25 Juni 2011

Beginilah Jika Bersaudara ...

Adalah fitrah manusia untuk memiliki perasaan sayang dan cinta kasih dalam sebuah persaudaraan. Dimana perasaan ini timbul karena empati dan bermula dari prasangka baik. Saya masih teringat pada seseorang yang menceritakan sebuah kisah menarik tentang persaudaraan yang dilandasi ketulusan. Berikut ceritanya …

Suatu ketika, ada dua orang saudara yang diberikan warisan oleh orang tuanya berupa ladang gandum yang cukup luas, sehingga mereka menggarap lahan gandum tersebut berdua dan selalu membaginya sama rata. Satu orang yang lebih tua telah menikah dan dikaruniai beberapa anak, sedangkan yang muda berencana tidak akan menikah.

24 Juni 2011

Palestina di Dadaku ...

Satu satunya Negara di dunia , yang hingga saat ini belum merdeka, adalah Palestina. Ada sejuta asa ketika mendengar nama itu. Cinta tentang kebebasan, cita tentang Perjuangan, dan harap yang akan terus melambung, bahwa mereka sama seperti kita, HARUS MERDEKA. Ketika menyebut atau mendengar nama itu, serta merta timbul berjuta tanya. Tanya pilu seorang muslim yang merindukan kemuliaan agamanya. Apa yang menyebabkan konflik Palestina – zionis berkepanjangan?. Konflik yang terjadi sejak 1967 M ini seakan tidak berujung, berjalin kelindan dan sepertinya, minim solusi. Mengapa palestina tidak segera merdeka.? mengapa Israel terus menerus melancarkan kebiadabannya terhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan.? Dan pertanyaan yang paling krusial, bagaimanakah mereka ( bangsa Palestina ) akan memerdekakan diri ? Bilakah masanya tiba.? Kapankah.? Akankah kita menjadi pelaku pembebasan atau sekedar bertepuk dipingir atau bahkan mencela mereka yang tengah berjuang demi kemerdekaan saudara sesama muslim di negeri para Nabi Itu ?.

Palestina, adalah bumi suci. Kiblat pertama umat islam. Di sanalah, masjid Al Aqsha, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam rehat sholat ketika melaksanakan Mi’roj. Di sana, beliau menjadi Imam bagi para Nabi sebelumnya. Di sana pula terletak salah satu pusat peradaban Islam. Semenjak nabi Musa ‘alaihissalam. Di sana pula, terjadi peristiwa peristiwa bersejarah yang tidak terlupakan.

AL-BARRA BIN MALIK

“ALLAH DAN SURGA … !”

Dia adalah salah seorang di antara dua bersaudara yang hidup mengabdikan diri kepada Allah, dan telah mengikat janji dengan Rasulullah saw. yang tumbuh dan berkembang bersama sama. Yang pertama bernama Anas bin Malik khadam Rasulullah saw. Ibunya yang bernama Ummu Sulaim membawanya kepada Rasul, sedang umurnya pada waktu itu baru sepuluh tahun, seraya katanya: “Ya Rasulallah Ini Anas, pelayan anda yang akan melayani anda, doakanlah ia kepada Allah!
Rasulullah mencium anak itu antara kedua matanya lalu mendoakannya, doa mana tetap membimbing usianya yang panjang ke arah kebaikan dan keberkahan. Rasul telah mendoakannya dengan kata-kata berikut: “Ya Allah banyak­kanlah harta dan anaknya, berkatilah ia dan masukkanlah ia ke surga.
Ia hidup sampai usia 99 tahun dan diberi-Nya anak dan cucu yang banyak, begitu pula Allah memberinya rizqi, berupa kebun yang luas dan subur, yang dapat menghasilkan panen buah-buahan dua kali dalam setahun.

ABU SUFYAN BIN HARITS

Habis Gelap Terbitlah Terang

Ia adalah Abu Sufyan bin Harits, dan bukan Abu Sufyan bin Harb ayah Mu’awiyah. Kiaahnya merupakan kiaah kebenaran setelah kesesatan, sayang setelah benci dan bahagia setelah celaka. Yaitu kiaah tentang rahmat Allah yang pintu-pintu­nya terbuka lebar, demi seorang hamba menjatuhkan diri di haribaan-Nya, setelah penderitaan yang berlarut-larut.
Bayangkan, waktu tidak kurang dari 20 tahun yang dilalui Ibnul Harits dalam kesesatan memusuhi dan memerangi Islam ! Waktu 20 tahun, yakni semenjak dibangkitkan-Nya Nabi saw. sampai dekat hari pembebasan Mekah yang terkenal itu. Selama itu Abu Sufyan menjadi tulang punggung Quraisy dan sekutu-sekutunya, menggubah syair-syair untuk menjelekkan serta menjatuhkan Nabi, juga selalu mengambil bagian dalam peperangan yang dilancarkan terhadap Islam.
Saudaranya ada tiga orang, yaitu Naufal, Rabi’ah dan Ab­dullah, semuanya telah lebih dulu masuk Islam. Dan Abu Sufyan ini adalah saudara sepupu Nabi, yaitu putera dari parnannya,. Harits bin Abdul Mutthalib. Di samping itu ia juga saudara sesusu dari Nabi karena selama beberapa hari disusukan oleh ibu susu Nabi, Halimatus Sa’diyah.

21 Juni 2011

TENTANG KONFRENSI RAJAB HIZBUT TAHRIR INDONESIA



“ … Karena itu, mengadakan banyak seminar tentang Khilafah bukan jalan untuk mendirikan Daulah Islam. Upaya keras untuk menyatukan negara-negara yang memerintah bangsa-bangsa Islam bukan menjadi sarana menuju terbentuknya Daulah Islam. Demikian pula kesepakatan berbagai konfrensi untuk bangsa-bangsa Islam bukanlah jalan yang dapat merealisir upaya melanjutkan kehidupan Islam. Tegasnya hal tersebut dan yang sejenisnya bukan  merupakan metode, melainkan sekedar hiburan sesaat yang sedikit menyegarkan jiwa kaum Muslim. Kemudian semangat dari berbagai  aktivitas tersebut lambat laun menjadi padam dan akhirnya berdiam diri tidak lagi melakukan aksi apa pun. Lebih dari itu, semuanya adalah jalan yang bertentangan dengan thariqah Islam.”

Kutipan diatas saya ambil dari sebuah buku dengan judul Ad-Daulah Islamiah pada Bab “Bagaimana Mendirikan Daulah Islamiah” halaman 319 yang ditulis oleh Ust. Taqiyudin Al-Nabhani, dimana kita ketahui bersama bahwa beliau adalah tokoh pendiri Hizbut Tahrir yang berkembang ke berbagai Negara bahkan di Indonesia.

"7 Keajaiban Dunia"

7 Keajaiban Dunia

Di kelas VII (Tujuh) MTs pada saat pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) saya menugaskan kepada para murid untuk menuliskan daftar “Tujuh Keajaiban Dunia” yang mereka ketahui dalam selembar kertas, setelah dirasa cukup waktu untuk menyelesaikannya maka saya meminta salah seorang murid untuk mengumpulkan tugas tersebut dan menyerahkannya kepada saya.

Diantara daftar yang mereka tuliskan secara garis besar adalah sama, walaupun masih banyak yang keliru. Diantara daftar tersebut adalah :

  1. Candi Borobudur
  2. Menara Eiffel
  3. Piramida
  4. Ka’bah
  5. Tembok Besar China
  6. Monumen Nasional (Monas)
  7. Candi Prambanan

17 Juni 2011

Membeli Keajaiban

Sally bau berumur 8 tahun ketika ia mendengar ayah dan ibunya sedang berbicara mengenai adik lelakinya, Georgi. Ia sedang menderita sakit parah dan mereka telah melakukan apapun untuk menyelamatkan jiwanya. Hanya operasi yang sangat mahal yang bisa menyelamatkan jiwa Georgi. Tapi, mereka tidak punya biaya untuk melakukan itu.

Sally mendengar ayahnya berbisik “Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkannya sekarang

Sally pergi ke tempat tidur dan mengambil celengan dari tempat persembunyiannya. Lalu dikeluarkan semua isi celengan tersebut ke lantai dan menghitungnya secara cermat … tiga kali ia menghitungnya. Nilainya harus benar-benar tepat.

Dengan membawa uang itu, ia menyelinap dan pergi ke sebuah took obat di kota tersebut. Ia menunggu dengan sabar sampai sang apoteker member perhatian, tapi ia terlalu sibuk dengan orang lain untuk diganggu oleh seorang anak berusia 8 tahun. Sally berusaha menggoyang-goyangkan kakinya untuk mencari perhatian, namun ia gagal.

16 Juni 2011

- Wanita Lain ..


Setelah menikah selama dua puluh satu tahun akhirnya kutemukan cara untuk menjaga agar cahaya cinta tetap bersinar. Beberapa waktu yang lalu, aku keluar bersama wanita yang lain dari biasanya. Gagasan itu justru dari istriku sendiri.

“Aku yakin kau akan mencintainya.” Kata istriku,
“Tapi aku mencintaimu.” Protesku.
“Aku tahu iut, tapi kau juga akan mencintainya.”
Sebenarnya wanita yang dimaksud istriku tidak lain adalah ibuku sendiri yang telah menjanda selama 19 tahun. Tuntutan pekerjaan dan tiga anakku membuatku jarang mengunjunginya. Malam itu aku menelepon untuk mengajaknya kencan makan malam dan nonton bioskop.

ABU MUSA AL ASY’ARI


Yang Penting Keikhlasan, Kemudian Terjadilah Apa yang Akan Terjadi …”

Tatkala Amirul Mu’minin Umar bin Khatthab mengirimnya ke Bashrah untuk menjadi panglima dan gubernur, dikumpulkan­nyalah penduduk lalu berpidato di hadapan mereka, katanya:  ”Sesungguhnya Amirul Mu’minin Umar telah mengirimku kepada kamu sekalian, agar aku mengajarkan kepada kalian kitab Tuhan kalian dan Sunnah Nabi kalian, serta membersihkan jalan hidup kalian”
Orang-orang sama heran dan bertanya-tanya. Mereka mengerti apa yang dimaksud dengan mendidik dan mengajari mereka tentang Agama, yang memang menjadi kewajiban gubernur dan panglima. Tetapi bahwa tugas gubernur itu juga membersihkan jalan hidup mereka, hal ini memang amat meng­herankan dan menjadi suatu tanda tanya.
Maka siapakah kiranya gubernur ini, yang mengenai dirinya Hasan Basri r.a. pernah berkata:  ”Tak seorang pengendara pun yang datang ke Basrah yang lebih berjasa kepada penduduk­nya selain dia.”
Ia adalah Abdullah bin Qeis dengan gelar Abu Musa al-Asy­’ari. Ia meninggalkan negeri dan kampung halamannya Yaman menuju Mekah, segera setelah mendengar munculnya seorang Rasul di sana yang menyerukan tauhid, dan menyeru beribadah kepada Allah berdasarkan penalaran dan pengertian, serta me­nyuruh berakhlaq mulia.
Di Mekah dihabiskan waktunya untuk duduk di hadapan Rasulullah saw. menerima petunjuk dan keimanan daripadanya. Lalu pulanglah ia ke negerinya membawa kalimat Allah, baru kembali lagi kepada Rasul saw. tidak lama setelah selesainya pembebasan Khaibar.
Kebetulan kedatangannya ini bersamaan dengan tibanya Ja’far bin Abi Thalib bersama rombongannya dari Habsyi, hingga semua mereka mendapat bagian saham dari hasil pertempuran Khaibar.

ABU JABIR, ABDULLAH BIN AMR BIN HARAM


Seorang yang Dinaungi Oleh Malaikat

Sewaktu orang-orang Anshar yang 70 orang banyaknya itu, mengangkat bai’at kepada Rasulullah saw. pada bai’at ‘Aqa­bah II, maka Abdullah bin Amr bin Haram, (Abu Jabir bin Abdullah) termasuk salah seorang di antara mereka.
Dan tatkala Rasulullah saw. memilih di antara perutusan itu beberapa orang wakil, juga Abdullah bin Amr terpilih sebagai salah seorang di antara wakil-wakil mereka, ia diangkat oleh Rasulullah sebagai wakil dari kaum Bani Salamah.
Dan setelah ia kembali ke Madinah, maka jiwa raga, harta benda dan keluarganya, dipersembahkannya sebagai baktinya terhadap Agama Islam. Apalagi setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, maka Abu Jabir menemukan nasib bahagianya dengan selalu bertemankan Nabi, baik Siang maupun malam.
Di perang Badar, ia turut menjadi  pejuang dan bertempur sebagai layaknya kesatria. Dan di perang Uhud sebelum Kaum Muslimin berangkat perang, telah terbayang-bayang juga di ruang matanya bahwa ia akan jatuh sebagai korban. Suatu perasaan kuat meliputi dirinya bahwa ia takkan kembali, me­nyebabkannya bagaikan terbang karena suka cita. Maka dipanggil­nya putranya Jabir bin Abdullah, seorang shahabat Nabi yang mulia, lalu pesannya: “Ayahanda merasa yakin akan gugur dalam peperangan ini, bahkan mungkin menjadi syahid pertama di antara Kaum Muslimin. Dan demi Allah, ayahanda takkan rela mencintai seorang pun selain Rasulullah lebih besar dari ananda. Selain itu sebetulnya ayahanda ini mempunyai utang, maka bayarkanlah oleh anakanda, dan pesankanlah kepada saudara-saudara anakanda, agar mereka suka berbuat baik … !”

*** Anda dan Sang Khalik ***



Orang sulit dimengerti, tidak berpikir panjang, dan selalu memikirkan diri sendiri.
Namun demikian … ampunilah mereka.

Bila anda baik hati, mungkin orang menuduh anda egois, atau punya mau.
Namun demikian … tetaplah berbuat baik.

Bila anda sukses anda akan menemui teman-teman yang tidak bersahabat, dan musuh-musuh sejati anda.
Namun demikian … teruskan kesuksesan anda.

Pandangan Itu …

كُلُّ الحَوَادِثِ مَبْـدَاهَا مِن النَّظَرِ
 وَمُعْظَمُ النَّارِ مِنْ مُسْتَصْغَرِ الشَّرَرِ
كَمْ نَظْرَةً بَلَغَتْ مِنْ قَلْبِ صَاحِبِها
 كَمَبْلَغِ السَّهْمِ بَيْنَ القَوْسِ وَالوَبَرِ
وَالعَبْدُ مَا دَامَ ذَا طَرَفٍ يُقَلِّبُـه
 فِيْ أَعْيُنِ الغَيْرِ مَوْقُوْفٌ عَلىَ الخَطَرِ
يَسُرّ مُقْلَتَـه مَا ضَرَّ مِهْجَتَـه
 لاَ مَرْحَبـًا بِسُرُوْرٍ عَادَ بِالضَّرَرِ

Setiap petaka bermula dari lirikan
laksana kobaran api berasal dari bunganya  yang kecil.
Betapa banyak lirikan menembus hati tuannya
seperti anak panah mengenai sasaran, melesat dari busur dan senarnya.
Seorang hamba, selama dia masih mempunyai kelopak mata yang mengedip orang lain
maka dia berada dalam keadaan yang mengkhawatirkan.
(Dia memandang hal-hal yang) menyenangkan matanya, tapi membahayakan jiwanya
maka janganlah kau sambut kesenangan yang membawa petaka.

12 Juni 2011

ABU DZAR AL-GHIFARI

Tokoh Gerakan Hidup Sederhana

Ia datang ke Mekah terhuyung-huyung letih tetapi matanya bersinar bahagia. Memang, sulitnya perjalanan dan panasnya udara padang pasir telah menyengat badannya dengan rasa sakit dan lelah, tetapi tujuan yang hendak dicapainya telah meringan­kan penderitaan dan meniupkan semangat serta rasa gembira dalam jiwanya.
Ia memasuki kota dengan menyamar. Seolah-olah ia seorang yang hendak melakukan thawaf keliling berhala-berhala besar di Ka’bah; atau seolah-olah musafir yang tersesat dalam perjalanan; atau lebih tepat orang yang telah menempuh jarak amat jauh, yang memerlukan istirahat dan menambah perbekalan.
Padahal seandainya orang-orang Mekah mengetahui bahwa kedatangannya itu untuk menemui Muhammad saw. dan men­dengar keterangannya, pastilah mereka akan membunuhnya! Tetapi ia tak perduli akan dibunuh, asal saja setelah melintasi padang pasir luas, ia dapat menjumpai laki-laki yang dicarinya dan menyatakan iman kepadanya. Kebenaran dan da’wah yang diberikan Muhammad saw. dapat memuaskan hatinya.
Ia terus melangkah sambil memasang telinga, dan setiap didengarnya orang memperkatakan Muhammad saw., ia pun mendekat dan menyimak dengan hati-hati; hingga dari cerita yang tersebar di sana-sini, diperolehnya petunjuk yang dapat menunjukkan tempat persembunyian Muhammad saw., dan mempertemukannya dengan beliau.

ABU DARDA'


Seorang Budiman dan Ahli Hikmah Yang Luar Biasa

Selagi balatentara Islam berperang kalah menang di beberapa penjuru bumi, sementara itu di kota Madinah berdiam seorang ahli hikmat dan filosof yang mengagumkan, yang dari dirinya memancar mutiara yang cemerlang dan bernilai.
la senantiasa mengucapkan kata-kata kepada masyarakat sekelilingnya, : “Maukah anda sekalian, aku kabarkan amalan­-amalan yang terbaik, amalan yang terbersih di sisi Allah dan paling meninggikan derajat anda, lebih baik daripada memerangi musuh dengan menghantam batang leher mereka, lalu mereka pun menebas batang leher anda, dan malah lebih baik dari uang, emas dan Perak ?”
Para pendengarnya sama menjulurkan kepala mereka ke muka karena ingin tahu, lalu segera menanyakan: “Apakah itu wahai Abu Darda’ ?” Abu Darda’ memulai bicaranya dengan wajah berseri-seri, di bawah cahaya iman dan hikmat, lalu men­jawab: “‘Dzikrullah” — menyebut Serta mengingat nama. Allah — “Wa-ladzikrullahi akbar” — dan sesungguhnya dzikir kepada Allah itu lebih utama.
Bukanlah maksud ahli hikmat yang mengagumkan ini meng­anjurkan orang menganut filsafat memencilkan diri, dan bukan Pula dengan kata-katanya itu ia menyuruh orang meninggalkan dunia, dan tidak Pula agar mengabaikan hasil Agama yang baru ini, yakni hasil yang telah dicapai dengan jihad atau kerja mati­-matian.

ABU AYYUB AL-ANSHARI


“Pejuang di Waktu Senang Ataupun Susah”

Rasulullah memasuki kota Madinah, dan dengan demikian berarti beliau telah mengakhiri perjalanan hijrahnya dengan gemilang, dan memulai hari-harinya yang penuh berkah di kampung hijrah, untuk mendapatkan apa yang telah disediakan qadar Ilahi baginya, yakni sesuatu yang tidak disediakannya bagi manusia-manusia lainnya.
Dengan mengendarai untanya Rasulullah berjalan di tengah­-tengah barisan manusia yang penuh sesak, dengan luapan se­mangat dari kalbu yang penuh cinta dan rindu, berdesak­-desakan berebut memegang kekang untanya, karena masing-­masingnya menginginkan untuk menerima Rasul sebagai tamunya.
Rombongan Nabi itu mula-mula sampai ke perkampungan Bani Salim bin Auf; mereka mencegat jalan unta sembari berkata: “Wahai Rasul Allah tinggallah anda pada kami, bilangan kami banyak, persediaan cukup, serta keamanan terjamin
Tawaran mereka yang telah mencegat dan memegang tali kekang unta itu, dijawab oleh Rasulullah: “Biarkanlah, jangan halangi jalannya, karena ia hanyalah melaksanakan perintah”

Barus dan Sejarah Peradaban Islam yang Terlupakan

Oleh : Revol Tel

Mungkin, sebagian di antara kita masih ada yang merasa asing dengan nama “Barus”-sebuah kota tertua di Indonesia yang terletak di pinggir pantai Barat Sumatera. Tapi, tahukah kita bahwa Barus merupakan perkampungan Arab Muslim pertama di Indonesia? Dan sadarkah kita bahwa karena ketidaktahuan kita, kita melupakannya?

Sekilas tentang Barus
Sebelum menjadi sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Barus merupakan kota Emporium dan pusat peradaban pada abad 1 – 17 M, Barus disebut juga dengan nama lain, yaitu Fansur (1). Kampung kecil ini merupakan sebuah kampung kuno yang berada di antara kota Singkil dan Sibolga, sekitar 414 kilometer selatan Medan. Pada zaman Sriwijaya, kota Barus masuk dalam wilayahnya. Namun, saat Sriwijaya mengalami kemunduran dan digantikan oleh kerajaan Aceh Darussalam, Barus pun masuk dalam wilayah Kerajaan Aceh.

ABU ‘UBAIDAH IBNUL JARRAH


Orang Kepercayaan Ummat

Siapakah kiranya orang yang dipegang oleh Rasulullah saw. dengan tangan kanannya sambil bersabda mengenai pribadinya: “Sesungguhnya setiap ummat mempunyai orang keper­cayaan, dan sesungguhnya kepercayaan ummat ini adalah Abu ‘Ubaidah ibnul Jarrah … !
Siapakah orang yang dikirim oleh Nabi ke medan tempur ‘Dzatus Salasil sebagai bantuan bagi Amar bin ‘Ash, dan diangkatnya sebagai panglima dari suatu pasukan yang di dalamnya ter­dapat Abu Bakar dan Umar ?
Siapakah shahabat yang mula pertama disebut sebagai amirul mara atau panglima besar ini ?
Dan siapakah orang yang tinggi perawakannya tetapi kurus tubuhnya, tipis jenggotnya, berwibawa wajahnya, dan ompong kena panah dua gigi mukanya ?
Ya, siapakah kiranya orang kuat lagi terpercaya, sehingga umar bin Khatthab ketika hendak menghembuskan nafasnya yang terakhir pernah berkata mengenai pribadinya: Seandainya Abu ‘Ubadah ibnul Jarrah masih hidup, tentulah ia di antara orang-orang yang akan saya angkat sebagai penggantiku. Dan jika Tuhanku menanyakan hal itu tentulah akan saya jawab: ‘Saya angkat kepercayaan Allah dan ke­percayaan Rasul-Nya

MENJEMPUT BIDADARI

MENJEMPUT BIDADARI
*** SEISMIC ***


BILA YAKIN TELAH TIBA
TEGUH DIDALAM JIWA
KESABARAN MENJADI BUNGA

SEMENTARA WAKTU BERLALU
PENANTIAN TAK BERARTI SIA-SIA
SAAT PERJALANAN ADALAH PENCARIAN DIRI

LAKSANA ZULAIKHA JALANI HARI
SABAR MENANTI YUSUF SANG TAMBATAN HATI
DIPENANTIAN MENCARI DIRI
BERMOHONKAN AMPUNAN
DIPERTEMUKAN …

ABDURRAHMAN BIN AUF


“Apa Sebabnya Engkau Menangis, Hai Abu Muhammad … ?”

Pada suatu hari, kota Madinah sedang aman dan tenteram, terlihat debu tebal yang mengepul ke udara, datang dari tempat ketinggian di pinggir kota; debu itu semakin tinggi bergumpal­-gumpal hingga hampir menutup ufuk pandangan mata. Angin yang bertiup menyebabkan gumpalan debu kuning dari butiran-butiran sahara yang lunak, terbawa menghampiri pintu-pintu kota, dan berhembus dengan kuatnya di jalan-jalan raya.
Orang banyak menyangka ada angin ribut yang menyapu dan menerbangkan pasir. Tetapi kemudian dari balik tirai debu itu segera mereka dengar suara hiruk pikuk, yang memberi tahu tibanya suatu iringan kafilah besar yang panjang.
Tidak lama kemudian, sampailah 700 kendaraan yang sarat dengan muatannya memenuhi jalan-jalan kota Madinah dan menyibukkannya. Orang banyak saling memanggil dan meng­himbau menyaksikan keramaian ini Serta turut bergembira dan bersukacita dengan datangnya harta dan rizqi yang dibawa kafilah itu.

SEPANJANG HIDUP

SEPANJANG HIDUP
(FOR THE REST OF MY LIFE)
***Maher Zain***


AKU BERSYUKUR KAU DISINI KASIH
ENGKAU MAMPU MENGIRINGI
DAN PADAMU INGIN KUSAMPAIKAN

KAU CAHAYA HATI
DULU KUPALINGKAN DIRI DARI CINTA
HINGGA KAU HADIR UBAH SEGALANYA
OOOO …
INILAH JANJIKU KEPADAMU

ABDURRAHMAN BIN ABI BAKAR

Pahlawan Sampai Saat Terakhir

Ia merupakan lukisan nyata tentang kepribadian Arab dengan segala kedalaman dan kejauhannya. Sementara bapaknya adalah orang yang  pertama beriman, dan “Shiddiq” yang memiliki corak keimanan yang tiada taranya terhadap Allah dan Rasul-Nya, serta orang kedua ketika mereka berada dalam gua.
Tetapi Abdurrahman termasuk salah seorang yang keras laksana batu karang menyatu menjadi satu, senyawa dengan Agama nenek moyangnya dan berhala-berhala Quraisy … !
Di perang Badar ia tampil sebagai barisan penyerang di pihak tentara musyrik.
Dan di perang Uhud, ia mengepalai pasukan panah yang dipersiapkan Quraisy untuk menghadapi Kaum Muslimin. Dan sebelum kedua pasukan itu bertempur, lebih dulu seperti biasa dimulai dengan perang tanding. Abdurrahman maju ke depan dan meminta lawan dari pihak Muslimin. Maka bangkit­lah bapaknya yakni Abu Bakar Shiddiq r.a. maju ke muka melayani tantangan anaknya itu. Tetapi Rasulullah menahan shahabatnya itu dan menghalanginya melakukan perang tanding dengan puteranya sendiri.

ABDULLAH IBNU RAWAHAH

Wahai Diri Jika Kau Tidak Gugur Di Medan Juang
Kau Tetap Akan Mati Walau Di Atas Ranjang

Waktu itu Rasulullah saw. sedang duduk di suatu tempat dataran tinggi kota Mekah, menghadapi para utusan yang datang dari kota Madinah, dengan bersembunyi-sembunyi dari kaum Quraisy. Mereka yang datang ini terdiri dari duabelas orang utusan suku atau kelompok yang kemudian dikenal dengan nama Kaum Anshar (penolong Rasul). Mereka sedang dibai’at Rasul (diambil janji sumpah setia) yang terkenal pula dengan Hama Bai’ah al-Aqabah al-Ula (Aqabah pertama). Merekalah pembawa dan penyiar Islam pertama ke kota Madinah, dan bai’at merekalah yang membuka jalan bagi hijrah Nabi beserta pengikut beliau, yang pada gilirannya kemudian, membawa kemajuan pesat bagi Agama Allah yaitu Islam. Maka salah seorang dari utusan yang dibai’at Nabi itu, adalah Abdullah bin Rawahah.
Dan sewaktu pada tahun berikutnya, Rasulullah saw. mem­bai’at lagi 73 orang Anshar dari penduduk Madinah pada bai’at ‘Aqabah kedua, maka tokoh Ibnu Rawahah ini pun termasuk salah seorang utusan yang dibai’at itu.

ABDULLAH BIN ZUBAIR


SEORANG TOKOH DAN SYAHID YANG LUAR BIASA

Ketika menempuh padang pasir yang panas bagai menyala dalam perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah yang terkenal itu, ia masih merupakan janin dalam rahim ibunya. Demikianlah telah menjadi taqdir bagi Abdullah bin Zubeir melakukan hijrah bersama Kaum Muhajirin selagi belum muncul ke alam dunia, masih tersimpan dalam perut ibunya.
Ibunya Asma,  semoga Allah ridla kepadanya dan ia jadi ridla kepada Allah  setibanya di Quba, suatu dusun di luar kota Madinah, datanglah saat melahirkan, dan jabang bayi yang muhajir itu pun masuklah ke bumi Madinah bersamaan waktunya dengan masuknya muhajirin lainnya dari shahabat- shahabat Rasulullah.
Bayi yang pertama kali lahir pada saat hijrah itu, dibawa kepada Rasulullah saw. di rumahnya di Madinah, maka dicium­nya kedua pipinya dan dikecupnya mulutnya, hingga yang pertama masuk ke rongga perut Abdullah bin Zubeir itu ialah air selera Rasulullah yang mulia.
Kaum Muslimin berkumpul dan beramai-ramai membawa bayi yang dalam gendongan itu berkeliling kota sambil membaca tahlil dan takbir. Latar belakangnya ialah karena tatkala Rasulullah dan para shahabatnya tinggal menetap di Madinah, orang­-orang Yahudi merasa terpukul dan iri hati, lalu melakukan perang urat saraf terhadap Kaum Muslimin. Mereka sebarkan berita bahwa dukun-dukun mereka telah menyihir Kaum Muslimin dan membuat mereka jadi mandul, hingga di Madinah tak seorang pun akan mempunyai bayi dari kalangan mereka.

9 Juni 2011

Studi Agama-Agama dalam Studi Islam dan Barat

Oleh : Syamsudin Kadir

Pada 19 Februari 2009, sebuah pusat studi lintas agama di Yogyakarta menggelar satu acara bedah buku berjudul  When Mystic Masters Meet: Paradigma Baru dalam Relasi Umat Kristiani-Muslim.  Penulisnya, seorang dosen perbandingan agama. Buku itu merupakan disertasi doktornya di Chicago University. Bedah buku sejenis digelar di sejumlah kota.

Penulis buku ini mencoba mencari titik temu antara Islam dan Kristen, melalui kajian terhadap dua pemikir besar dalam Islam dan Katolik, yaitu Ibn Arabi dan Meister Eckhart. Penulis menggunakan konsep filsafat perenial dan Kesatuan Transendensi Agama-agama (Trancendent Unity of Religion)  sebagai framework kajiannya.

Ditulis dalam bukunya:  ”Kebanyakan pemahaman Muslim kontemporer mengenai keanekaragaman agama  berdasar pada ayat-ayat  Al-Quran yang menjelaskan tradisi agama-agama  selain Islam. Berbeda dengan kebanyakan Muslim lain yang percaya bahwa ayat-ayat eksklusif tertentu dalam Al-Quran menghapus (naskh) ayat-ayat       inklusif tertentu di dalamnya – sehingga mempunyai kesimpulan yang  menegaskan bahwa Islam menghapus agama-agama yang ada sebelumnya – Ibn Arabi tidak mempunyai kesimpulan yang demikian.”

ABDULLAH BIN UMAR BIN KHATAB

'TEKUN BERIBADAH DAN MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH'

Sewaktu telah berada di puncak usianya yang tinggi, ia ber­bicara:Saya telah bai’at kepada Rasulullah saw Maka sampai saat ini, saya tak pernahbelot atau mungkir janji. Dan saya tak pernah bai’at kepada pengobar fitnah …. Tidak pula membangunkan orang Mu’min dari tidur­nya.
Dalam kalimat-kalimat di atas tersimpul secara ringkas tapi padat kehidupan seorang laki-laki shalih yang lanjut usia, me­lebihi usia 80 tahun, dan telah memulai hubungannya dengan Rasulullah dan Agama Islam semenjak berusia 13 tahun, yaitu ketika ia ingin menyertai ayahandanya dalam Perang Badar, dengan harapan akan beroleh tempat dalam deretan para pe­juang, kalau tidak ditolak oleh Rasulullah disebabkan usianya yang masih terlalu muda, semenjak saat itu bahkan sebelumnya lagi, yakni ketika ia menyertai ayahandanya dalam hijrahnya ke Madinah, hubung­an anak yang cepat matang kepribadiannya itu dengan Rasul­ullah dan Agama Islam, telah mulai terjalin.
Dan semenjak hari itu, sampai saat ia menemui Allah, yakni setelah ia mencapai usia 85 tahun, akan kita dapati ia se­bagaimana adanya; seorang yang tekun beribadat dan mendekat­kan diri kepada Allah, dan tak hendak bergeser dari pendiriannya walau agak seujung rambut, serta tak hendak menyimpang dari bai’at yang telah diikrarkannya atau melanggar janji yang telah diperbuatnya ….

SENYUM KESETIAAN SANG PEJUANG (Sebuah catatan atas kesetiaan seorang aktivis)[1]


Oleh : Syamsudin Kadir

“Senyumlah, karena ia adalah sedekah.
Hari ini kita senyum, maka masa depan akan mendatangkan senyum. Karena senyum adalah ekspresi terbaik atas kebahagiaan diri”
(Renungan 27 April 2010 di Jl. Ahmad Yani No. 873)
  
MENDAPATKAN kehidupan yang lebih damai adalah harapan semua orang. Karena itu bersikap jinak adalah harapan melankolik banyak orang. Bahkan para tokoh dan ilmuwan, dalam sejarahnya memulai jenak-jenak itu. Tidak heran ketika kemudian kalau ada yang mengatakan bahwa di balik keseriusan dan garangnya para “haroker”, tersimpan ruang rindu dan kelembutan yang terpendam. Pada mulanya hanya senyuman, tapi berujung pada kesetiaan. Bahkan senyum itu sendiri adalah kesetiaan: setia untuk bersedekah bagi siapapun, termasuk untuk dirinya sendiri.

Itulah ruang melankolik yang terbangun dalam komunitas aktivis yang terkadang banyak orang menilai mereka garang dan tanpa basa-basi.  Padahal dalam ruang yang agak “wah” itu ada serpihan keanggunan yang tersimpan, yaitu kesetiaan. Iya kesetiaan. Mungkin pernyataan ini terlalu asing bagi mereka yang tidak (belum) menikmati, tapi begitulah faktanya, bahwa kesetiaan itu telah terbangun di ruang aktivitas mereka. Bukan karena keterpaksaan, tapi karena memang naluri kesetiaan itu sudah menjadi energi yang sudah lama bersarang pada lubuk hati mereka. Kesetiaan itu mereka bangun di atas naluri kemanusiaan yang berasal dari ruh ilahiyah yang terpancar dalam dada-dada mereka. Tidak heran jika kemudian kesetiaan menjadi cahaya mereka dalam menyusuri lorong-lorong kesunyian diri di tengah malam, dalam raka’at-raka’at panjang nan syahdu, dan dalam tilawah-tilawah lama namun hangat.

ABDULLAH BIN MAS’UD

'YANG PERTAMA KALI MENGUMANDANGKAN
AL-QURAN DENGAN SUARA MERDU'

Sebelum Rasulullah masuk ke rumah Arqam, Abdullah bin Mas’ud telah beriman kepadanya dan merupakan orang keenam yang masuk Islam dan mengikuti Rasulullah saw. Dengan demi­kian ia termasuk golongan yang mula pertama masuk Islam. Pertemuannya yang mula-mula dengan Rasulullah itu di­ceritakannya sebagai berikut: “Ketika itu saya masih remaja, menggembalakan kambing kepunyaan ‘Uqbah bin Muaith.
Tiba-tiba datang Nabi saw. bersama Abu Bakar, dan sertanya: “Hai nak, apakah kamu punya susu untuk minuman kami?”. “Aku orang kepercayaan” ujarku”, “dan tak dapat memberi anda berdua minuman … ! “
Maka sabda Nabi saw.: “Apakah kamu punya kambing betina mandul, yang belum dikawini oleh yang jantan?” “Ada”, ujarku. Lalu saya bawa ia kepada mereka. Kambing itu diikat kakinya oleh Nabi lalu disapu susunya sambil memohon kepada Allah. Tiba-tiba susu itu berair banyak …. Kemudian Abu Bakar mengambil­kan sebuah batu cerbung yang digunakan Nabi untuk menampung perahan susu. Lalu Abu Bakar pun meminumnya, dan saya pun tidak ketinggalan. Setelah itu Nabi menitahkan kepada susu: “Kempislah!”, maka susu itu menjadi kempis.
Setelah peristiwa itu saya datang menjumpai Nabi, kataku: “Ajarkanlah kepadaku kata-kata tersebut!”
Ujar Nabi saw.: “Engkau akan menjadi seorang anak yang terpelajar!”

ABDULLAH BIN ABBAS

- KYAI UMMAT INI -

Ibnu Abbas serupa dengan Ibnu Zubeir bahwa mereka sama-sama menemui Rasulullah dan bergaul dengannya selagi masih kecil, dan Rasulullah wafat sebelum Ibnu Abbas mencapai usia dewasa. Tetapi ia seorang lain yang di waktu kecil telah mendapat kerangka kepahlawanan dan prinsip-prinsip kehidupan dari Rasulullah saw. yang mengutamakan dan mendidiknya serta mengajarinya hikmat yang murni. Dan dengan keteguhan iman dan kekuatan akhlaq serta melimpahnya ilmunya, Ibnu Abbas mencapai kedudukan tinggi di lingkungan tokoh-tokoh sekeliling Rasul ….
la adalah putera Abbas bin Abdul Mutthalib bin Hasyim, paman Rasulullah saw. Digelari “habar” atau kyai atau lengkap­nya “kyai ummat”, suatu gelar yang hanya dapat dicapainya karena otaknya yang cerdas, hatinya yang mulia dan pengetahu­annya yang luas.
Dari kecilnya, Ibnu Abbbas telah mengetahui jalan hidup yang akan ditempuhnya, dan ia lebih mengetahuinya lagi ketika pada suatu hari Rasulullah menariknya ke dekatnya selagi ia masih kecil itu dan menepuk-nepuk bahunya serta mendoakannya:
“Ya Allah, berilah ia ilmu Agama yang mendalam dan ajar­kanlah kepadanya ta’wil”.

