21 Oktober 2011

Aku Malu jadi Guru


Update Status Guru
Guru, yang selalu jadi nomor kedua setelah ibu dan bapaknya yang di sebutkan oleh anak-anak TK dan SD dengan kata-katanya yang begitu berpengaruh. Status ini selalu menjadikan saya bangga dengan sebutan itu, tapi kini...luntur...lebur...bersama semilirnya anak-anak SMP dan SMA yang saya didik akhirnya menjadi pelacur dan penghibur, bahkan setelah mereka alumni, mereka siap menjadi penganggur...

Malu Jadi Guru...
Walaupun sudah lama bergelut dengan anak-anak yang notabenenya sebagai pendidik, tapi baru terasa sekarang kalau aku pendidik yang tak terdidik. Ya, baru terasa sekarang kawan!! Di mana aku harus bergulat dan bergelut dengan aturan-aturan yang mengorbankan apa yang telah aku katakan pada anak-anakku dalam belajar. 


Pendidik yang tak terdidik, maksudnya?? Bayangkan kawan, di mana statusku sebagai guru ketika ku mendidik mereka bahwa  “melakukan kecurangan itu tidak boleh” tapi, pada sisi yang lain saat UN tiba, semua hal yang aku ajarkan, hilang secara tiba-tiba. Contek-mencontek dan pembagian kunci jawaban, menjadi rahasia umum yang setiap tahun jadi tradisi yang terus dilaksanakan tanpa melihat, bahwa mereka adalah generasi masadepan yang harus diajarkan kejujuran, percaya diri, melatih kecerdasan, tapi dengan tidak disadari...para guru terjebak dengan tradisi, mengajarkan anak untuk tidak jujur, percaya diri, bahkan mengajarkan kecerdasan untuk curang sejak dini. Aku terjebak!!  Terjebak dengan kondisi, dengan aturan yang tak mampu aku bendung sendiri. Aku berharap, masih ada banyak guru yang melihat, bahkan mengkaji untuk perubahan negeri ini dengan aturan hakiki. Aku berharap, kau sadar, kau sedang dibodohi...! seperti aku yang  tak tahan lagi dengan hal seperti ini...!Tanpa ada lagi cara yang harus aku pertahankan untuk mencegah hal yang diharamkan ini berhenti... Kemana ilmu yang telah aku katakan pada anak-anakku? “Not Chatting and not ceating” Kemana kata-kata itu yang kurangkai sebagai tanda kasihku pada generasi masa depan ini??. Kenangan...
Guru, di mana Idealismemu???

Menjadi rahasia umum,  jika UN yang diselenggarakan sekolah setiap setahun sekali tak luput dengan yang namanya pemulus dari pihak sekolah maupun orangtua. Bocoran kunci ujian yang selalu terjadi pada musim tahunan tak berubah haluan. Malah jadi berita harian yang memuakkan bagi guru yang sadar akan perannya sebagai pendidik dan pengajar. Ya, muak dengan realita. Di mana tak ada peran guru ketika ujian tiba. Jadi pertanyaan guru yang sadar : “Apa peranmu mendidik selama tiga tahun dengan banyaknya pelajaran dan pendidikan akhlak yang kau berikan, tapi hanya dinilai kelulusan anak-anak didikmu hanya dengan tiga pelajaran” “kemana pelajaran yang lainnya??”.  ada  Orangtua yang memaksakan anaknya sekolah di negeri dengan kuota yang penuh, tapi masih bisa membeli bangku. Belum lagi ketika waktu ujian tiba, repotnya luar biasa. Istighasah, bimbel dengan biaya ratusan hingga jutaan rupiah. Setelah ujian selesai...pengumumanpun tiba...ada yang pingsan, hingga ada yang kesurupan karena tidak lulus ujian. Lebih parah lagi, ada yang prustasi hingga minum racun karena keracunan dari hasil ujian yang tak bisa memuaskan diri. Luar biasa!!
Guru, potret buram cetakkanmu...

Tulisan ini bukan untuk memanas-manasimu kawan, hanya sekedar untuk membakar (hahaha). Membakar untuk sadar!!
Jika menilik tulisan di atas, sepertinya guru terpojokkan. Seolah-olah guru adalah satu-satunya orang yang bersalah atas kemunduran generasi masa depan. ya,...Secara, guru adalah miniatur kecil yang jadi korban...(hahaha). Korban keganasan sistem yang pro setan!!!

Tidak hanya pendidikan yang buat pikiranku semrawut kawan, masalah-masalah yang adapun, buat hidupku larut dalam kalut... BBM, yang terus naik, karena gajikupun tak naik-naik..(hikhik), mahalnya masuk sekolah, seolah, dan kalau diolah orang miskin dilarang sekolah..., mahalnya masuk rumah sakit, yang dengan tega berkata tanpa tegas, namun membekas...orang tak punya duit, dilarang sakit...

Aku tak perlu menyebutkan masalah hidup keseluruhan, karena aku sendiri merasa sebagai guru, ilmuku dikomoditi oleh uang dengan gaji bulanan dan dengan jumlah kehadiran sekian...wah, ilmuku diuangkan...kasihan...!

Walaupun kemungkinan kecil banyak darimu kawan yang tak merasa demikian, tapi kuyakin kau pasti mengindera orang-orang sekitar...yang lapar dengan perubahan hidup  yang selalu menampar...

Kawan, semrawutnya kondisi saat ini, benar- benar memprihatinkan, dan harus diperhatikan...mari kita buka mata, sebelum akhirnya mata kita tertutup untuk selamanya...(hahaha)

Coba kita lihat generasi saat ini yang tercetak dari guru...kau tak perlu malu, karena memang kita terbelenggu dengan aturan buatan manusia yang tak pernah menjadikan kita seorang guru...

Pernahkah kau melihat atau mendengar berita tentang anak yang membunuh orang tuanya, atau sebaliknya, bapak membunuh anaknya karena anaknya tak tahu diri yang sudah dikasih jantung minta hati?!! Atau itu terjadi pada tetangga anda, saudara anda, atau bahkan pada anda sendiri, naudzubillah...atau berita tentang anak SMP yang memboking teman-temannya sendiri untuk dinikmati oleh para om-om yang tak punya hati nurani. Atau anak-anak SD yang menggauli temannya sendiri atau adik kelasnya sendiri, atau berita tentang anak-anak yang terbius dengan obat-obatan terlarang, atau berita tentang anak-anak yang membuang bayinya di loteng, atau tawuran  pelajar, atau berita tentang keluhan orang tua yang sulitnya mendidik anak-anak saat ini. Rumit kawan, berita tersebut dikonsumsi setiap hari. menjadi makanan yang biasa, nggak lezat rasanya, karena saking lumrahnya. “ Ah, itu mah berita biasa!” . Jangan berkata naudzubillah, kalau tanpa sadar andapun sepertinya sebagai guru tak merasa ada apa-apa dengan berita itu semua.  

Aku Sadar, Aku Guru
Mungkin tulisan ini belum menyadarkan kawan, tapi berharap ada perubahan itulah sebuah harapan kita sebagai miniatur kecil dalam kehidupan, pastilah kita ingin solusi yang tak membingungkan. Membingungkan diri sendiri, juga membingungkan generasi saat ini. Karena berharap pada solusi yang tak tepat dan tak akurat dalam perjalanan kehidupan akan terus berada pada perjuangan dan kesia-sian. Kita sebagai guru adalah korban dari kondisi yang dicipta oleh manusia-manusia yang merasa dirinya bisa berdiri dalam aturan-aturannya yang mereka buat sendiri. Membuat aturan yang tak pro pada guru. Yang tak pro juga pada siswa/i. Jika dalam satu contoh UN saja,  yang mereka buat kebijakan, menjadikan guru tak beridealisme, lalu menjadikan anak-anak cesdas sejak dini dengan mengajarkan kecurangan. Apakah hal ini masih bisa kita pertahankan, masihkah kita sebagai guru yang memilki intelektual tinggi berharap pada aturan buatan manusia yang membuat semraut segalanya. Adakah solusi pasti?? Ada!! Yaitu aturan dari Ilahi. Tak perlu aku jabarkan bagaimana aturan Ilahi bisa jadi solusi, karena kita sebagai guru bisa mencari sendiri jika masih mau menjadi guru yang berarti dan menjadi guru yang dihargai.   

by,
Aida Fitriyani  or Aid_elfi3
Face bookفطرياني   عيدا / Aida Fitriyani
Argument mengapa memilih badai otak?? Only for Dakwah
 

Tidak ada komentar: