BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan
pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan
terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya,
sekalipun institusi-institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan
fasilitas, namun institusi-institusi tersebut masih belum memproduksi
individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang
mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan
institusi pendidikan.
Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup
dengan nilai-nilai kebaikan, spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Bahkan
kondisi sebaliknya yang terjadi. Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah
menjadi industri bisnis, yang memiliki visi dan misi yang pragmatis. Pendidikan
diarahkan untuk melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja untuk
meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang akan memakmuran diri,
perusahaan dan Negara. Pendidikan dipandang secara ekonomis dan dianggap
sebagai sebuah investasi. Gelar dianggap sebagai tujuan utama, ingin segera dan
secepatnya diraih supaya modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai
keuntungan. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik
yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak akan
menjadikan mereka sebagai individu-individu yang beradab. Pendidikan yang
bertujuan pragmatis dan ekonomis sebenarnya merupakan pengaruh dari paradigma pendidikan
Barat yang sekular.
Dalam budaya Barat sekular, tingginya pendidikan
seseorang tidak berkorespondensi dengan kebaikan dan kebahagiaan individu yang
bersangkutan. Dampak dari hegemoni pendidikan Barat terhadap kaum Muslimin
adalah banyaknya dari kalangan Muslim memiliki pendidikan yang tinggi, namun
dalam kehidupan nyata, mereka belum menjadi Muslim-Muslim yang baik dan
berbahagia. Masih ada kesenjangan antara tingginya gelar pendidikan yang diraih
dengan rendahnya moral serta akhlak kehidupan Muslim. Ini terjadi disebabkan
visi dan misi pendidikan yang pragmatis. Sebenarnya, agama Islam memiliki
tujuan yang lebih komprehensif dan integratif dibanding dengan sistem
pendidikan sekular yang semata-mata menghasilkan para anak didik yang memiliki
paradigma yang pragmatis.
Dalam makalah ini penulis berusaha menggali dan
mendeskripsikan tujuan pendidikan dalam Islam secara induktif dengan melihat
dalil-dalil naqli yang sudah ada dalam al-Qur’an maupun al-Hadits, juga
memadukannya dalam konteks kebutuhan dari masyarakat secara umum dalam
pendidikan, sehingga diharapkan tujuan pendidikan dalam Islam dapat
diaplikasikan pada wacana dan realita kekinian. Dalam menafsirkan
ayat-ayat Al Qur’an diperlukan ilmu yang luas. Maka dalam
makalah ini akan di coba menguraikan tafsir tentang ayat-ayat yang berhubungan
dengan tujuan pendidikan yaitu pada: Q.S. Al-Hajj [21] : 41, dan Q.S.
Al-Dzariyat [51]: 56.
B.
Tujuan
Pembuatan Makalah
1.
Agar
mahasiswa tahu tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan tujuan
pendidikan.
2.
Agar para mahasiswa dapat memahami bahwa Al-Qur’an
secara konfrehensif membahas tentang tujuan pendidikan.
3.
Agar mahasiswa dapat memahami tentang urgensi pendidikan
ditinjau dari ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan pendidikan.
4.
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami realitas
tujuan pendidikan saat ini dengan tujuan pendidikan yang tergambar dalam Qur’an.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kandungan Al-Qur’an Surat Al-Hajj
(22) Ayat 41
1. Teks Ayat dan Terjemah
tûïÏ%©!$# bÎ) öNßg»¨Y©3¨B Îû ÇÚöF{$# (#qãB$s%r& no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4q2¨9$# (#rãtBr&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ (#öqygtRur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# 3 ¬!ur èpt6É)»tã ÍqãBW{$# ÇÍÊÈ
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat
ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali
segala urusan.”
2.
Pengertian Global
Ayat
ini menerangkan tentang keadaan orang-orang yang diberikan kemenangan dan Kami
teguhkan kedudukan mereka di muka bumi; yakni Kami berikan mereka kekuasaan
mengelola satu wilayah dalam keadaan mereka yang merdeka niscaya mereka
melaksanakan shalat secara sempurna rukun, syarat, dan sunnah-sunnahnya dan
mereka juga menunaikan zakat sesuai kadarnya. Serta mereka menyuruh anggota
masyarakatnya agar berbuat yang ma’ruf serta mencegah dari yang munkar.Ayat di
atas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang diidamkan Islam,
kapan dan di manapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah melalui masyarakat
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.
Al-Qur’an
mengisyaratkan kedua nilai di atas dalam firman-Nya dalam surah Ali Imran, ayat
104 yang berbunyi:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung”. (QS 3:104)
Kaitannya
dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:
1. Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran
dan mencegah kemunkaran.
2. Mewujudkan manusia yang selalu bertawaqqal pada Allah.
3. Penjelasan Ayat
Di
zaman era globalisasi ini pendidikan sangatlah penting bagi manusia, pendidikan
adalah salah satu sarana bagi seseorang untuk menata hidupnya sedemikian rupa,
tapi, dilihat dari kenyataannya, pendidikan di zaman modern ini tidak mampu membuat
kehidupan social yang bermoral, apakah pendidikan sekarang sudah benar dan
berkualitas ?.
Telah
banyak institusi-institusi yang bergerak di bidang pendidikan yang memiliki
fasilitas dan kualitas yang bagus, ternyata belum bisa menciptakan manusia-manusia
yang beradab. Ini dikarenakan institusi-institusi pendidikan banyak menerapkan
visi dan misi pragmatis yang dibawa dari Negara bagian barat. Tidak ada lagi
penanaman nilai-nilai spiritual, kebaikan dan bermoral didalam institusi
tersebut.
Sekarang,
institusi-institusi pendidikan kebanyakannya telah berubah menjadi industry
bisnis yang mengajarkan manusia untuk bekerja supaya memperoleh kesenangan dan
kemakmuran diri sendiri, perusahaan dan Negara, sehingga nilai-nilai moral
sebagai manusia tak pernah diajarkan.
Kaum
muslimin pun telah terkena dampak dari pengaruh hegemoni dunia barat tersebut.
Banyak kaum muslimin yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi
mereka tidak bisa menjadi muslim yang berakhlak mulia. Ini dikarenakan
institusi pendidikan tempat mereka belajar dahulu menerapkan visi dan misi
pragmatis.
Inilah
saatnya kita kembali kepada rujukan yang tidak ada cacatnya yaitu Al-Qur’an.
Al-Quran ternyata lebih memiliki system yang komprehensif dan integritas
dibandingkan system pendidikan dunia barat. Islam mempunyai tujuan utama yaitu
“mendapatkan ridho Allah S.W.T”, diharapkan dengan diterapkan tujuan ini di
dalam pendidikan, manusia bisa menjadi orang-orang yang bermoral, mempunyai
kualitas, dan bermanfaat, tidak hanya buat diri sendiri tetapi juga buat
keluarga, masyarakat, Negara, bahkan buat ummat manusia sedunia dengan landasan
mendapatkan ridho Allah S.W.T.
Abdul
Fatah Jalal menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang dapat dilihat dari surat Al
hajj ayat 41:
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami
teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang
mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”.
Ayat
ini mengemukakan tentang tujuan pendidikan yang membentuk masyarakat yang
diidam-idamkan, yaitu mempunyai pemimpin dan anggota-anggota yang bertakwa,
melaksanakan shalat, menunaikan zakat, menegakkan nilai-nilai ma’ruf
(perkembangan positif) dalam masyarakat dan mencegah perbuatan yang munkar.
Untuk
itu hendaklah kita benahi pendidikan kita yang telah terpedaya dengan system
yang dibuat oleh dunia barat. Dari sekarang hendaklah kita pada umumnya dan
pendidik pada khususnya merubah tujuan pendidikan kita, yaitu untuk “mendapatkan ridho Allah S.W.T. dan menjadi
hamba Allah yang patuh terhadap perintah-Nya”. apabila tujuan kita
berlandaskan dengan ini, maka dunia akan terjamin keselamatannya, dan manusia
akan mempunyai moral yang berakhlak mulia. Sehingga dapat kita capai tujuan
akhir dari pendidikan seperti yang dikatakan oleh Muhammad Athiyah al- Abrasyi,
yaitu: Terbinanya akhlak manusia. Manusia benar-benar siap untuk hidup didunia
dan diakhirat. Ilmu dapat benar-benar dikuasai dengan moral manusia yang mantap
dan manusia benar-benar terampil bekerja di dalam masyarakat.
B.
Kandungan Al-Qur’an Surat
al-Dzariyat [51] ayat 56
1. Teks Ayat dan Terjemah
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”
2. Pengertian Global
Ayat
di atas menggunakan bentuk persona pertama (Aku). Ini bukan saja bertujuan
menekankan pesan yang di kandungnya tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa
perbuatan-perbuatan Allah tidak melibatkan malaikat atau sebab-sebab lainnya.
Di sini penekanannya adalah beribadah kepada-Nya semata-mata, maka redaksi yang
digunakan berbentuk tunggal dan tertuju kepada-Nya semata-mata tanpa memberi
kesan adanya keterlibatan selain Allah SWT.
Didahulukannya
penyebutan kata al-jin (jin) dari
kata al-ins (manusia) karena jin
lebih dahulu diciptakan Allah dari pada manusia.Kaitannya dengan tujuan
pendidikan itu sendiri dapat kita pahami sebagai berikut:Pertama, kemantapan
makna penghambaan diri kepada Allah dalam hati setiap insan. Tidak ada dalam
wujud ini kecuali satu Tuhan dan selain-Nya adalah hamba-hamba-Nya.Kedua,
Mengarah kepada Allah dengan setiap gerak pada nurani, pada setiap anggota
badan dan setiap gerak dalam hidup. Semuanya mengarah hanya kepada Allah secara
tulus. Dengan demikian, terlaksanalah makna ibadah.
3. Penjelasan Ayat
Ayat ini dengan sangat jelas mengabarkan kepada kita
bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain hanyalah untuk “mengabdi” kepada
Allah SWT. Dalam gerak langkah dan hidup manusia haruslah senantiasa diniatkan
untuk mengabdi kepada Allah. Tujuan pendidikan yang utama dalam Islam menurut
Al-Qur’an adalah agar terbentuk insan-insan yang sadar akan tugas utamanya di
dunia ini sesuai dengan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid. Sehingga dalam
melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus
didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata.
Mengabdi dalam terminologi Islam sering diartikan
dengan beribadah. Ibadah bukan sekedar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia
adalah satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat
adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia
mengabdi. Ibadah juga merupakan dampak keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju
kepada yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau dan tidak
terbatas. Ibadah dalam pandangan ilmu Fiqh ada dua yaitu ibadah mahdloh
dan ibadah ghoiru mahdloh. Ibadah mahdloh adalah ibadah yang telah ditentukan
oleh Allah bentuk, kadar atau waktunya seperti halnya sholat, zakat, puasa dan
haji. Sedangkan ibadah ghoiru mahdloh adalah sebaliknya, kurang lebihnya yaitu
segala bentuk aktivitas manusia yang diniatkan untuk memperoleh ridho dari
Allah SWT.
Segala aktivitas pendidikan, belajar-mengajar dan
sebagainya adalah termasuk dalam kategori ibadah. Hal ini sesuai
dengan sabda Nabi SAW :
طلب العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة (رواه ابن عبد
البر)
“Menuntut
ilmu adalah fardlu bagi tiap-tiap orang-orang Islam laki-laki dan perempuan” (H.R
Ibn Abdulbari)
من خرج فى طلب العلم فهو فى سبيل الله حتى يرجع (رواه
الترمذى)
“Barangsiapa
yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah
(orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali”. (H.R.
Turmudzi)
Pendidikan
sebagai upaya perbaikan yang meliputi keseluruhan hidup individu termasuk akal,
hati dan rohani, jasmani, akhlak, dan tingkah laku. Melalui pendidikan, setiap
potensi yang di anugerahkan oleh Allah SWT dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan
untuk menjalankan fungsi sebagai khalifah di muka bumi. Sehingga pendidikan
merupakan suatu proses yang sangat penting tidak hanya dalam hal pengembangan
kecerdasannya, namun juga untuk membawa peserta didik pada tingkat manusiawi
dan peradaban, terutama pada zaman modern dengan berbagai kompleksitas yang
ada.
Dalam
penciptaaannya, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan dengan dua fungsi,
yaitu fungsi sebagai khalifah di muka bumi dan fungsi manusia sebagai makhluk
Allah yang memiliki kewajiban untuk menyembah-Nya. Kedua fungsi tersebut juga
dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya berikut,
ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$#
ZpxÿÎ=yz (
“...Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi." Ketika Allah menjadikan manusia
sebagai khalifah di muka bumi dan dengannya Allah SWT mengamanahkan bumi
beserta isi kehidupannya kepada manusia, maka manusia merupakan wakil yang
memiliki tugas sebagai pemimpin dibumi Allah.
Al-Ghozali melukiskan tujuan
pendidikan sesuai dengan pandangan hidupnya dan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya, yaitu sesuai dengan filsafatnya, yakni memberi petunjuk akhlak dan
pembersihan jiwa dengan maksud di balik itu membentuk individu-individu yang
tertandai dengan sifat-sifat utama dan takwa.
Dalam
khazanah pemikiran pendidikan Islam, pada umumnya para ulama berpendapat bahwa
tujuan akhir pendidikan Islam adalah ”untuk beribadah kepada Allah SWT”.
Kalau dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan diarahkan untuk
mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa, maka
dalam konteks pendidikan Islam justru harus lebih dari itu, dalam arti,
pendidikan Islam bukan sekedar diarahkan untuk mengembangkan manusia yang
beriman dan bertaqwa, tetapi justru berusaha mengembangkan manusia menjadi
imam/pemimpin bagi orang beriman dan bertaqwa (waj’alna li al-muttaqina imaama).
Untuk
memahami profil imam/pemimpin bagi orang yang bertaqwa, maka kita perlu
mengkaji makna takwa itu sendiri. Inti dari makna takwa ada dua macam yaitu; itba’ syariatillah (mengikuti ajaran
Allah yang tertuang dalam al-Qur’an dan Hadits) dan sekaligus itiba’
sunnatullah (mengikuti aturan-aturan Allah, yang berlalu di alam ini), Orang
yang itiba’ sunnatullah adalah orang-orang yang memiliki keluasan ilmu dan
kematangan profesionalisme sesuai dengan bidang keahliannya. Imam bagi
orang-orang yang bertaqwa, artinya disamping dia sebagai orang yang memiki
profil sebagai itba’ syaria’tillah sekaligus itba’ sunnatillah, juga mampu menjadi pemimpin, penggerak,
pendorong, inovator dan teladan bagi orang-orang yang bertaqwa.
C.
Tujuan Pendidikan Melalui
Pendekatan Religi
Pendekatan
religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan
bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan
dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk
menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan.
Terkait dengan
teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya “ Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam”
mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal.
Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai
dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang
tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis),
yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan
Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak
terjamin tingkat kebenarannya.
Berkenaan
dengan tujuan pendidikan Islam, World
Conference on Muslim Education (Hasan Langgulung, 1986) merumuskan
bahwa : “ Education should
aim at balanced growth of the total personality of man through Man’s spirit,
intelellect the rational self, feelings and bodily senses. Education should therefore
cater for the growth of man in all its aspects, spirituals, intelectual,
imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and
collectively, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of
perfection. The ultimate aim of Muslim Education lies in the realization of
complete submission to Allah on the level of individual, the community and
humanity at large.”
Sementara itu,
Ahmad Tafsir (1992) merumuskan tentang tujuan umum pendidikan Islam yaitu
muslim yang sempurna dengan ciri-ciri :
(1)
memiliki
jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan;
(2)
memiliki
kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu menyelesaikan secara cepat dan
tepat; mampu menyelesaikan secara ilmiah dan filosofis; memiliki dan
mengembangkan sains; memiliki dan mengembangkan filsafat dan
(3)
memiliki
hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan sukarela melaksanakan perintah Allah
SWT dan menjauhi larangannya dan hati memiliki hati yang berkemampuan dengan
alam gaib.
Dalam teori
pendidikan Islam, dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan
substansi pendidikan lainnya, seperti tentang sosok guru yang islami, proses
pembelajaran dan penilaian yang islami, dan sebagainya. (selengkapnya lihat
pemikiran Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam).
Mengingat
kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori
pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan
menggunakan satu pendekatan saja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik
dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan memliki
hubungan komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.
Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner
BAB III
P E N
U T U P
A. KESIMPULAN
Dari deskripsi
singkat di atas, dapat dipahami bahwa al-Qur’an telah memberikan rambu-rambu
yang jelas kepada kita tentang konsep pendidikan yang komperehensif. Yaitu
pendidikan yang tidak hanya berorientasi untuk kepentingan hidup di dunia saja,
akan tetapi juga berorientasi untuk keberhasilan hidup di akhirat kelak. Karena
kehidupan dunia ini adalah jembatan untuk menuju kehidupan sebenarnya, yaitu
kehidupan di akhirat.
Manusia sebagai insan
kamil dilengkapi dua
piranti penting untuk memperoleh pengetahuan, yaitu akal dan hati. Yang dengan
dua piranti ini manusia mampu memahami “bacaan” yang ada di sekitarnya.
Fenomena maupun nomena yang mampu untuk ditelaahnya. Karena hanya manusia
makhluk yang diberi kelebihan ini.
Pengetahuan
yang telah didapat manusia sudah seyogyanya diorientasikan untuk kepentingan
seluruh umat manusia. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat
bagi manusia seluruhnya. Namun, tidak boleh dilupakan bahwa manusia juga hidup
berdampingan dengan lingkungan, sehingga tidak bisa serta merta kemajuan
pengetahuan pengetahuan dan teknologi malah menghancurkan dan merusak
keseimbangan alam. Karena sudah menjadi tugas manusia untuk melestarikan alam
ini sebagai pengejawantahan kekhalifahan manusia sekaligus bentuk ta’abbudnya
kepada Allah swt.
B.
SARAN
Ayat-ayat
yang telah dijelaskan diatas mengemukakan tentang tujuan pendidikan yang
membentuk masyarakat yang diidam-idamkan, yaitu mempunyai pemimpin dan
anggota-anggota yang bertakwa, melaksanakan shalat, menunaikan zakat,
menegakkan nilai-nilai ma’ruf (perkembangan positif) dalam masyarakat dan
mencegah perbuatan yang munkar.
Untuk
itu hendaklah kita benahi pendidikan kita yang telah terpedaya dengan system
yang dibuat oleh dunia barat. Dari sekarang hendaklah kita pada umumnya dan
pendidik pada khususnya merubah tujuan pendidikan kita, yaitu untuk
“mendapatkan ridho Allah S.W.T. dan menjadi hamba Allah yang patuh terhadap
perintah-Nya”. apabila tujuan kita berlandaskan dengan ini, maka dunia akan
terjamin keselamatannya, dan manusia akan mempunyai moral yang berakhlak mulia.
Sehingga dapat kita capai tujuan akhir dari pendidikan seperti yang dikatakan
oleh Muhammad Athiyah al- Abrasyi, yaitu: Terbinanya akhlak manusia. Manusia
benar-benar siap untuk hidup didunia dan diakhirat. Ilmu dapat benar-benar
dikuasai dengan moral manusia yang mantap dan manusia benar-benar terampil
bekerja di dalam masyarakat.
Wallahu A’lam Bisshawab ...
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad
Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam. Bandung: Rosda Karya
Ali Saifullah.HA. 1983. Antara
Filsafat dan Pendidikan: Pengantar Filsafat Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Ahmad Mustafa
al-Maragi, Tafsir al-Maragi ( Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1974)Al-Ikhlash,
Sulaiman Al-Asyqor, dar An-Nafais.
Departemen
agama, al-Qur’an dan Tafsirnya ( Jakarta: Proyek pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an,
1990).
Fawaid
Al-Fawaid, Ibnul Qoyyim, tahqiq Syaikh Ali Hasan, Dar Ibnul Jauzi.
Hasan Langgulung, 1986. Manusia dan
Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Shihab,
M.Quraish, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2001)
_______________,
Tafsir al-Qur-an al-Karim ( Bandung: : Pustaka Hidayah, 1997)
Tafsir Ibnu
Katsir, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1992)
Hadits Web: http://opi110mb.com/
1 komentar:
Assalamu'alaikum.. terimakasih ilmunya. punten kang, boleh izin copast isi dr makalahnya?
Posting Komentar