ABDULLAH BIN ‘AMR BIN ‘ASH

Sang Ahli Ibadah dan Taubat ...

Seorang abid yang shaleh, rajin beribadat dan gemar sertaubat yang kita paparkan riwayatnya sekarang ini ialah Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash. Seandainya bapaknya menjadi guru dalam kercerdasan, kelihaian dan banyak tipu muslihat, sebaliknya Abdullah, menjadi teladan yang inernpunval kedudukan tinggi di antara ahli-ahli ibadat yang bersifat, zuhud dan terbuka. Seluruh waktu dan sepanjang kehidupannya dipergunakannya untuk beribadat. Ia berhasil mengecap manianya iman, hingga waktu siang dan malam itu tidak cukup puas untuk menampung kebaktian serta aural lbadatnya.
Ia lebih dulu masuk Islam daripada bapaknya. Dan semenjak ia bai’at dengan menaruh telapak tangan kanannya di telapak kanan Rasulullah saw., sementara hatinya yang tak ubahnya dengan cahaya shubuh yang cemerlang diterangi oleh nur Ilahi dan cahaya ketaatannya, pertama-tama Abdullah memusatkan perhatiannya terhadap al-Qura’n diturunkan secara ber­angsur-angsur.

ABBAS BIN ABDUL MUTHALIB

PENGURUS AIR MINUM UNTUK KOTA SUCI MEKAH DAN MADINAH (HARAMAIN)

Pada suatu musim kemarau, di waktu penduduk dan negeri ditimpa kekeringan yang sangat, keluarlah Amirul Mu’minin Umar bersama-sama Kaum Muslimin ke lapangan terbuka, melakukan shalat istisqa’ (minta hujan), dan berdu’a merendah­kan diri kepada Allah yang Penyayang agar mengirimkan awan dan menurunkan hujan kepada mereka ….
Umar berdiri sambil memegang tangan kanan Abbas dengan tangan kanannya, diangkatkannya ke arah langit sembari ber­kata:  ”Ya Allah, sesungguhnya kami pernah memohonkan hujan perantaraan Nabi-Mu, pada masa beliau masih berada di antara kami . . . . Ya Allah, sekarang kami meminta hujan pula perantaraan paman Nabi-Mu, maka mohonlah kami diberi hujan … !”
Belum lagi sempat Kaum Muslimin meninggalkan tempat mereka, datanglah awan tebal dan hujan lebat pun turunlah, mendatangkan sukacita, menyiram bumi dan menyuburkan tanah. Para shahabat pun menemui Abbas, memagut dan men­ciumnya Serta mengambil berkat dengannya sambil berkata:  ”Selamat kami ucapkan untuk anda, wahai penyedia air minum Haramain (Mekah – Madinah) … !”
Nah, siapakah dia penyedia air minum Haramain ini? Dan siapakah orang yang dijadikan Umar sebagai perantara baginya kepada Allah, padahal. Umar sudah tak asing lagi bagi kita ketaqwaannya, kedahuluannya masuk Islam, serta kedudukannya di sisi Allah dan di sisi Rasul-Nya serta di sisi orang-orang beriman . . . ?
Ia adalah Abbas, paman Rasulullah saw. Rasul memulyakannya sebagaimana ia pun mencintainya, juga memujinya dan menyebut-nyebut kebaikan budi pekertinya, sabdanya:
“Inilah orang tuaku yang masih ada ……Inilah dia Abbas bin Abdul Mutthalib, orang Quraisy yang paling pemurah dan teramat ramah … !

‘ABBAD BIN BISYIR "SELALU DISERTAI CAHAYA ALLAH"

‘ABBAD BIN BISYIR
"SELALU DISERTAI CAHAYA ALLAH"

Ketika Mush’ab bin Umeir tiba di Madinah sebagai utusan dari Rasulullah saw. untuk mengajarkan seluk beluk Agama kepada orang-orang Anshar yang telah bai’at kepada Nabi dan membimbing mereka melakukan shalat, maka ‘Abbad bin Bisyir r.a. adalah seorang budiman yang telah dibukakan Allah hatinya untuk menerima kebaikan. la datang menghadiri majlia Mush’ab dan mendengarkan da’wahnya, lalu diulurkan tangannya meng­angkat bai’at memeluk Islam. Dan semenjak saat itu mulailah ia menempati kedudukan utama di antara orang-orang Anshar yang diridlai oleh Allah Serta mereka ridla kepada Allah.
Kemudian Nabi pindah ke Madinah, setelah lebih dulu orang-orang Mu’min dari Mekah tiba di sana. Dan mulailah terjadi peperangan-peperangan dalam mempertahankan diri dari serangan-serangan kafir Quraisy dan sekutunya yang tak henti­-hentinya memburu Nabi dan ummat Islam. Kekuatan pembawa cahaya dan kebaikan bertarung dengan kekuatan gelap dan kejahatan. Dan pada setiap peperangan itu ‘Abbad bin Bisyir berada di barisan terdepan, berjihad di jalan Allah dengan gagah berani dan mati-matian dengan cara yang amat mengagum­kan.

3 Juni 2011

Teruslah Bergerak ...


Teruslah bergerak, hinga kelelahan itu lelah mengikutimu ..


Memang seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan
meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu.
Berjalan, duduk, dan tidurmu..
Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang
umat yg kau cintai..
Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu.
Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di
tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret.. Tubuh yang
hancur lebur dipaksa berlari..
Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang
akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat
yg diturunkan Allah.