23 April 2010

PERENCANAAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

A. PENGANTAR

Para pakar menajemen mengatakan bahwa apabila perencanaan telah selesai dan dilakukan dengan benar maka sebagian pekerjaan besar telah selesai dilaksanakan. Karena perencanaan adalah fungsi manajemen yang menentukan secara jelas pemilihan pola-pola pengarah untuk para pengambil keputusan dalam suatu kurun waktu tertentudan mengarah pada tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Lembaga Pendidikan merupakan suatu wadah lembaga yang menghantarkan seseorang kedalam alur berfikir yang teratur dan sistematis. Dalam pengertiannya Pendidikan adalah “usaha sadar dan direncanakan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara”. Dalam pelaksanaannya sebuah lembaga pendidikan kerap-kali dihadapkan pada problem-problem sistem pembelajaran, mulai dari penyiapan sarana dan prasarana, materi, tujuan bahkan sampai pada penyiapan proses.
Dalam perkembangannya lembaga pendidikan sebagai sebuah lembaga yang bergerak dibidang non-profit oriented, memaksa pelaksana pendidikan menggunakan teori-teori yang sebelumnya sudah berkembang dalam dunia ekonomi. Maka tak heran ketika kita mendengar adanya teori manajemen pendidikan, yang pada dasarnya itu diambil dari teori-teori manajemen dalam dunia bisnis. Bukan berarti setelah meminjam teori manajemen ekonomi sebuah lembaga pendidikan menjadi komersial, tetapi semata-mata hanyalah digunakan sebagai landasan yang sistematis untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan. Sehingga hasilnya pun tidak bisa seperti yang diharapkan kalau seseorang menerapkan teori manajemen dalam bidang bisnis.
Dari kondisi yang semacam itulah, maka kita sebagai seorang yang nantinya akan mengemban amanah untuk megembangkan potensi anak didik (manusia) dalam dunia pendidikan sesuai yang diharapkan dari makna pendidikan itu sendiri, setidaknya memahami bagaimana proses sebenarnya terntang perkembangan teori manajemen yang dikembangkan dalam dunia pendidikan trerutama lembaga penidikan Islam. Oleh sebab itu apa yang kami sampaikan dalam tulisan ini adalah mengenai perencanaan dalam lembaga pendidikan Islam dimana perencanaan merupakan nadi dalam fungsi manajemen, karena ketika kita gagal merencanakan sama dengan merencanakan gagal.

B. MANAJEMEN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan (Didin dan Hendri, 2003:1). Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.
Pendidikan Agama Islam dengan berbagai jalur, jenjang, dan bentuk yang ada seperti pada jalur pendidikan formal ada jenjang pendidikan dasar yang berbentuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), jenjang pendidikan menengah ada yang berbentuk Madrasah Alyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan pada jenjang pendidikan tinggi terdapat begitu banyak Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dengan berbagai bentuknya ada yang berbentuk Akademi, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas. Pada jalur pendidikan non formal seperti Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak (TPA), Majelis Ta’lim, Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jalur Pendidikan Informal seperti pendidikan yang diselenggarakan di dalam kelurarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Kesemuanya itu perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, sebab jika tidak bukan hanya gambaran negatif tentang pendidikan Islam yang ada pada masyarakat akan tetap melekat dan sulit dihilangkan bahkan mungkin Pendidikan Islam yang hak itu akan hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :”kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi”.
Bila dimensi manajerial dalam lembaga pendidikan Islam dikembangkan dalam kajian pendidikan, maka dalam proses mempersiapkan generasi penerus estafet kekhalifahan yang sesuai dengan nilai-nilai Ilahinya, pendidikan yang ditawarkan harus mampu mempersiapkandan membentuk pribadi peserta didiknya dengan acuan nilai-nilai Ilahinya. Dengan penanaman ini, akan menjadi panduan bagian dalam melaksanakan amanat Allah di muka bumi. Kekosongan akan nilai-nilai ilahinya, akan mengakibatkan manusia akan bebas kendali dan berbuat sekehendaknya. sikap yang demikian akan berimplikasi timbulnya nilai egoistic yang bemuara kepada tumbuhnya sikap angkuh dan sombong pada dri manusia. Sikap ini akan berbias kepada tumbuhnya sikap memandang rendah orang lain.
Perencanaan dalam lembaga pendidikan Islam bukan hanya diarahkan kepada kesempatan dan pencapaian kepada kesempurnaan dan pencapaian kebahagiaan di dunia saja, tetapi diarahkan pula pada kesempurnaan ukhrowi secara berimbang. Hal ini dapat difahami dari firman Allah Swt. Dalam Q.S. Al-Baqoroh (2) : 201 yang artinya : ”Ya Tuhan kami berilah kami kebahagiaan di dunia dan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.”
Dalam manajemen pendidikan Islam perencanaan itu meliputi :
1. Penentuan prioritas agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas kebutuhan agar melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam proses pendidikan, masyarakat dan bahkan murid.
2. Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan.
3. Formulasi prosedur sebagai tahap-tahap rencana tindakan.
Penyerahan tanggungjawab kepada individu dan kelompok-kelompok kerja.


BAB II
PEMBAHASAN

A. ARTI-ARTI PERENCANAAN

1. Definisi Perencanaan

Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Demikian pula halnya dalam pendidikan Islam perencanaan harus dijadikan langkah pertama yang benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para pengelola pendidikan Islam. Sebab perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah kesuksesan, kesalahan dalam menentukan perencanaan pendidikan Islam akan berakibat sangat patal bagi keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan Allah memberikan arahan kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain sebuah rencana apa yang akan dilakukan dikemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam Al Qur’an Surat Al Hasyr Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Perencanaan dari sistem manajemen lembaga pendidikan Islam merupakan langkah pertama yang harus benar-benar diperhatikan oleh manajer dan pengelola pendidikan Islam. Sebab, sistem perencanaan yang meliputi penentuan tujuan, sasaran dan target pendidikan Islam harus didasarkan pada situasi dan kondisi sumberdaya yang dimiliki. Dalam menentukan perencanaan perlu diadakan penelitian secara seksama dan akurat. Kesalahan dalam menentukan perencanaan dalam pendidikan Islam akahn berakibat fatal bagi kelangsuangn lembaga pendidikan Islam. Perencanaan tersebut harus tersusun secara rapi, sistematis dan rasional agar muncul pemahaman yang cukup mendalam terhadap perencanaan itu sendiri.
Ketika menyusun sebuah perencanaan dalam pendidikan Islam tidaklah dilakukan hanya untuk mencapai tujuan dunia semata, tapi harus jauh lebih dari itu melampaui batas-batas target kehidupan duniawi. Arahkanlah perencanaan itu juga untuk mencapai target kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga kedua-duanya bisa dicapai secara seimbang.

Perencanaan didefinisikan dari berbagai macam ragam tergantung sudut pandang mana mereka melihat serta latar belakang apa yang mkempengaruhi orang tersebut dalam merumuskan definisi. Beberapa pakar manajemen dan juga lemabaga organisasi memberikan pandangan atau definisi terhadap manajemen itu diantaranya ialah :
a. Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E. Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa: planning may be defined as the proses by which managerset objective, asses the future, and develop course of action designed to accomplish these objective.
b. T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa : “ Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.”
c. Menurut Prajudi Atmosudirjo perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, bilamana, oleh siapa dan bagaimana.
d. Perencanaan dalam arti seluas-luasnya menurut Bintoro Tjokro Amidjojo (1977) adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
e. S. P. Siagian memberikan pandangan bahwa perencanaan ialah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari hal-hal yang akan dikerjakan dimasa datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.
f. Perencanaan menurut Y. Dror adalah sebagai suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang yang diarahkan pada pencapaian suatu sasaran tertentu.
g. Perencanaan menurut Gaffar (1987) dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
h. Sedangkan Terry berpendapat bahwa perencanaan adalah tindakan pemilihan fakta dan usaha menghubungkannya, serta pembuatan dan penggunaan asumsi-asumsi menganai masa depan, dengan menggambarkanserta memformulasikan aktivitas-aktivitas yang diusulkan, yang dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan.
i. Menurut Banghart dan Trull perencanaan ialah awal dari semua proses yang rasional dan mengandung optimisme yang didasarkan atas dasar kepercayaan akan dapat mengatasi berbagai permasalahan.
j. Pernyataan Banghart dan Trull dipertegas oleh Arifin yang mengatakan bahwa perencanaan merupakan pemikiran rasional berdasarkan fakta-fakta dan atau pemikiran yang mendekat, sebagai persiapan untuk tindakan-tindakan kemudian.
k. Dalam kaitannya dalam pendidikan, maka menurut rumusan UNESCO, perencanaan pendidikan merupakan penetapan ramalan dalam menentukan kebijaksanaan, prioritas dan biaya dari sebuah sistem pendidikan dengan melihat realitas ekonomi dan politik, potensi sistem untuk berkembang kepentingan negara dan pelayanan masyarakat yang tercakup dalam sitem tersebut.

Beberapa definisi tersebut dapat dianalisis dan ditarik beberapa butir penting yang perlu dijadikan acuan dalam menyusun rencana. Butir-butir penting itu antara lain :
a. Berhubungan dengan masa depan;
b. Seperangkat kegiatan yang dialokasikan;
c. Proses dengan prosedur yang sitematis; dan
d. Hasil serta tujuan tertentu yang ditentukan sebelumnya.

Untuk membangun kerjasama yang baik dan membuat perencanaan yang tepat, maka diperlukan personel yang berpengalaman dan berpengetahuan dalam bidang perencanaan agar dapat menentukan dengan tepat apa yang harus dikerjakan. Dalam hal ini, Banghart dan Trull (1973) menjelaskan bahwa perencanaan dalam sebuah institusi atau lembaga pendidikan merupakan kegiatan menyeleksi kebutuhan dana, memilih dan melatih tenaga, dan menilai unjuk kerja organisasi untuk memenuhi tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Dengan denikian, perencanaan adalah proses penentuan sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos tujuan, pedoman dan kesepakatan (komitmen) yang menghasilkan program pendidikan dalam pembuatan keputusan.

2. Arti Penting Sebuah Perencanaan

Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan:
(a) membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-erubahan lingkungan;
(b) membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama;
(c) memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran;
(d) membantu penempatan tanggung jawab lebihtepat;
(e) memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi;
(f) memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi;
(g) membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;
(h) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan
(i) menghemat waktu, usaha dan dana.

Mahdi bin Ibrahim (l997:63) mengemukakan bahwa ada lima perkara penting untuk diperhatikan demi keberhasilan sebuah perencanaan, yaitu :
(a) Ketelitian dan kejelasan dalam membentuk tujuan
(b) Ketepatan waktu dengan tujuan yang hendak dicapai
(c) Keterkaitan antara fase-fase operasional rencana dengan penanggung jawab operasional, agar mereka mengetahui fase-fase tersebut dengan tujuan yang hendak dicapai
(d) Perhatian terhadap aspek-aspek amaliah ditinjau dari sisi penerimaan masyarakat, mempertimbangkan perencanaa, kesesuaian perencanaan dengan tim yang bertanggung jawab terhadap operasionalnya atau dengan mitra kerjanya, kemungkinan-kemungkinan yang bisa dicapai, dan kesiapan perencanaan melakukan evaluasi secara terus menerus dalam merealisasikan tujuan.
(e) Kemampuan organisatoris penanggungjawab operasional.
Dari uraian diatas dapat kita fahami bersama bahwa dalam upaya mencapai keberhasilan dalam perencanaan memerlukan kerjasama, komitmen disertai dengan pengawasan yang berkelanjutan.

B. LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN

Karena perencanaan merupakan salahsatu dan pula paling utama dalam fungsi manajemena alangkah baiknya sebelum melaksanakan langkah0-langkah perencanaan seorang perencana (planner) hendaknya memperhatikan dan dapat mengukur rumusan yang biasa dikenal dengan SWOT (Strength: Kekuatan, Weaknes: Kelemahan, Opportunity: Peluang/kesempatan, dan Treat: Hambatan). Setelah dapat mengukur segala potensi yang ada pada sebuah lembaga maka tentunya seroang perencana akan lebih mudah menjabarkan dan memprediksikan segala sesuatu yang akan terjadi dalam penyusunan langkah-langkah perencanaan terutama perencanaan dalam fungsi manajerial lembaga pendidikan Islam dan dapat mempersiapkan berbagai kemungkinan hambatan dan kendala yang akan dihadapi.
Dalam buku panduan Gladian Pimpinan Satuan Pramuka Penegak dan Pandega disebutkan bagaimana langkah-langkah dari sebuah perencanaan, yaitu:
 What, adalah upaya mempertanyakan tujuan dan kegiatan yang akan dilaksanakan;
 Why, proses mempertanyakan kembali mengapa atas What diambil;
 When, tindakan mempertanyakan bilaman diselenggarakannya kegiatan;
 Where, tindakan mempertanyakan dimana tempat penyelenggaraannya kegiatan;
 Who, tindakan mempertanyakan siapa pelaksana/ human resources;
 How, tindakan mempertanyakan kemudian merencanakan dan memutuskan bagaimana metode kerja, kontrolling, hubungan kerja struktural, biaya, pertanggungjawaban, dan penilaian.

Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan, yaitu :
1. Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : (1) menggunakan kata-kata yang sederhana, (2) mempunyai sifat fleksibel, (3) mempunyai sifat stabilitas, (4) ada dalam perimbangan sumber daya, dan (5) meliputi semua tindakan yang diperlukan.
2. Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsure sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal.
3. Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.
Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995) bahwa terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu :
1. menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan;
2. merumuskan keadaan saat ini;
3. mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan;
4. mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.

Sementara itu menurut Ramayulis (2008:271) mengatakan bahwa dalam Manajemen pendidikan Islam perencanaan itu meliputi :
1. Penentuan prioritas agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas kebutuhan agar melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam proses pendidikan, masyarakat dan bahkan murid.
2. Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan
3. Formulasi prosedur sebagai tahap-tahap rencana tindakan.
4. Penyerahan tanggung jawab kepada individu dan kelompok-kelompok kerja.

C. CIRI-CIRI PERENCANAAN

Dalam hal manajemen lembaga pendidikan Islam pada semua tingkatan hierarki sampai pada satuan pendidikan, perencanaan pendidikan harus luwes. Perencanaan itu pun harus mampu menyesuaikan diri terhadap kebutuhan, memprediksi apa yang mungkin akan terjadi dimasa mendatangsesuai perkiraan dan analisis yang dilakukan, dapat dipertanggungjawabkan, dan menjadi penjelas dari tahap-tahap yang dikehendaki dengan melibatkan sumberdaya pendidikan dalam pembuatan keputusan.
Oleh karena itu perlu ada indikator untuk menentukan apakah pereb\ncaan itu sesuai dan dianggap efektif dan efisien, tentu hal ini mempunyai karakteristik dan setidaknya bisa dijadikan sebagai parameter untuk mengukur keberhasilan dan perencanaan yang telah dibuat sesuai dengan langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang dilaksanakan. Ciri-ciri perencanaan yang baik dan dipandang mampu mencapai tujuan adalah:
a. Harus didasarkan kepada fakta dan data-data yang jelas dan terbukti kebenarannya.
b. Merupakan suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran, imajinasi, dan kesanggupan melihat kedepan.
c. Harus sanggup mengetahui kemungkinan-kemungkinan kesulitan yang akan muncul dan menyiapkan jalan keluarnya.
d. Terdiri dari keputusan-keputusan yang diambil mendahului tindakannya.
e. Bersangkut paut dengan unsur-unsur perubahan.

D. KLASIFIKASI PERENCANAAN

1. Dilihat dari jenisnya, perencanaan dapat dibagi menjadi beberapa macam, seperti :
a) Top down planning, yaitu perencanaan yang dibuat ditingkat ataskemudian disampaikan kepada perencana ditingkat menengah dan ketingkat bawah. Biasanya perencanaan ini bersifat makro atau nasional.
b) Bottom up planning, yaitu perencanaan dibuat ditingkat bawah kemudian disampaikan ketingkat yang lebih tinggi. Biasanya perencanaan yang demikian bersifat mikro.
c) Diagonal horizontal planning, yaitu dilaksanakan pada waktu penyusunan perencanaan lintas sektoral. Perencanaan ini biasanya dilakukan oleh top level manajer yang membicarakan kebijakan-kebijakan makro serta penentuan kebijakan dasar.
d) Rolling plan, yaitu perencanaan yang menggelinding yang dilakukan untuk perencanaan jangka menengah atau jangka panjang. Hal ini dilakukan setelah adany pembabakan perencanaan. Jika tahun pertama sasarannya tidak tercapai, maka akan digelindingkan pada tahun berikutnya, atau jika terjadi suatu perencanaan lima tahun tidak tercapai, maka digulirkan pada sasaran lima tahun berikutnya.

2. Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan bahwa atas dasar luasnya cakupan masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu :
a) rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang,
b) rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang, dan
c) rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis.

3. Syaiful Sagala dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat (2006:21) jika dilihat dari posisi pembangunan kelembagaan, maka perencanaan dapat dibedakan kedalam dua kategori, yaitu :
a) Perencanaan strategis (strategic planning);
Perencanaan strategis dilakukan oleh para perencana yang memperhatikan visi dan misi lembaga yang dikaitkan dengan kepentingan stakeholders serta lingkungan internal dan eksternal lembaga, yang diikuti kajian isu-isu strategis bagi pengembangan prioritas lembaga di masa depan. Perencanaan strategis ini biasanya dilakukan untuk jangka waktu minimum tiga tahun.
Perencanaan strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalan dengan perkembangan lingkungan yang sangat pesat dan sangat sulit diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang sangat pesat, pekerjaan manajerial yang semakin kompleks, dan percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya. Pada bagian lain,

T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut:
(1) Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini merupakan tanggung jawab kunci manajer puncak. Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan manajer. Nilai-nilai ini dapat mencakup masalah-masalah sosial dan etika, atau masalah-masalah umum seperti macam produk atau jasa yang akan diproduksi atau cara pengoperasian perusahaan.
(2) Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuan perusahaan dan merupakan hasil analisis internal untuk mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya -sumber daya perusahaan yang tersedia. Profil perusahaan menunjukkan kesuksesan perusahaan di masa lalu dan kemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebagai implementasi strategi dalam pencapaian tujuan di masa yang akan datang.
(3) Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan lingkungan dapat mempengaruhi organisasi. Disamping itu, perusahaan perlu mengidentifikasi lingkungan lebih khusus, seperti para penyedia, pasar organisasi, para pesaing, pasar tenaga kerja dan lembaga-lembaga keuangan, di mana kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi secara langsung operasi perusahaan.
Meski pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan strategik dalam konteks bisnis, namun secara esensial konsep perencanaan strategik ini dapat diterapkan pula dalam konteks pendidikan, khususnya pada tingkat persekolahan, karena memang pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal, sehingga membutuhkan perencanaan yang benar-benar dapat menjamin sustanabilitas pendidikan itu sendiri.

b) Perencanaan operasional (operational planning),
Perencanaan operasional merupakan perencanaan internal organisasi yang biasanya tebatas pada mengendalikan proses terjadinya transformasi sistem (input, proses, dan output).

4. Jika dilihat dari segi besar dan kecil luas cakupan atau kapasitas sebuah perencanaan, maka perencanaan dibagi kedalam 2 kriteri, yaitu :

a. Perencanaan Mikro
Perencanaan pendidikan mikro diterapkan dalam konteks penyusunan perencanaan sebuah lembaga pendidikan dengan mempertimbangkan prosedurperencanaan strategis dan pertimbangan kontekstual. Adapun perencanaan mikro dalam pendidikan antara lain :
1) Perhatian akan aspirasi internal lembaga sepert Kepala Madrasah, dewan guru, dan lainnya serta aspirasi eksternal lembaga seperti murid, orangtua, masyarakat, dunia kerja, pemerintah dan lainnya.
2) Visi, misi dan tujuan yang dirumuskan hruslah merefleksikan aspirasi para stakeholdrs lembaga pendidikan Islam.
3) Perumusan bidang hasil pokok seperti perluasan, pemerataan, mutu, relevansi, efektifitas dan efisiensi yang diartikulasikan sebagai rumusan-rumusan yang khas untuk lembaga pendidikan.
4) Kajian lingkungan internal dan eksternal lembaga pendidikan yang akan melahirkan sejumlah isu-isu strategis, karena itu dapat harus dapat mengungkapkan kekuatan dan kelemahan lembaga.
5) Sasaran yang jelas menggambarkan nilai-nilai, perubahan atau keadaan yang diinginkan oleh lembaga, maka diperlukan seorang perencana yang mampu merumuskan strategi untuk mewujudkannya.
6) Penentuan terhadap skala priritas manajerial keuangan secara relaistis, karena pembiayaan merupakan indikator ketetapan suatu program.
7) Setelah rencana tersususn, maka perencanaan harus sungguh-sungguh mengacu pada legalitas rencana, ketetapan mulai berlakunya, kordinasi pengawasan, pelaporan dan umpan balikuntuk meningkatkan efektivitas pencapaian sasaran dan mengkaji aspek efisiensinya.

b. Perencanaan Makro
Penyusunan perencanaan makro pda tingkat nasional mengacu pada aspek strategis, tingkat regional di provinsi mengacu pada aspek pencapaian kualitas, dan kabupaten/kota mengacu pada aspek pencapaian target dalam konteks otonomi daerah. Perencanaan makro tersebut prosesnya dikembangkan mulai dari perencanaan mikro di lembaga pendidikan sampai pada tingklat kabupaten/kota (bottom up planning). Pada perkembangannya ia beroperasi dalam suatu sistem perencanaan meso dan makro, yaitu sistem dan mekanisme perencanaan tahunan terpadu, rutin dan pembangunan sesuai ruang lingkup di posisi mana perencanaan itu dibuat dan diputuskan.
Dalam perencanaan makro biasanya digunakan variabel data dan informasi yang bersifat makro. Dengan demikian diperlukan adanya ketelitian dan kecermatan lebih tinggi dalam memanipulasi data dan informasi untuk merumuskan perencanaan pada makro tingkat nasional dilihat dari aspek strategis, regional dilihat dari aspek pencapaian kulaitas, maupun lokal dilihat dari aspek target-target yang ditentukan sesuai alokasi anggaran yang disediakan. Dalam manajemen lembaga pendidikan Islam perencanaan merupakan suatu proyeksi tentang apa yang harus dilaksanakan oleh para pengelola lembaga tersebut untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Manajeman Pendidikan Islam, perencanaan merupakan kunci utama untuk menentukan aktivitas berikutnya. Tanpa perencanaan yang matang aktivitas lainnya tidaklah akan berjalan dengan baik bahkan mungkin akan gagal. Oleh karena itu seyogyanya kita dapat membuat perencanaan sematang mungkin agar menemui kesuksesan yang memuaskan. Karena itu, perencanaan merupakan nadi dari manajemen. Jadi, perencanaan adalah proses pentahapan dan pemnafaatan sumber-sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secar efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Sebagai fungsi manajemen, perencanaan menempati fungsi pertama diantara fungsi-fungsi manajemen lainnya.

BAB III
P E N U T U P

KESIMPULAN

Perencanaan memiliki peranan yang amat penting dalam pengelolaan sebuah institusi atau lembaga terutama pada lembaga pendidikan, karena lembaga pendidikan bukanlah menghailkan barang dan jasa tetapi lembaga penidikan merupakan sebuah pabrik yang akan memproduksi generasi-generai yang unggul dalam pretasi dan anggun dalam akhlak, apalagi dengan Lembaga yang berlabelkan Islam sebagai pandangan dan pedoman dalam membina dan mengembangkan peserta didik.
Manajemen Lembaga Pendidikan Islam bukanlah hanya salahsatu dari mata kuliah yang harus dipelajari secara tekstual belaka, akan tetapi adalah untuk direalisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan semoga dengan semangat dan tekad yang kuat untuk mencari ilmu akan menjadi motivator untuk perubahan terhadap berbagai problematikan yang terjadi pada lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Karena memang seperti yang diungkapakan oleh Aa Gym bahwa gagal merencanakan samadengan merencanakan gagal, sebelum bertindak dan berproses hendaklah perlu perencanaan yang matang sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang memuaskan dan sampai pada tujuan yang diharapkan secara maksimal.
Perencanaan ini meliputi perencanaan strategik yang diukur dari berbagai sudut pandang baik itu lembaga, lingkungan eksternal, peluang dan sebagainya yang bertujuan mampu mengelola organisasi atau lembaga pendidikan Islam sesuai target dan mencapai sasaran. Sedangkan perencanaan operasional merupakan langkah-langkah nyata dalam pengoperasionalan sebuah lembaga pendidikan Islam.


DAFTAR PUSTAKA

H. Gunawan, Ary. 2006. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hartoto. 2008. Defenisi Sosiologi Pendidikan. Online (http://www.fatamorghana. wordpress.com, diakses 20 Maret 2008).
Arief, Armai, Dr., 2007. Reformulasi Pendidikan Islam, Ciputat: CRSD Press.
Hasan, M. Thalchah., 2007. Dinamika Kehidupan Religius, Jakarta: Listafariska Putra.
Jalaludin, Prof. Dr. H & Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ed. 2007. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruz Media.
Mahdi bin Ibrahim, 1997. Amanah dalam Manajemen, Jakarta : Pustaka Al Kautsar.
Ramayulius, Prof. Dr. H., 2007. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Sagala, Syaiful, Dr. M.Pd., Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung. 2000.
Sagala, Syaiful, Dr. M.Pd., 2006. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat Strategi Memenangkan Persaingan Mutu, Jakarta: Nimas Multima.
Tafsir, Ahmad, Prof. Dr., 2006. Filsafat Pendidikan Islami (integrasi jasmani, rohani, dan kalbu memanusiakan manusia), Bandung : Remaja Rosdakarya.
Titus, Harold H. dkk., 1984. Persoalan-persoalan Filsafat, terj. H. M. Rasjidi, Jakarta: Bulan Bintang.
Widodo, Ardi, Dr., 2007. Kajian Filosofis Pendidikan Barat dan Islam, Jakarta: Nimas Multima.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Tidak ada komentar: