Barangkali setiap orang yang mempelajari mazhab Imam Asy Syafi’i tidak ada yang tidak kenal dengan murid beliau yang bernama Rabi’ bin Sulaiman Al Muradi. Beliau adalah salah seorang murid terbesar Imam Asy Syafi’i yang sudah berjasa menjadi generasi pelanjut, yang menyebarkan ilmu-ilmu beliau.
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan
14 April 2015
19 September 2014
Kisah Lelaki yang Selalu 'Salah Alamat' Memberi Sedekah
Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah saw pernah
bersabda, “Seorang laki-laki berkata, ‘Sungguh aku akan bersedekah.’ Lalu dia
pergi membawa sedekahnya. Dia meletakkannya di tangan pencuri. Di pagi hari orang-orang
membicarakannya, ‘Seorang pencuri diberi sedekah.’
15 Januari 2014
3 Juni 2013
26 Maret 2013
KISAH SEGUCI EMAS
Sebuah kisah yang terjadi di masa lampau, sebelum Nabi kita
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan. Kisah yang menggambarkan
kepada kita pengertian amanah, kezuhudan, dan kejujuran serta wara’ yang sudah
sangat langka ditemukan dalam kehidupan manusia di abad ini.
25 Maret 2013
PENGEMIS BUTA DAN NABI MUHAMMAD SAW
“Wahai saudaraku! Jangan engkau dekati Muhammad itu. Dia
orang gila. Dia pembohong. Dia tukang sihir. Jika engkau mendekatinya, engkau
akan dipengaruhinya dan engkau akan menjadi seperti dia,” kata seorang pengemis
buta Yahudi berulang-ulang kali di satu sudut pasar di Madinah pada setiap pagi
sambil tangannya menadah meminta belas orang yang lalu-lalang.
20 Januari 2013
Sejarah Singkat Liberalisme
Oleh
: Samsudin Kadir
Dilihat
dari asal-usulnya, istilah ‘liberalisme’ berasal dari bahasa Latin, liber,
yang artinya ‘bebas’ atau ‘merdeka’. Hingga penghujung abad 18 M, istilah ini
terkait erat dengan konsep manusia merdeka, baik merdeka semenjak lahir ataupun
merdeka sesudah dibebaskan dari yang semula berstatus ‘budak’.[1]
4 Januari 2013
Biografi Syaikh Muhammad Ali Ash Shabuni
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ali
bin Jamil Ash Shabuni. Beliau lahir di kota Halb/Aleppo Syiria pada tahun 1928
M. Setelah lama berkecimpung dalam dunia pendidikan di Syiria, beliau pun
melanjutkan pendidikannya di Mesir, dan merampungkan program magisternya di
universitas Al Azhar mengambil tesis khusus tentang perundang-undangan dalam
Islam pada tahun 1954 M. Saat ini bermukim di Mekkah dan tercatat sebagai salah
seorang staf pengajar tafsir dan ulumul Qur’an di fakultas Syari’ah dan Dirasat
Islamiyah Universitas Malik Abdul Aziz Makkah.
11 November 2012
Rahmah el Yunusiyyah: Mujahidah Pendidik dari Ranah Minang
Hari ini, 89 tahun yang lalu sekolah
pendidikan agama khusus perempuan pertama di Indonesia berdiri. Al Madrasatul
Diniyyah/ Meisjes Diniyyah School, sekolah Diniyyah (agama) Putri didirikan
oleh Rahmah El Yunusiyyah yang kala itu baru berusia 23 tahun.
10 Oktober 2012
Muhammad Al Fatih, The Great Al-Ghazi
“Ini adalah kisah ketika dunia hanya mengenal dua wilayah,
Barat dan Timur. Ini adalah persaingan antara dua negara; Imperium Romawi dan
Khilafah Islam. Ini adalah cerita saat dunia terpolarisasi menjadi dua bagian;
Kristen dan Islam. Ini adalah epik antara dua kekuasaan; Byzantium dan
Utsmani.” (MAF 1453, Felix Siauw)
24 September 2012
Misteri Keislaman Patih Gajah Mada dan Kerajaan Majapahit
Fimadani - Sebelum kelahiran negara-bangsa bernama Indonesia, sudah ada
sebuah kerajaan di nusantara yang hebat bernama Majapahit. Maka ingatan kita
langsung tertuju pada seorang Patih Gajah Mada yang terkenal dengan “Sumpah
Palapa”-nya. Ia berjanji tidak akan berhenti ber-lara-lapa atau
berpuasa, sebelum bisa mempersatukan seluruh kerajaan-kerajan di Nusantara.
9 September 2012
Shuna’ul Hadhoroh, Para Pencipta Peradaban
Ada perbedaan yang mencolok antara masa kepemimpinan Abu Bakar dan Umar dengan penerus kekhalifahan setelahnya. Bersama Sang Rasul, kedua manusia sejarah itu membangun fondasi negara Islam yang kokoh. Teritori yang luas dan utuh, ideologi dan sistem kenegaraan yang komprehensif dan integral, militer yang kuat, berwibawa dan ekspansif, etika sosial yang luhur, kultur kekuasaan yang zuhud di tengah kemelimpahan. Adapun setelahnya hanya memenuhi beberapa atau salah satu dari keunggulan-keunggulan tadi.
23 Agustus 2012
Washiat Muhammad Al Fatih
Menjalani hari-hari terakhirnya setelah diracun, Muhammad al-fatih
merasaan kematian mungkin akan segera datang. Ia telah lakukan apa yang ia bisa
rasa bisa. Ia telah jalani apa yang ia yakini mesti. Ia telah berikan apa yang
ia anggap punya. Ia tunaikan apa yang ia tahu itu menjadi tanggungjawabnya.
Maka bila takdir telah membuatnya berkuasa di usia muda dan harus membuatnya
mati dalam usia yang belum terlalu tua, hari itu ia merasa layak bicara. Bila
ia harus mencari alasan, mungkin hanya satu : ia telah bekerja.
Tiga puluh satu tahun setelah dilaluinya dalam pegabdian, kerja,
karya, yang luar biasa. Bila kemudian di hari itu ia hendak bicara, itu sudah
semestinya. Ia hendak bicara atas apa yang telah dilakukannya, sebagai sebuah
wasiat untuk anaknya yang akan meneruskan kepemimpinannya. Maka kepada anaknya
ia sampaikan wasiat:
“Aku sudah diambang kematian. Tapi aku berharap aku tidak kawatir,
karena aku meninggalkan seseorang sepertimu. Jadilah seorang pemimpin yang
adil, shalih dan penyayang. Rentangkan pengayomamu untuk rakyatmu, tanpa
kecuali, bekerjalah untuk menyebarkan islam. Karena sesungguhnya itu merupakan
kewajiban para penguasa di muka bumi. Dahuluklan urusan agama atas apapun
urusan lainnya. Dan janganlah kamu jemu dan bosan untuk terus menjalaninya. Janganlah
engkau angkat jadi pegawaimu mereka yang tidak peduli dengan agama, yang tidak
menjauhi dosa besar, dan yang tenggelam dalam dosa. Jauhilah olehmu bid’ah yang
merusak. Jagalah setap jengkal tanah islam dengan jihad. Lindungi harta di
baitul maal jangan sampai binasa. Janganlah sekali-kali tanganmu mengambil
harta rakyatmu kecuali dengan cara yang benar sesuai ketentuan islam. Pastikan
mereka yang lemah mendapatkan jaminan kekuatan darimu. Berikanlah
penghormatanmu untuk siapa yang memang berhak.”
“Ketahuilah, sesungguhnya para ulama adalah poros kekuatan di
tengah tubuh negara, maka muliakanlah mereka. Semangati mereka. Bila ada dari
mereka yang tinggal di negeri lain, hadirkanlah dan hormatilah mereka.
Cukupilah keperluan mereka.”
“Berhati-hatilah, waspadalah, jangan sampai engkau tertipu oleh
harta maupun tentara. Jangan sampai engkau jauhkan ahli syari’at dari pintumu.
Jangan sampai engkau cenderung kepada pekerjaan yang bertentangan dengan ajaran
islam. Karena sesungguhnya agama itulah tujuan kta, hidayah itulah jalan kita.
Dan oleh sebab itu kita dimenangkan.”
“Ambilah dariku pelajaran ini. Aku hadir ke negeri ini bagaikan
seekor semut kecil. Lalu allah memberi nikmat yang besar ini. Maka tetaplah di
jalan yang telah aku lalui. Bekerjalah untuk memuliakan agama islam ini,
menghormati umatnya. Janganlah engkau hamburkan uang negara, berfoya-foya, dan
menggunakannya melampaui batas yang semestinya. Sungguh itu semua adalah
sebab-sebab terbesar datangnya kehancuran.”
Itulah wasiat al-Fatih. Ia
telah mencatatkan tinta emas dalam sejarah dan mengukir prestasi yang insya
Allah layak dibanggakan dihadapan Allah SWT dengan membuktikan pada dunia
melalui usaha yang nyata. Kini tinggal kita wahai Saudaraku, yang akan
merealisasikan hadits Rasulullah SAW “….tsumma takuunu khilafatan ‘ala minhajin
nubuwwah” dengan fikrah Islam dan thoriqah Rasulullah sebagai senjata kita,
akan segera kita taklukkan atas izin Allah, ideologi Kapitalis yang saat ini
sebagai benteng kuat di benak seluruh penguasa kaum muslim, dan kita dirikan
diatas puing-puingnya Negara KHILAFAH ISLAMIYAH!!! ALLAHU AKBAR!!!Sumber: dakwah kampus
13 Agustus 2012
Berbuka Puasa Bersama Bidadari

Hisyam bin Yahya al-Kinaniy berkata, “Kami berperang melawan bangsa Romawi pada tahun 38 H yang dipimpin oleh Maslamah bin Abdul Malik. Dalam pertempuran itu ada di antara kami seorang lelaki yang bernama Sa’id bin Harits yang terkenal banyak beribadah, berpuasa di siang hari, dan shalat di malam hari.
Saya melihat orang itu adalah orang yang sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah, baik siang maupun malam hari. Jika dia tidak sedang melakukan shalat atau ketika kami berjalan-jalan bersama, saya lihat dia tidak pernah lepas dari berdzikir kepada Allah dan membaca Al-Qur’an.
Pada suatu malam ketika kami melakukan pergantian jaga (saat mengepung benteng Romawi), sungguh saat itu kami dibuat bingung olehnya. Saat itu saya katakan kepadanya, ‘Tidurlah sebentar karena kamu tidak tahu apa yang akan terjadi pada musuh. Jika terjadi sesuatu agar nantinya kamu dalam keadaan siaga.’
Lalu dia tidur di sebelah tenda sedangkan saya berdiri di tempatku berjaga. Di saat itu saya mendengar Said berbicara dan tertawa, lalu mengulurkan tangan kanannya seolah-olah mengambil sesuatu kemudian mengembalikan tangannya sambil tertawa. Kemudian ia berkata, ‘Semalam.’ Setelah berkata seperti itu tiba-tiba ia melompat dari tidurnya dan terbangun dan bergegaslah dia bertahlil, bertakbir, dan bertahmid.
Lalu saya bertanya kepadanya, ‘Bagus sekali, wahai Abul Walid (panggilan Sa’id), sungguh saya telah melihat keanehan pada malam ini. Ceritakanlah apa yang kau lihat dalam tidurmu.’
Dia berkata, ‘Aku melihat ada dua orang yang belum pernah aku lihat kesempurnaan sebelumnya pada selain diri mereka berdua. Mereka berkata kepadaku, ‘Wahai Sa’id, berbahagialah, sesungguhnya Allah swt. telah mengampuni dosa-dosamu, memberkati usahamu, menerima amalmu, dan mengabulkan doamu. Pergilah bersama kami agar kami menunjukkan kepadamu kenikmatan-kenikmatan apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepadamu.’
Tak henti-hentinya Sa’id menceritakan apa-apa yang dilihatnya, mulai dari istana-istana, para bidadari, hingga tempat tidur yang di atasnya ada seorang bidadari yang tubuhnya bagaikan mutiara yang tersimpan di dalamnya. Bidadari itu berkata kepadanya, “Sudah lama kami menunggu kehadiranmu.” Lalu aku berkata kepadanya, “Di mana aku?” Dia menjawab, “Di surga Ma’wa.” Aku bertanya lagi, “Siapa kamu?” Dia menjawab, “Aku adalah istrimu untuk selamanya.”
Sa’id melanjutkan ceritanya. “Kemudian aku ulurkan tanganku untuk menyentuhnya. Akan tetapi dia menolak dengan lembut sambil berkata, ‘Untuk saat ini jangan dulu, karena engkau akan kembali ke dunia.’ Aku berkata kepadanya, “Aku tidak mau kembali.” Lalu dia berkata, “Hal itu adalah keharusan, kamu akan tinggal di sana selama tiga hari, lalu kamu akan berbuka puasa bersama kami pada malam ketiga, insya Allah.”
Lalu aku berkata, “Semalam, semalam.” Dia menjawab, “Hal itu adalah sebuah kepastian.” Kemudian aku bangkit dari hadapannya, dan aku melompat karena dia berdiri, dan saya terbangun.
Hisyam berkata, “Bersyukurlah kepada Allah, wahai saudaraku, karena Dia telah memperlihatkan pahala dari amalmu.” Lalu dia berkata, “Apakah ada orang lain yang bermimpi seperti mimpiku itu?” Saya menjawab, “Tidak ada.” Dia berakta, “Dengan nama Allah, aku meminta kepadamu untuk merahasiakan hal ini selama aku masih hidup.” Saya katakan kepadanya, “Baiklah.”
Lalu Sa’id keluar di siang hari untuk berperang sambil berpuasa, dan di malam hari ia melakukan shalat malam sambil menangis. Sampai tiba saatnya, dan sampailah malam ketiga. Dia masih saja berperang melawan musuh, dia membabat musuh-musuhnya tanpa sekalipun terluka. Sedangkan saya mengawasinya dari kejauhan karena saya tidak mampu mendekatinya. Sampai pada saat matahari menjelang terbenam, seorang lelaki melemparkan panahnya dari atas benteng dan tepat mengenai tenggorokannya. Kemudian dia jatuh tersungkur, lalu dengan segera aku mendekati dia dan berkata kepadanya, “Selamat atas buka malammu, seandainya aku bisa bersamamu, seandainya….”
Lalu ia menggigit bibir bawahnya sambil memberi isyarat kepadaku dengan tersenyum. Seolah-olah dia berharap ‘Rahasiakanlah ceritaku itu hingga aku meninggal’. Kemudian dari bibirnya keluar kata-kata, “Segala puji bagi Allah yang telah menepati janji-Nya kepada kami.” Maka demi Allah, dia tidak berucap kata-kata selain itu sampai dia meninggal.
Kemudian saya berteriak dengan suaraku yang paling keras, “Wahai hamba-hamba Allah, hendaklah kalian semua melakukan amalan untuk hal seperti ini,” dan aku ceritakan tentang kejadian tersebut. Dan orang-orang membicarakan tentang kisah itu dan mereka satu sama lain saling memberikan teguran dan nasihat. Lalu pada pagi harinya mereka bergegas menuju benteng dengan niat yang tulus dan dengan hati yang penuh kerinduan kepada Allah swt. Dan sebelum berlalunya waktu Dhuha benteng sudah bisa dikuasai berkat seorang lelaki shaleh itu, yaitu Sa’id bin Harits. Allahu a’lam
Sumber: Dakwatuna
18 Juli 2012
Naskah Piagam Madinah
Ini adalah piagam dari Muhammad Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam, di kalangan mukminin dan muslimin (yang berasal dari)
Quraisy dan Yatsrib (Madinah), dan yang mengikui mereka, menggabungkan
diri dan berjuang bersama mereka
22 Mei 2012
Salman Al Farisi, Khandaq, dan Kemenangan Dakwah

fimadani.com - Khandaq itu melegenda. Mulanya, muslimin akan dijepit oleh musuh dari dua kubu. Kafir Quraisy dan Yahudi Madinah. Dalam peta makar musuh, muslimin sudah pasti kalah. Muhammad mulia dan sahabat-sahabatnya akan hancur. Maka, monumentallah seorang Salman Alfarisi, sang pencari kebenaran dari Persia. Mulanya ia hanya penjaga api sebagai sesembahan, lantas berkelana hingga melewati Mosul, Asibin, Amuria dan sampailah di tanah diantara bebatuan hitam yang ditumbuhi kurma (Madinah).
22 April 2012
Kartini, Kerinduan pada Cahaya di Tengah Gulita

Menelusur berbagai kajian tentang Kartini terkait hubungannya dengan spiritualitas dan Islam, maka setidaknya kita akan menemukan empat sudut pandang;
PERTAMA: Bahwa Kartini adalah seorang Jawa tulen yang sisi spiritualnya pun berkiblat pada apa yang disebut sebagai Kejawen. “Sebagai orang Jawa yang hidup di dalam lingkungan kebatinan”, tulis Artawijaya dalam artikelnya untuk voa-ilsam.com, “Gambaran Kartini tentang hubungan manusia dengan Tuhan juga sama: manunggaling kawula gusti. Karena itu, dalam surat-suratnya, Kartini menulis Tuhan dengan sebutan ”Bapak”. Selain itu, Kartini juga menyebut Tuhan dengan istilah ”Kebenaran”, ”Kebaikan”, ”Hati Nurani”, dan ”Cahaya”, seperti tercermin dalam surat-suratnya berikut ini:
9 Maret 2012
Makalah: Sejarah Kodifikasi Hadits
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hadits atau yang lebih dikenal dengan sunnah adalah
segala sesuatu yang bersumber atau disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik
berupa perkataan, perbuatan. Dan peran hadits sebagai salah satu sumber ajaranIslam yang
diakui oleh mayoritas madzhab, tidak dapat dinafikan.
Kendati demikian, keberadaan al-Hadits dalam proses tadwin (kodifikasi) nya sangat berbeda
dengan al-Quran. Sejarah hadits dan periodesasi penghimpunan nya lebih lama dan
panjang masanya dibandingkan dengan al-Qur’an. Al-Hadits butuh waktu 3 abad
untuk pentadwinanya secara menyeluruh. Banyak sekali liku-liku dalam sejarah
pengkodifikasian hadits yang
berklangsung pada waktu itu.
7 Maret 2012
Mengenal Sejarah Dinar dan Dirham

Untuk
menjawab pertanyaan:
1. Mengapa ada Dinar 22 karat dan ada
24 karat?
2. Mengapa berat Dinar berbeda-beda?
3. Mengapa ada banyak sekali penerbit
Dinar Dirham?
5 Maret 2012
Ditemukan, Injil yang Mengabarkan Kedatangan Nabi

dakwatuna.com – Kairo. Sebuah Injil berusia 1.500 tahun yang
menceritakan kedatangan Nabi Muhammad SAW ditemukan di Turki. Kabarnya, Gereja
Vatikan telah meminta secara resmi kepada pemerintah Turki untuk melihat Injil
yang tersimpan selama 12 tahun di negara tersebut.
Menteri Budaya dan
Pariwisata Turki, Ertugul Gunay mengatakan sejalan dengan keyakinan Islam,
Injil ini memperlakukan Yesus sebagai manusia bukan Tuhan. Fakta ini, sekaligus
menolak ide konsep tritunggal dan penyaliban Yesus.
Langganan:
Postingan (Atom)