22 Oktober 2010

KARAKTERISTIK, MANIFESTASI DAN RAGAM BELAJAR


A. KARAKTERISTIK PERUBAHAN HASIL BELAJAR
Setiap prilaku belajar selalui ditandai oleh cirri-ciri perubahan belajar yang spesifik. Karakteristik prilaku belajar ini dalam beberapa literature perpustakaan antara lain psikologi pendidikan oleh Surya (1982) disebut sebagai prinsip-prinsip belajar. Diantara cirri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik prilaku yang terpenting adalah : perubahan itu intensional, perubahan itu positif dan aktif, serta perubahan itu efektif dan fungsional.

1. Perubahan itu intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan.
Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan yang terjadi dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebisaaan, sikap dan pandangan tertentu, keterampilan dan seterusnya. Sehubungan dengan itu perubahan yang diakibatkan mabuk, gila dan lelah tidak termasuk dalam karakteristik belajar, karena individu yang bersangkutan tidak mengadari atau menghendaki keberadaannya.
Naum demikian, perlu dicatat pula bahwa kesengajaan belajar itu, menurut Anderson (1990) tidak penting, yang terpenting cara mengelola informasi yang diterima siswa pada waktu peristiwa belajar terjadi. Disamping itu, kenyataan sehari-hari juga menunjukan bahwa semua kecakapan yang kita peroleh merupakan hasil kesengajaan belajar yang kita sadari.

2. Perubahan itu positif dan aktif
Perubahan yang terjadi akibat dari proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermanfaat dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuautu yang baru (seperti pemahaman atau keterampilan baru) yang lebih baik dari apa yang ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses pematangan, tetapi karena usaha siswa itu sendiri.

3. Perubahan itu efektif dan fungsional
Perubahan yang timbul akibat belajar bersifat efektif, yakni berhasil guna. Artinya, perubahan tersebut membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional, dalam arti bahwa ia relative menetap dan setiap saat apabila ia dibutuhkan, perubahan tersebut dapat diproduksi dan dapat dimanfaatkan. Perubahan fungsional diharapkan dapat member manfaat yang luas. Selain itu, perubahan yang efektif dan fungsional bisaanya bersifat dinamis dan mendorong perubahan-perubahan positif lainnya.

B. MANIFESTASI PRILAKU BELAJAR
Manifestasi atau perwujudan prilaku belajar bisaa lebih sering Nampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut: 1) kebisaaan; 2) keterampilan; 3) pengamatan; 4) berpikir asosiatif dan daya ingat; 5) berpikir rasional dan kritis; 6)sikap; 7) inhibisi; 8) apresiasi; dan 9) tingkah laku afektif. Mengenai timbulnya sikap dan kesanggupan konstruktif juga berpikir kritis dan kreatif seperti yang dikemukakan sebagia para ahli, tidak diuaraikan secara eksplisit mengingat perpaduan perwujudan-perwujudan tersebut dalam 9 (Sembilan) perwujudan diatas.

1. Manifestasi Kebisaaan
Setiap siswa yang telah mengalami proses belajar, kebisaaan-kebisaaannya akan tampak berubah. Menurut Burghardt (1973), kebisaaan itu timbul Karen proses penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar pula dilakukan pengurangan prilaku-prilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan atau pengurangan inilah muncul suatu sikap baru yang relative menetap dan otomatis. Kebisaaan ini terjadi seperti dalam classical dan operant conditioning.

2. Manifestasi Keterampilan
Keterampilan ialah kegiatan yang berhungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak pada kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun keterampilan itu memerlukan kordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi. Dengan demikian, siswa yang melakukan gerakan motorik dengan kordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil.
Disamping itu, menurut Reber (1988) keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkahlaku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan pula pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Konotasinya pun luas sehingga samapi mempengaruhi atau mendayagunakan orang lain. Artinya orang yang mamau mendayagunakan orang lain secara tepat juga dianggap sebagai orang yang terampil. 

3. Manifestasi Pengamatan
Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan dan member arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga. Berkat pengalaman belajar seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan benar yang objektif sebelum mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan mengakibatkan pengertian yang salah pula. 

4. Manifentasi Berpikir Asosiatif dan Daya Ingat
Secara sederhana berpikir asosiatif adalah berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan yang lainnya. Berpikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa kemampuan siswa untuk melakukan hubungan asosiatif yang benar amat dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar.
Disamping itu, daya ingatpun merupakan perwujudan belajar, sebab merupakan unsure pokok dalam berpikir asosiatif. Jadi, siswa yang telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan bertambahnya simpanan materi (pengetahuan dan pengertian) dalam memori, serta meningkatnya kemampuan menghubungkan memori tersebut dengan situasi atau stimulus yang ia hadapi.

5. Manifestasi Berpikir Rasional dan Kritis
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan prilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Pada umunya siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa”. Dalam berpikir rasional siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan akibat-akibat, menganalisis, menarik berbagai kesimpulan dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan. Dalam hal berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasai kesalahan atau kekurangan (Reber, 1988).

6. Manifestasi Sikap
Dalam arti yang sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Menurt Bruno (1987), sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Dengan demikian pada prinsipnya sikap itu bisa kita anggap sebagai kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini, perwujudan prilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju dan lugas) terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa, dan sebagainya.

7. Manifestasi Inhibisi
Secara ringkas, inhibisi adalah upaya pencegahan atau pengurangan timbulnya suatu respons tertentu karena adanya proses respons lain yang sedang berlangsung (Reber, 1988). Dalam hal belajar yang dimaksud inhibisi adalah kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lainnya yang lebih baik ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya.

8. Manifestasi Apresiasi
Pada dasarnya, apresiasi berarti suatu pertimbangan (judgement) mengenai arti penting atau nilai sesuatu (Chaplin, 1982). Dalam penerapannya apresiasi sering diartikan sebagai penghargaab atau penilaian terhadap benda-benda –baik abstrak maupun konkret- yang memiliki nilai luhur. Apresiasi adalah gejala ranah afektif yang pada umumnya ditujukan pada karya-karya seni budaya seperti, seni sastra, seni music, seni lukis dan sebagainya.

9. Manifetasi Tingkahlaku Afektif
Tingkahlaku afektif adalah tingkahlaku yang menyangkut keanekaramagan perasaan, seperti takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, gelisah, was-was, dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak lepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan prilaku hasil belajar.

C. RAGAM-RAGAM BELAJAR
Dalam proses belajar bisaanya dikenal ada berbagai macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam.

1. Ragam Abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh dan memecahkan permasalahan pemahaman-pemahaman yang tidak nyata. Dalam mmepelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat disamping penguasaan atas prinsip, konsep dan generaslisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi, dan juga sebagian materi bidang studi agama seperti Tauhid.

2. Ragam Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular). Tujuannya adalah untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan secara intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk dalam belajar ini misalnya belajar olahraga, music, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik dan juga sebagian bidang studi agama seperti ibadaha shalat dan haji.

3. Ragam Sosial
Belajar social pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan tekhnik-tekhnik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah social seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah organisasi, dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.
Selain itu, belajar social juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan member peluang kepada orang lain uantuk memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan proporsional. Bidang-bidang studi yang termasuk dalam bahan pelajaran social antara lain sosiologi, PPKn, Aqidah Akhlak dan Sejarah.

4. Ragam Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generaslisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan. Dalam hal ini hamper semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah.

5. Ragam Rasional
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemapuan berfikir secara logis dan sistematis (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya adalah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan ragam belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki kemapuan rational problem solving yaitu belajar memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis dan sitematis (Lawson, 1991).
Bidang studi yang dapat digunakan sebagai sarana belajar rasional sama dengan bidang studi dalam ragam belajar pemecahan masalah. Perbedaannya, belajar rasional tidak member tekanan khusus pada penggunaan bidang studi eksakta. Artinya, bidang studi non eksaktapun dapat memberi efek yang sama dengan bidang studi eksakta dalam belajar rasional.

6. Ragam Kebisaaan
Ragam belajar kebisaaan adalah proses pembentukan kebisaaan-kebisaaan baru atau perbaikan kebisaaan-kebisaaan yang telah ada. Belajar kebisaaan selain mengguanakan perintah, suri tauladan dan pengalaman khusus juga menggunakan ganjaran dan hukuman (reward & punishment). Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebisaaan-kebisaaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (konstektual).
Selain itu arti tepat dan positif diatas adalah selaras dengan norma dan tata nilai yang berlaku, baik yang bersifat religious maupun yang bersifat cultural dan tradisional. Belajar kebisaaan lebih tepat dilaksanakan dalam konteks pendidikan keluarga sebagaimana yang dimaksud oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 Bab VI Bagian keenam Pasal 27 (1). Namun demikian, tentu tidak tertutup kemungkinan penggunaan pelajaran agama sebagai sarana belajar kebisaaan bagi para siswa.

7. Ragam Apresiasi
Belajar apresiasi merupakan belajar mempertimbangkan (judgement) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skill) dimana dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu, misalnya apresiasi sastra, apresiasi music, apresiasi lukisan, benda sejarah dan sebagainya.
Bidang-bidang studi yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar apresiasi antara lain bahasa dan sastra, kerajinan tangan (prakarya), kesenian, menggambar, dan sebagainya. Selain Bidang studi ini, bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan sebagai alat pengembangan belajar apresiasi siswa, missalnya dalam hal seni baca tulis Al-Qur’an.

8. Ragam Pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap obejek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasau materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen (reber, 1988). Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang bisaanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan laboratorium atau penelitian lapangan.

DAFTAR PUSTAKA
Asrori, Muhammad, H., Prof. Dr., M.Pd, 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : CV. Wacana Prima.
Asrori, Muhammad, H., Prof. Dr., M.Pd, 2007. Psikologi Pembelajaran, Bandung : CV. Wacana Prima.
Djamarah, Saeful Bahri, M.Ed., 2000. Psikologi Belajar Edisi 2, Jakarta : Bineka Cipta.
Makmun, Abin Syamsudin, 2008. Psikologi Pendidikan, Bandung : Rosda Karya Remaja.
Syah, Muhibbin, M.Pd., 2008. Psikologi Belajar, Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Sumiati, Dra. & Asra, M.Ed, 2007. Metode Pembelajaran, Bandung : CV. Wacana Prima.

Tidak ada komentar: