22 April 2015

TIGA KIAT BAHAGIA DARI NABI ‘ISA ‘ALAIHIS SALAM

Jika ditanyakan “Apakah cara yang harus ditempuh untuk menggapai bahagia?”, tentu akan muncul banyak jawaban. Perbedaan jawaban berasal dari perbedaan sudut pandang masing-masing, sesuai dengan kecenderungan dan gaya hidupnya.
Menurut Nabi ‘Isa ‘Alaihis Salam, seseorang dikatakan harus merasakan bahagia jika dia sudah melakukan tiga hal ini.

LISAN SELALU BERDZIKIR

Bahagia adanya di dalam hati. Ketenangan hati bisa digapai dengan memperbanyak dzikir kepada Allah Ta’ala. Berdzikir yang merupakan ibadah unggulan harus dilakukan dengan kalimat-kalimat pujian yang termaktub dalam Kitab Suci al-Qur’an, hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, maupun ucapan para sahabat dan ulama’ shaleh yang takut kepada Allah Ta’ala sebagai generasi penerus Nabi dan Rasul.
Sedangkan sebaik-baik dzikir adalah Kalam Allah Ta’ala. Ia bisa dibaca kapan saja, dari bagian mana saja, sebanyak mungkin sesuai dengan kemampuan seorang hamba selama tidak melanggar hak-hak bacaan.
Maka sebaik-baik bacaan al-Qur’an adalah yang masuk ke dalam hati, dan memengaruhi pembacanya untuk mengamalkan kandungan di dalamnya. Mereka itulah generasi sahabat nabi yang dimuliakan oleh Allah Ta’ala.

DIAMNYA BERFIKIR

Ada ungkapan yang amat masyhur bahwa diam adalah emas. Dalam Islam, diam disyariatkan jika tidak ada perkataan baik yang harus disampaikan. Diam ketika tak ada kebaikan yang disampaikan juga menjadi salah satu tanda baiknya iman seseorang.
Maka dalam diamnya, orang yang beriman akan senantiasa berp
ikir. Mereka memikirkan keajaiban-keajaiban yang Allah Ta’ala sampaikan melalui alam semesta dan dalam dirinya. Alhasil, karena memikirkan hal itu, mereka senantiasa berada dalam kebaikan yang membahagiakan.
Sebab, jika pikiran tidak sibuk dengan memikirkan ayat-ayat Allah Ta’ala, maka  ia akan sibuk dengan memikirkan kesia-sian dan maksiat.

PENDAPATNYA BERIBRAH

Lisan yang senantiasa berdzikir dan senantiasa memikirkan ayat-ayat Allah Ta’ala dalam diam, maka perkataan yang disampaikan pun akan mengandung kebaikan semata. Setiap kalimat yang meluncur darinya adalah motivasi, harapan, mengingatkan keutamaan akhirat, peringatan agar tidak terlena dengan dunia, dan sebagainya.
Alhasil, selain mereka yang mengucapkan mendapatkan kebaikan, orang yang mendengarkannya pun akan mengalami rasa serupa. Kebaikan, kebahagiaan, dan kedamaian tersebut akan menular sehingga semakin banyak orang yang merasakannya.
Sobat, mari bahagiakan diri dengan berdzikir, berpikir, dan berpendapat yang memiliki pelajaran nan berharga. [Pirman]


Tidak ada komentar: