Ada perbedaan yang mencolok antara masa kepemimpinan Abu Bakar dan Umar dengan penerus kekhalifahan setelahnya. Bersama Sang Rasul, kedua manusia sejarah itu membangun fondasi negara Islam yang kokoh. Teritori yang luas dan utuh, ideologi dan sistem kenegaraan yang komprehensif dan integral, militer yang kuat, berwibawa dan ekspansif, etika sosial yang luhur, kultur kekuasaan yang zuhud di tengah kemelimpahan. Adapun setelahnya hanya memenuhi beberapa atau salah satu dari keunggulan-keunggulan tadi.
Tapi semua para sahabat Rasulullah dan penerus perjuangannya memiliki kesamaan : memiliki akal yang besar.Oleh sebab itu mereka semua memiliki ide peradaban. Mereka semua yakin bahwa ide peradaban adalah salah satu representasi dari usaha untuk merelisasikan dua kalam Allah seperti ini:
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)rahmat bagi semesta alam (QS. Al-Anbiya : 107)
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia (QS. Ali Imran : 110)
Mereka yakin bahwa mereka dialumnikan oleh Allah untuk kepentingan seluruh umat manusia. Dengan demikian mereka harus memiliki peran di dalam kehidupan manusia yang namanya ustadziyatul ‘alam, soko guru peradaban dunia; menjadi model dari kehidupan terbaik umat manusia.
Ide peradaban itu yang dulu mengantar para sahabat Rasulullah keluar dari Mekah dan Madinah, melintasi berbagai benua dan samudera untuk mengembangkan sistem kehidupan yang fondasinya sudah dibangun secara kokoh oleh Rasulullah. Mereka membawa solusi kehidupan dunia dan akhirat itu untuk dikonsumsi oleh umat manusia. Maka tidak heran jika ada sahabat Rasulullah yang dimakamkan di Cina, Spanyol, Mesir, Turki dan di berbagai negara lainnya.
Ketika Islam diarahkan ke timur pada masa Umar bin Khattab, tumbanglah Persia. Tetapi peradabannya tidak serta merta hancur tanpa sisa. Justru yang kemudian terjadi adalah munculnya peradaban yang lebih maju dan terhormat karena semangat keilmuan dan etika sosialnya yang kental. Ketika diarahkan ke barat, tumbanglah berbagai daerah kekuasaan Romawi. Tetapi capaian materinya tidak serta merta musnah tanpa sisa. Justru yang terjadi adalah kemelimpahan yang didasari keadilan sehingga tercapai kesejahteraan. Malah pada masa Umar bin Abdul Aziz, cucu Umar bin Khotob para amil zakat berkeliling di pelosok-pelosok Afrika untuk membagikan zakat, tapi tak seorang pun yang mau menerima zakat. Artinya, para mustahiq zakat benar-benar habis secara absolut.
Itulah cerita Shuna’ul Hadhoroh, para pencipta peradaban. Kenanglah mereka semua! Islam yang kita nikmati sekarang dibangun di atas tengkorak dan tulang belulang mereka; simbahan darah mereka; aliran keringat mereka.
Beginilah awalnya. Rasulullah menyeru dalam sunyi. Sendiri. Ia membawa setetes embun di padang pasir. Juga menyalakan lilin dalam pekatnya kegelapan malam. Tiba-tiba embun itu berubah menjadi gelombang. Juga lilin itu berubah menjadi matahari. Gelombang itu tidak lain adalah peradaban. Juga lilin itu tidak lain adalah peradaban. Maka membahanalah gaungnya.
Kita akan bertemu dengan peradaban itu lagi. Malah lebih dahsyat. Seperti yang dikatakan oleh Rasulullah : Agama ini akan sampai ke seluruh muka bumi ini, akan menjangkau seluruh umat manusia sepanjang siang dan malam menjangkau mereka. Semoga Allah merahmati para pengusung peradaban. Aamiin..
Oleh : Diki Saefurohman, Bogor (fimadani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar