25 Januari 2013

Maulid Nabi, Momentum Berbagi dan Peduli



Ya Rasulullah …
Salam buatmu duhai kekasih Allah kami senantiasa mengingatimu wahai penghulu anbiya
Ya Rasulullah …
Kini tibalah detik yang bersejarah, hari kelahiranmu yang ditunggu, detik gemilang …

14 abad lampau telah lahir ke dunia seorang manusia yang dimuliakan Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia, rahmat bagi semesta alam dan membawa pesan perdamaian yang gaungnya terdengar hingga seluruh pelosok negeri. Dialah Muhammad Saw. Yang lahir dari rahim seorang wanita hanif Sayyidah Aminah dan pria yang shaleh Sayyid ‘Abdullah.
Maulid Nabi, ya orang mengenalnya dengan sebutan itu. Sebuah hari paling sejarah dalam peradaban manusia, bukan hari kelahiran biasa tapi hari kelahiran seorang yang besar dan dibesarkan dalam keagungan dan kemuliaan yang telah diasah dengan berbagai pengalaman dan perjalan hidup dalam bimbingan wahyu. Banyak sejarawan yang mencatat, bahwa kelahirannya telah menggemparkan dunia. Bermula dari padamnya api sesembahan majusi, runtuhnya istana Kisra di Farsi dan pada saat kelahirannya Mekkah diterangi cahaya putih.
Memperingati kelahiran Nabi Muhammad Saw. Semestinya menjadi inspirasi bagi ummat Islam seluruh dunia untuk kembali pada sunnahnya, untuk mengejawantahkan visi dan misi Nabi. Ia membawa risalah yang bernama Islam yang hingga saat ini telah dianut oleh lebih kurang dari 2 milyar umat manusia di muka bumi dan diantaranya adalah kalangan muda.
Musibah dan bencana yang terjadi di berbagai belahan bumi harusnya menjadi isyarat, bahwa tittah Nabi amatlah jelas, untuk saling berbagi, untuk saling member dan untuk saling membahagiakan satu dan yang lainnya. Bukan hanya sesame umat Islam yang kita kenal dengan ukhuwah islamiyah, tetapi berbagi pula dengan ummat yang lainnya atau yang biasa disebut dengan ukhuwah insaniyah.

Nabi Sebagai Rahmatan Lil’alamin

Rasulullah Muhammad Saw. Membawa misi sebagai rahmatan lil’alamin, rahmat bagi alam semesta. Rahmat yang berarti kasih sayang. Kasih sayang yang tidak hanya diperuntukan bagi orang-orang yang tunduk dan patuh kepada ajarannya, akan tetapi berkasih sayang pula kepada setiap oaring, bahkan kepada orang yang yang menyakitinya, kepada orang yang menganiaya dan mendzaliminya. Mungkin kita masih ingat, bahwa Nabi pernah diludahi berkali-kali, tapi alangkah indahnya akhlak Sang Nabi yang tak pernah terjangkit sifat dendam, dan sangat menakjubkan lagi bahwa ialah yang pertama kali menjengauk orang yang meludahinya ketika sakit. Subhanallah.
Maka, cukuplan Nabi Muhammad Saw. Sebagai suri tauladan terbaik di muka bumi. Bahkan, akhlaknya yang anggun tak mampu tergambarkan dalam berbagai catatan sejarah yang ada. Dia seorang yang keras namun pemberi maaf, dia seorang yang lembut tapi tegas kepada stiap kebathilan, dia pembenci kedurhakaan dan kema’shiatan tapi kerap kali ia yang paling banyak membaca istighfar dan menangis tersedu dalam pengaduan terhadap Rabbnya. Inilah sosok manusia diagungkan oleh sejarah, yang tergambar padanya segala bentuk perumpamaan kebaikan. Bahkan Ummul Mukminin ‘Aisyah r.a. menggambarkan tentang pribadi Nabi “Dialah al-Qur’an yang berjalan”.
Peran kaum muda sebagai pengemban misi Rahmatan lil’alamin sang Nabi adalah dengan berupaya meningkatkan kesadaran diri dan kepekaan social. Karena seringkali kita terjebak pada semut yang ada di sebrang lautan tapi gajah di pelupuk mata tak jua kita perhatikan. Mari kita tilik kembali di sekeliling kita, permasalahan apa yang terjadi, apa yang dibutuhkan oleh orang-orang yang ada disekitar kita dan apa yang bisa kita lakukan untuk member solusi atau bahkan sekaligus sebagai eksekutor dari solusi yang kita tawarkan.
Jika Sang Nabi mendapat gelar al-Amin, maka kita pula layak mendapat gelar itu. Dan sedah semestinyalah kita menjadi pewaris gelar itu, mejadi al-Amin-al-Amin generasi masa kini yang akan menjadi tolak ukur perubahan kebaikan di lingkungan sekitarnya. Jika terlihat sampah yang berserakan maka bersihkanlah, jika ada yang belum dapat mebaca al-Qur’an maka bantulah untuk memperbagus bacaannya. Maka mari kita mulai dari hal-hal terkecil, mulai dari saat ini dan mulai dari diri sendiri. Karena untuk menjadi agen rahmat bagi semesta alam bermuara pada kapasitas diri kita, jika kita mampu meningkatkan kapabilitas pribadi kita, maka bersiaplah untuk melakukan hal-hal besar yang mungkin tak kita bayangkan sebelumnya.

Berbagilah, maka dunia akan melayanimu

Jalan menuju kebahagiaan adalah mebahagiakan orang lain”, masih ingatkah ungkapan tersebut. Ya, itulah ungkapan Bapak Pandu Dunia, Baden Powell. Selaras dengan jalan yang kita rintis pada aktivis kaum muda. Bahwa ajaran baginda Nabi telah ada sebelum Kepanduan ini lahir, dimana Nabi seringkali mengorbankan kepentingan pribadinya demi kebahagiaan ummatnya. Bahkan seringkali ia harus kelaparan, bukan karena tak ada makanan dirumahnya, akan tetapi karena makanan itu harus ia berikan kepada tetannga atau orang yang datang ke rumahnya dan kelaparan.
Maka, bukanlah kebahagiaan jika kita hanya berdiam diri untuk tidak membahagaiakan orang lain. Maka, bukanlah kebaikan jika kita menahan milik kita untuk kita bagi kepada sesame. Mari kita membiasakan diri untuk berbagi, sekceil apapun itu. Karena, di tidak ada kebaikan yang kecil di dunia ini jika kita lakukan secara terus menerus. Ingatlah, sehari selembar benang, maka lama-lama akan menjadi kain.
Adalah sangat jelas Nabi mencurahkan setiap segenap pemikiran untuk melayani ummatnya menuju kebaikan, menyerahkan jiwanya kepada Allah dengan sepenuh hati untuk tersiarnya Islam, dan apa yang terjadi ? beliau tidak pernah menuntut siapapun untuk menghormatinya, tapi begitu besar rasa cinta ummatnya kepada diri beliau karena keagungan pribadinya. Bahkan umatnya rela mengorbankan harta dan nyawa mereka agar Sang nabi tak terluka. Dan sangat membanggakan adalah jika mereka punya seribu nyawa, maka akan mereka korbankan nyawa tersebut untuk melindungi Sang Nabi.
Telah menjadi titah-Nya, bahwa setiap kebaikan akan berbuah kebaikan dan setiap keburukan akan berbalas keburukan. Maka yakinlah, ketika kita berbagi suka, berbagi bahagia dan menyempurnakan kehidupan orang lain berarti kita telah menyempurnakan hidup kita dan dunia menjadi pelayanmu. Wallahu A’lam

Tidak ada komentar: