit dari kemiskinan, mungkin kita akan mendapati koruptor yang
berkurang, bahkan lenyap, apabila kita benar-benar belajar pada sejarah yang
pernah terjadi di negeri ini.
Sejarah Apa Yang Harus Aku Tulis Untuk Negeri Ini ?
Betapapun
buruknya pemerintahan, isu politik, kejadian penting, yang ada dinegeri ini
semua adalah ikhtisar penting sejarah yang ada diabad ini, yang pada suatu saat
nanti kita tulis untuk generasi selanjutnya. Sebagaimana Ibnu Khaldun didalam
bukunya (Muqaddimah,
2011:53) pernah mengatakan bahwasanya sejarah adalah peristiwa-peristiwa
khusus mengenai suatu zaman dan generasi. Pembicaraan umum tentang kondisi
daerah, bangsa, dan zaman itu, merupakan dasar bagi para ahli sejarah.
Jelaslah
barangkali dengan pernyataan Ibnu Khaldun diatas. Ketika kita bertanya: sejarah
apa yang harus ditorehkan untuk negeri ini. Maka pemandangan-pemandangan yang
terjadi pada bangsa, rakyat, para pemimpin serta keadaan Indonesia saat ini
adalah bumbu-bumbu penting untuk para penulis sejarah untuk menorehkan kejadian
penting yang suatu hari akan menjadi sebuah sejarah Indonesia.
Kita tidak
harus malu untuk menuliskan keadaan politik saat ini yang notabennya banyak
mengecewakan rakyat, kita tidak harus malu untuk menuliskan betapa banyaknya
para koruptor yang semakin giat saja mencari uang rakyat di era pemerintahan
ini, kita tidak perlu malu untuk menuliskan banyaknya kerusuhan-kerusuhan yang
terjadi baik itu antar suku, daerah, agama, tentara versus rakyat bahkan
supporter bola, kita tidak harus malu untuk menuliskan betapa keadilan ini
tidak berdaya pada orang yang berduit ketimbang rakyat yang tak berdaya, kita
tidak harus malu untuk mengatakan bahwa industry music kita saat ini cenderung
sama dengan aliran musik yang ada dikorea. Tulislah, tuliskan saja semuanya
yang tengah terjadi dinegeri ini!!, jadikan hal itu sebagai sebuah pembelajaran
penting untuk kedepannya.
Akan tetapi
kita perlu waspada pada yang namanya kekuasaan. Karena kekuasaan biasanya
selalu mendominasi sisi penting sebuah realita. Kata-kata bijak pernah kita
temukan mengenai sejarah yakni “Sejarah ditulis oleh sang pemenang”. Hal ini
menandakan bahwa sejarah tengah menjadi sebuah ladang bagi para penguasa untuk
menorehkan keberhasilan mereka melalui pena sejarah. Namun mereka seringkali
tidak adil pada realita nyata untuk menuliskan kisah sebenarnya yang terjadi
yang menimpa rakyat. Oleh karena itulah sejarah yang baik adalah sejarah yang
tidak pernah mengenal keberpihakan penulis pada penguasa.
“Seribu orang
tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia.”
-Bung Karno-
Kalau bukan
kita, maka siapa lagi yang akan menjadi penyambung pena peristiwa penting abad
ini? Negeri ini negeri pemberian Allah Maha Mulia, tidak ada lain selain dia
penguasa sebenarnya maha semesta alam. Janganlah takut untuk berbuat adil
menuliskan sejarah untuk negeri ini. Betapapun memalukannya peristiwa-peristiwa
dinegeri ini adalah sebagai sebuah hal penting yang suatu saat akan menjadi
sebuah pembelajaran bagi generasi setelah kita.
Jadikan sebuah
keadaan sekarang ini sebagai sejarah/kisah yang mampu meneguhkan hati-hati
setiap pembaca. Tanggalkan kebohongan yang menutupi sebuah kenyataan, karena
hal itu merusak sebuah sejarah sebagai jejak-jejak penting untuk generasi
penerus bangsa mempelajari masa yang telah silam. Sejarah yang baik itu
sebagaimana yang telah diperingatkan didalam Al-Quran. Sejarah itu haruslah
seperti pohon yang mempunyai akar yang kuat -tiada kebohongan-. Karena kalau
kebohongan telah kita percayai maka tiada pernah sejarah tersebut akan runtuh
pada waktunya.
Jadikanlah
semua sejarah benar adanya, sesuai dengan kisah nyatanya, berpangkal pada akar
yang kokoh, dan terpercaya, biar tak goyah meski badai selalu menghujamnya. (Tidakkah kamu perhatikan bagaimana
Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik,
akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, QS : 14/24)
Buatlah
sejarah itu sebagai pengingat untuk generasi setelah kita, sebagai suatu
pembelajaran untuk bisa menjadi lebih baik.
(pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat,
QS : 14/25)
Jangan biarkan
sejarah itu terlalu dibiarkan ditulis para penguasa yang dhalim, karena
biasanya mereka selalu tidak adil untuk berbicara kenyataan yang ada. Sejarah
tersebut sudah jauh tercabut dari kebenaran yang menjadi unsur penting sebuah
sejarah. (Dan perumpamaan
kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan
akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun, QS :
14/26)
Semoga Allah
Maha Mulia selalu menyertai kita semua, karena dialah pemberi kisah-kisah yang
nyata bagi kita. Tiada kebohongan yang Nampak dari Allah Semesta Alam. Dialah
maha pemberi kisah yang nyata sebagai sebuah peringatan bagi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar