4 Februari 2013

TANDATANYA PKS ?


 
Hingar bingar perpolitikan di Indonesia setidaknya hingga hari ini tengah hangat dan meledak, hal ini tak lain dan tak bukan adalah dengan ditangkapnya Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yaitu Ustadz Lutfi Hasan Ishaq (LHI) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus suap daging sapi impor.
Adapun media seperti biasa, pasti mereka sangat antusias memperbincangkan kejadian ini sebagai bahan berita yang cenderung provokatif dan menjadikan berita ini semakin liar dan tidak tercover, ya namanya media, kalau tidak seperti itu bukan media. Banyak sekali ragam kejadian yang meluas dan dikonfrontir dan hampir kehilangan substansi dari kejadian yang sesungguhnya.

Apalagi jika media itu ditunggangi oleh lawan politik PKS tentu kabar yang diungkap akan semakin diperjelas dan dipertegas betapa PKS sangat bersalah dan tersudutkan, dan banyak sekali berita yang tak terekspos jika terjadi borok yang terjadi di partainya. Hal inilah yang menjadikan saya kurang begitu sedap dengan beberapa media yang ditunggangi oleh tokoh partai politik yang menghadirkan berita tidak berimbang dan bahkan potensial menjatuhkan lawan politiknya melalui berita-berita, diskusi-diskusi atau apapun nama program di media yang mereka miliki sebagai bahan pendiskreditan sesorang atau lembaga tertentu, dan menurut saya ini sangat tidak fair. Meski begitu, saya tidak menahu tentang etika pers dan pemberitaan, tapi ketika mendengar dan menyimak setiap redaksi yang dipaparkan yang bersifat provokatif maka pasti publik akan terprovokasi terutama yang menyimak sekilas dan tidak konprehensif.

Maaf, tidak bermaksud menjelekan media tapi ini sekedar kekhawatiran kepada penggiringan opini pada yang tidak tepat. Ada keresahan dalam diri saya jika ini terus berlanjut, maka publik akan terus dicekoki oleh berita-berita yang tak pasti kebenarannya, oleh opini yang tidak jelas substansinya dan jika ini terjadi maka jangan heran ketika di negeri ini banyak aksi yang anarkis akibat pemberitaan yang provokatif dan memanaskan keadaan, bukannya memperbaiki.

Kejanggalan Penangkapan Presiden PKS

Kembali pada tragedy penangkapan LHI di Kantor DPP PKS mengundang beberapa tokoh untuk berbicara, seperti Pak Jimli As-Shidiqi (mantan ketua MK) dan Pak Ahmad Yani (Anggota DPR RI Fraksi PPP), mereka hampir senada mengatakan bahwa ada kejanggalan dalam penangkapan tersebut. Diantaranya adalah terdapat beberapa tokoh dari partai tertentu yang tidak langsung ditangkap padahal dia sudah ditetapkan sebagai tersangka. Sebagai contoh Pak Andi Mallarangen (Mantan Menpora), beliau masih bisa menyampaikan pidato pengunduran dirinya secara formal, tapi LHI mengumumkan dirinya mundur dari kursi Presiden PKS dalam keadaan telah mengenakan seragam Tahanan KPK.

Kejanggalan lainnya adalah mengapa hingga saat ini Pak Abraham Samad selaku Ketua KPK belum muncul sejak penangkapan LHI, dan anehnya lagi setalah saya menyimak berita-berita tak ada satupun media besar dan nasional yang mempertanyakan hal ini. Tentu ini menjadi pertanyaan besar bagi saya dan bagi yang lainnya yang peka pada kasus ini untuk mempertanyakan keberaan ketua KPK dan apa sikap atau pandangannya atau pernyatannya terkait penangkapan LHI ini. Jadi, dimanakah Pak Abraham Samad berada saat ini ?

Pengangkatan Ustadz Anis Matta sebagai Presiden PKS

Saya tidak kaget atas diangkatnya Ustadz Anis Matta sebagai Presiden PKS menggantikan Ustadz Luthfi Hasan Ishaq yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Jenderal. Karena ketika LHI mengumumkan dirinya mengundurkan diri dan rencanya Dewan Syura esok harinya akan mengumumkan Presiden Baru, saya mengatakan kepada kawan-kawan bahwa Ustadz Anis Matta yang naik, padahal saya belum menerima atau mendengar kabar dari siapapun dan dari manapaun terkait pengangkatan ini. Hal ini saya ungkapkan berdasarkan track record yang memiliki oleh beliau sebagai Sekjend dan juga sebagai Wakil ketua DPR RI yang ditinggalkannya.

Secara pribadi saya salahsatu pengagum Ustadz Anis Matta, dari kepribadiannya, ide-idenya yang luar biasa, tulisannya yang menyemangati dan setiap orasinya yang senantuiasa menyulut semangat. Bahkan, ketika saya membaca beberapa taujih yang disampaikan olehnya, saya seperti melihat beliau kepada saya, beliau menyampaikannya langusng kepada saya.

Adapun pidato politik perdananya sebagai Presiden PKS yang mengundang polemic dan kontroversi diberbagai kalangan, ini sangat menyentuh sisi emosi dan menyulut semangat untuk tetap teguh pada jalan kebenaran, untuk tetap solid dan lebih merapatkan shaff demi kemenangan dakwah, bukan hanya kemenangan Partai tapi kemenangan dakwah di Indonesia. Terkait isu konspirasi yang disampaikan, itu hanyalah untuk kader internal partai, bukan untuk dikonsumsi publik. Jikapun publik menerjemahkan dengan berbagai pendapat mereka, maka yang memperkeruh “isu konspirasi” tersebut adalah mereka yang menerjemahkannya. So, kenapa mesti riweuh dengan pendapat orang lain dan itu bukan untuk dirinya.

Yang tak kalah unik dari PKS ini dan sangat berbeda dari partai lainnya adalah terkait begitu cepatnya pemilihan seorang Ketua atau Presiden Partai. Jika saja ini terjadi pada partai lain, maka entah apa yang terjadi untuk memperebutkan kursi pimpinan tertinggi di partainya tersebut. PKS terbukti dan teruji soliditasnya, siapapun qiyadah (pemimpin) partai itu maka saat itupun mereka sami’na wa atha’na, kami akan mendengar, menyimak, meresapi dan menaati pemimpinnya, sekali lagi, siapapun pemimpin itu.

Silakan anda bandingkan dengan partai lain dalam pemilihan Ketua Umum partainya, mereka harus mengadakan kongres, harus koordinasi dan konsolidasi ke berbagai daerah, dan tentu hal ini membutuhkan waktu yang lama. Belum lagi, jikapun sudah ada ketua umum yang terpilih masih menyisakan ketidak puasan dibeberapa pihak fsn msdih menyisakan masalah. Coba bayangkan, jika partai lain memutuskan dalam satu hari seorang ketua umum, apa yang akan terjadi ? silakan anda prediksi sebdiri.

Karena PKS adalah partai kader, maka PKS tak pernah khawatir dengan berbagai gwlombang prahara yang melanda kapalnya. Ketika ada badai, mereka merapatkan shaf, memperdekat diri kepada Allah dan memperbanyak ibadah. Maka tak heran ketika Ustadz Anis Matta diangkat sebagai Presiden PKS yang dinstruksikannya pertamakali adalah tobat nasional. Adapun yang beranggapan bahwa adakah implikasinya terhadap efektifitas dan citra partai ? ini pertanyaan orang awam dan saya piker pertanyaan yang tidak faham substansi dari taubat itu. Taubat diperuntukan bagi semua kader untuk bermuhasabah atas amalan pribadi, taubat berfungsi untuk mempertegas kesejatian manusia yang tak pernah lekang dari khilaf dan taubat menjadikan kita agar selalu melakukan lebih baik lagi dan menjadi yang terbaik. Adapun jika PKS nantinya menang sesuai target, maka itu hanyalah bonus dari Allah Swt. Karena taubat bukan untuk kemenangan partai tapi untuk lebih merekatkan tali antara diri dan Rabbnya.

Epilog

Saya bukan kader PKS, tapi hingga saat ini saya adalah salahsatu diantara ribuan atau bahkan jutaan orang di bumi Indonesia ini yang masih menaruh harapan kepada PKS. Saya pernah bersama-sama dengan para kader PKS, dan dari seluruh kader PKS yang saya kenal merak adalah orang-orang shaleh, orang-orang yang amanah dan orang-orang yang selalu menjaga dirinya dari perbuatan tercela.

Saya sering menyimak perkembangan berbagai partai di negeri ini, dan hanya PKS yang dapat meyakinkan saya untuk kemaslahatan negeri ini. Saya banyak dan sering membaca tentang ide serta gagasan para tokoh PKS, dan selalu menarik hati saya. Sayapun pernah mengikuti halaqah bersama kader-kader PKS, dan ternyata ampuh untuk pembngunan kepribadian diri saya, baik spiritual, wawasan, aksi dan misi keagungan Islam.

Apapun yang terjadi pada diri PKS, maka saya hanya berhusnudzon ria. Semuanya kita kembalikan kepada Allah saja, karena Dia yang menghendaki PKS ini hadir, tumbuh dan berkembang di Indonesia, maka Dia pula lah yang menentukan takdir PKS di masa yang akan datang. Dan semoga kita ditakdirkan oleh-Nya untuk menjemput kejayaan kelak untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan sejahtera, dan selalu tanamkan tekad membaja bahwa harapan itu masih ada. Wallahu A’lam …


Tidak ada komentar: