20 Januari 2011

Silahkan Tidur di Ruangan Saya

Silakan tidur di ruangan saya
Isa Alamsyah

Sepasang suami istri setengah baya datang ke lobby sebuah hotel kecil di Philadelphia.
Sudah beberapa hotel mereka datangi dan nampaknya ini harapan terakhir.
Apalagi saat itu hujan turun deras, jadi tak banyak lagi pilihan untuk mereka berteduh.

"Semua hotel besar di kota ini telah terisi, bisakah kau memberi kami satu kamar saja..?" tanya pria itu pada petugas hotel, setengah memelas.
"Semua kamar telah penuh karena ada 3 event besar yang bersamaan diadakan di kota ini," jawab petugas hotel,

"tapi saya tidak mungkin meminta Anda berdua pergi untuk kehujanan di luar sana pada pukul satu dini hari seperti ini," lanjutnya.
Lalu petugas itu bertanya, "Bersediakah Anda berdua tidur di kamar saya? Tidak mewah, tapi cukup baik untuk istirahat."
Akhirnya kedua pasangan itu tidur semalam di ruang tidur sang pegawai, dan sang pegawai tidur sedapatnya.

Pasangan itu sangat berterima kasih pada sang pegawai.
Keesokan harinya, sebelum berpisah, pria tua itu berkata pada si pegawai hotel, "Orang seperti kamu seharusnya menjadi pimpinan hotel terbaik di Amerika. Karena kamu melakukan pekerjaanmu dengan hati yang mau melayani. Mungkin suatu hari saya akan membangunkan sebuah hotel untukmu".
Pegawai hotel itu hanya tersenyum lebar mendengar ocehan orang tua itu, dan mereka pun berpisah.

Kira-kira dua tahun kemudian, pegawai tersebut menerima surat yang berisi tiket ke New York permintaan agar dia menjadi tamu pasangan setengah baya yang pernah ditolongnya.
Setelah tiba di New York, pria setengah baya tersebut mengajak pegawai hotel itu ke sudut jalan antara 5th Avenue dan 34th Street. Di sana pria itu menunjuk sebuah bangunan baru yang luar biasa megah dan mengatakan,
"Itulah hotel yg saya bangun untuk kamu kelola".

Tahukah siapa pegawai tersebut?
Pegawai hotel itu adalah George Charles Boldt, yang kini dikenal sebagai pebisnis perhotelan ternama.
Karirnya melesat sejak ia dipercaya mengelola hotel milik pria yang pernah diizinkan menginap di kamarnya.
Tahukah siapa pria setengah baya yang ditolongnya?
Ia adalah William Waldorf Astor, pemilik jaringan hotel Waldorf-Astoria, yang merupakan salah satu jaringan hotel terbaik di dunia.

Kisah ini menunjukkan pada kita, sebuah kebaikan kecil bisa mengubah masa depan.

No Excuse! untuk tidak berbuat baik
Seringkali kita menganggap kita tidak punya modal untuk berbisnis tapi apakah benar demikian? Modal tidak hanya uang, tapi kepercayaan dan kredibilitas adalah modal yang tidak bisa diremehkan.
Bahkan lebih besar daripada modal uang.

Kisah seperti di atas bisa kita lihat pada kisah Christopher pada buku No Excuse! halaman 11.
Sebuah kebaikan adalah investasi.
Sekalipun jangan berharap pamrih, karena setiap kebaikan akan dibalas oleh Allah SWT,
akan tetapi tidak jarang kebaikan juga langsung berbuah manis di dunia.
George Charles Boldt sudah membuktikan, juga Christopher pada buku No Excuse!

Kredibilitas juga modal yang penting.
Dalam buku No Excuse! kita bisa juga lihat kisah Conrad Hilton.
Setelah dipecat dari pekerjaaannya, ia bisa membangun hotel karena ia punya kredibilitas.
Orang percaya padanya sehingga ia dengan mudah bisa meminjam uang yang nilainya 4 kali lipat dari kekayaannya.
Jika ia tidak berinvestasi menjadi orang yang bisa dipercaya, mana mungkin orang mau invest pada Hilton yang baru kehilangan sumber penghasilan.

Sering kita dengar orang mengeluh:"Cari modal susah!""Mana ada orang mau investasi ke saya!"
Pertanyaannya:
Apakah selama ini ia telah membangun image sebagai orang yang bisa terpercaya mengelola modal?

Jadi jangan hanya mengeluh ketika tidak ada modal.
Investasi kebaikan sebanyak-banyaknya dari sekarang.
Bangun kredibilitas dan kepercayaan.Karena kebaikan sebesar biji zarah pun ada balasannya.
Kita tidak pernah tahu bagaimana kebaikan akan menolohng kita di masa depan,
tapi bisa dipastikan setiap kebaikan ada nilainya.

Investasilah dalam kebaikan. No Excuse!

mohon komentarnya di http://on.fb.me/fjLQOG
Kompasiana: http://bit.ly/InvestasiKebaikan

Tidak ada komentar: