22 Oktober 2010

MODEL-MODEL EVALUASI


1. RUANG LINGKUP EVALUASI PEMBELAJARAN

Evaluasi pendidikan mencakup dua sasaran pokok, yaitu : evaluasi makro (program) dan evaluasi mikro (kelas). Secara umum, evaluasi terbagi dalam tiga tahapan sesuai proses belajar mengajar yakni dimulai dari evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi output.
Setiap jenis evaluasi memiliki fungsi yang berbeda satu dengan yang lain. Evaluasi input mencakup fungsi kesiapan penempatan dan seleksi. Evaluasi proses mencakup formatif, diagnostik dan monitoring, sedangkan evaluasi output mencakup sumatif.
Fungsi kesiapan penempatan dan seleksi adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui ketrampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program tersebut.
Fungsi seleksi yaitu penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, seperti ujian saringan masuk perguruan tinggi tertentu dengan berdasarkan kriteria tertentu.
Fungsi formatif yaitu penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Adapun fungsi diagnostik dan monitoring adalah penilaian yang bertujuan untuk mengidentifikasi kelemahan kelemahan siswa dan faktor yang menjadi penyebab serta menetapkan cara untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut.
Fungsi sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, dengan tujuan untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa. Dengan kata lain berfungsi untuk mengetahui seberapa jauh suatu proses pendidikan telah mencapai tujuan yang telah ditentukan.

2. EVALUASI PROGRAM
Para ahli evaluasi telah mengembangkan beberapa jenis evaluasi program. Jenis evaluasi program tersebut sangat beragarn dan variatif, namun kesemuanya dapaat ditsimpulkan bahwa pada akhirnya hasil dari evaluasi digunakan sebagai kepentingan pengambilan keputusan. Berikut ini diuraikan berbagai jenis evaluasi program yang sampai saat ini masih digunakan, sebagai berikut:

a) CIPP (Context Input Process Product)
CIPP merupakan salah satu evaluasi program yang dapat dikatakan cukup niemadai. Model ini telah dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebearn dkk (1967) di Ohio State University. CIPP merupakan akronim, terdid dari : context evaluation, input evaluation, process evaluation dan product evaluation dan setiap tipe evaluasi terikat pada perangkat pengambilan keputusan yang menyangkut perencanaan dan operasi sebuah program.

1) Evaluasi Konteks
Meliputi analisis masalah yang berhubungan dengan lingkungan program yang dilaksanakan, yang secara khusus berpengaruh pada konteks masalah yang menjadi komponen dalam piogram. Evaluasi konteks menjelaskan atau menggambarkan secara jelas tentang tujuan program yang akan dicapai. Secara singkat dapat dikatakan evaluasi konteks; merupakan evaluasi terhadap kebutuhan, yaitu memperkecil kesenjangan antara kondisi aktual dengan kondisi yang diharapkan.
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi konteks adalah evaluasi terhadap kebutuhan, tujuan pernenuhan dan karakteristik individu yang menangani. Seorang evaluator harus sanggup menentukan prioritas kebutuhan dan memilih tujuan yang paling menunjang kesuksesan program. Menurut Gilbert Sax, evaluasi konteks merupakan pengambaran dan spesifikasi tentang lingkungan program. Evaluasi konteks terutama berhubungan dengan intervensi yang dilakukan dalam program.

Untuk memudahkan memahami evaluasi konteks, evaluator dapat menjawab pertanyaan pertanyaan sebagai berikut :
1) Kebutuhan kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh kegiatan program ?
2) Tujuan program apa saja yang menjadi prioritas pencapaiannya ?
3) Tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan ?
4) Tujuan tujuan manakah yang paling mudah dilaksanakan ?
5) Tujuan-tujuan program manakah yang benar benar sangat diinginkan masyarakat ?
Dalam menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut, stufflebleam memberikan saran sebagai berikut, misalnya dalam menentukan kebutuhan yang belum terpenuhi dengan meninjau kembali tujuan program kemudian menilai pelaksanaan program. Dan kedua hal ini diketahui kesenjangannya. Hal itulah yang menjadi kebutuhan yang belum terpenuhi.

2) Evaluasi Masukan
Meliputi pertimbangan tentang sumber dan strategi yang akan digunakan dalam upaya mencapai suatu program. Informasi informasi yang terkumpul selama tahap evaluasi hendaknya dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk menentukan sumber dan strategi analisis masalah yang berhubungan dengan lingkungan program yang di dalam keterbatasan dan hambatan yang ada.
Penilai masukan boleh rnempertimbangkan sumber tertentu apabila sumber-sumber tersebut terlalu mahal untuk dibeli atau tidak tersedia, dan pada pihak lain terdapat alternatif yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program. Demikian juga berkaitan dengan tenaga tenaga yang dapat melaksanakan program dapat diperhitungkan sebagai sumber masukan.
Evaluasi masukan membutuhkan evaluator yang memiliki pengetahuan luas dan berbagai ketrampilan tentang berbagai kemungkinan sumber dan strategi yang akan digunakan mencapai tujuan program. Pengetahuan tersebut bukan hanya tentang evaluasi saja tetapi juga dalam efektifitas program dan pengetahuan subtansi program itu sendiri dan berbagai bentuk dalam pengeluaran program yang akan dicapai.
Menurut Stufflebean evaluasi masukan dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1) Apakah strategi yang digunakan oleh program sudah sesuai dengan pencapaian tujuan?
2) Apakah sumber sumber termasuk (SDM) yang ada sudah sesuai dengan beban program yang akan dijalankan?
3) Apakah strategi yang diambil ini merupakan strategi yang benar benar sudah disepakati bersama oleh pengelola program?
4) Strategi yang manakah yang sudah ada sebelumnya dan sudah cocok untuk pencapaian tujuan yang lalu?
5) Sumber sumber daya manakah yang benar benar mempunyai kontribusi yang paling dominan?
6) Prosedur dan jadwal khusus manakah yang digunakan untuk melaksanakan strategi tersebut?
7) Apakah yang dapat dikatakan sebagai ciri khusus dari kegiatan yang dilaksanakan di dalam program dan apa pula akibat yang ditimbulkannya.
8) Bagaimanakah urutan prioritas sumber daya dan strategi yang paling mempunyai kontribusi terhadap pencapaian program?

3) Evaluasi Proses
Meliputi evaluasi yang telah ditentukan (dirancang) dan diterapkan di dalam pratek (proses). Seorang penilai proses mungkin disebut sebagai pemonitor sistern pengumpulan data dari pelaksanaan program sehari hari. Misalnya saja evaluator harus mencatat secara detail apa saja yang terjadi dalam pelaksanaan program. Pemonitor harus mempunyai catatan harian dan perkembangan setiap langkah dalarn pelaksanaan program. Tanpa mengetahui catatan tentang data pelaksanaan program tidaklah rnungkin pengambil keputusan menentukan tindak lanjut program apabila waktu berakhir telah tiba. Tugas lain dari penilai proses adalah melihat catatan kejadian kejadian yang muncul selama program tersebut berlangsung dari waktu ke waktu. Catatan catatan semacam itu barangkali akan sangat berguna dalam menentukan kelemahan dan kekuatan atau faktor pendukung serta faktor penghambat program jika dikaitkan dengan keluaran yang ditemukan.
Suatu program yang baik (yang pantas untuk dinilai) tentu sudah dirancang mengenai siapa diberi tanggung jawab dalam kegiatan apa, apa bentuk kegiatannya, dan kapan kegiatan tersebut sudlah terlaksana. Tujuannya adalah membantu penanggung jawab pemantau (monitor) agar lebih mudah mengetahui kelemahan kelemahan program dari berbagai aspek untuk kemudian dapat dengan mudah melakukan remedial atau perbaikan di dalam proses pelaksanaan program.

Stufflebean mengemukakan pertanyaan pertanyaan sehubungan dengan evaluasi proses ini, yaitu :
1) Apakah kegiatan program sudah sesuai dengan jadwal yang ditentukan?
2) Apakah pelaksana sudah melakukan tugasnya sesuai dengan job-nya ?
3) Komponen apa saja yang belum sesuai dengan rancangan yang telah dibuat?
4) Target komponen apa saja yang kiranya sulit dicapai dalam pelaksanaan program ? mengapa ? dan bagaimana solusinya ?
5) Perlukah para staf pelaksana diberi orientasi kembali mengenai mekanisme kegiatan program ?
6) Apakah fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola telah sesuai dengan kegunaan fungsinya ? kalau tidak mengapa ?
7) Apakah fasilitas dan bahan penunjang lain telah digunakan secara tepat?
8) Hambatan hambatan penting apakah yang dijumpai selama pelaksanaan program berlangsung dan perlu diatasi ?
Untuk membantu menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut, Stufflebeam mengajukan saran kepada penanggung jawab program agar setiap kali diadakan diskusi yang diikuti oleh para staf pelaksana agar para staf tersebut selalu sadar akan mekanisme program. Disamping itu hambatan hambatan yang timbul selama dalam proses, segera dapat diidentifikasi, dan sambil jalan dapat diatasi dan diperbaiki.

4) Evaluasi Hasil
Adalah evaluasi yang dilakukan oleh penilai di dalam mengukur keberhasilan pencapaian tujuan tersebut dikembangkan dan diadministrasikan. Data yang dihasilkan akan sangat berguna bagi pengambil keputusan dalam menentukan apakah program diteruskan dimodifikasi atau dihentikan.
Pengembangan jenis evaluasi program model CIPP telah menekankan kerjasama dan keakraban antara tim penilai, pengelola dengan pengambil keputusan tentang program. Setiap bentuk evaluasi yang dijelaskan di atas telah menekankan tiga tugas pokok yang dilakukan yaitu :
1) Membeberkan semua jenis informasi yang diperlukan oleh pengambil keputusan.
2) Memperoleh informasi.
3) Mensintesakan informasi informasi sedemikian rupa sehingga secara maksimal dapat dimanfaatkan oleh para pengambil keputusan.

Evaluasi hasil merupakan tahap terakhir di dalam jenis CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Fungsinya adalah membantu penanggung jawab program dalam mengambil keputusan : meneruskan, memodifikasi atau menghentikan program. Evaluasi hasil mernerlukan perbandingan antara tujuan yang ditetapkan dalarn rancangan dengan hasil program dicapai. Hasil yang dinilai dapat berupa skor tes, data observasi, diagram data, sosiometri dan lain sebagainya, yang masing masing dapat ditelusuri kaitannya dengan tujuan tujuan yang lebih rinci. Kita dapat memperbandingkan pencapaian tujuan dengan hasil yang dicapai rnelalui presentase tiap tiap komponen program. Kemudian membuat analisis kualitatif mengapa sekian persen dicapai dan mengapa hal itu terjadi.
Apabila tujuan yang ditetapkan program telah tercapai maka ukurannya tergantung dari kriteria yang telah ditetapkan. Ada kriteria (tolak ukur) yang menggunakan 100% sebagai standar, ada pula yang hanya 80%. Hal itu tergantung dari kepentingan setiap aspek yang diukur misalnya kesulitan pencapaian, kesederhanaan aspek bagi program dan sebagainya.
Eksperimen tentang perlakuan ada kalanya dinilai dengan membandingkan keberhasilannya melalui dua program atau lebih. Berhasil tidaknya variabel eksperimen dilihat pada akhir pemberian eksperimen tersebut. Efektifitas perlakuan yang diterapkan pada satu program dapat dilihat dengan cara membandingkan rerata (mean) skor akhir kedua program yang satu merupakan kelompok eksperimen dengan yang bukan. Tidak jarang terjadi bahwa pimpinan yang berstatus sebagai pengambil keputusan, tidak begitu memaharni tentang strategi eksperimen. Dalam hal seperti ini mereka disarankan bertanya kepada ahli yang rnemahami atau pada para pakar di perguruan tinggi.
Walaupun hasil eksperimen menunjukkan adanya perbedaan antara kedua kelompok (yang dikenal eksperimen dan yang bukan) namun pengambil keputusan tidak dapat begitu cepat mernutuskan untuk meneruskan, memodifikasi atau menghentikan perlakuan tersebut. Faktor faktor fain yang harus diikutsertakan sebagai bahan pertimbangan misainya biaya yang harus dipikul oleh individu atau masyarakat. Kemanfaatan (benefit) program yang nampaknya baru dapat dilihat atau dinikmati setelah jangka waktu lama. Perlu dipertimbangkan pengambilan kaputusannya dalam jangka waktu yang relatif lama pula.

2. Model Kesenjangan (Discrepancy)
Evaluasi kesenjangan program, begitu orang menyebutnya. Kesenjangan program adalah sebagai suatu keadaan antara yang diharapkan dalam rencana dengan yang dihasilkan dalam pelaksanaan program. Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara standard yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program tersebut.
Standar adalah: kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan dengan hasil yang efektif. Penampilan adalah: sumber, prosedur, manajemen dan hasil nyata yang tampak ketika program dilaksanakan.
Langkah Langkah dalam Evaluasi Kesenjangan
Langkah langkah atau tahap tahap yang dilalui dalam mengevaluasi kesenjangan adalah sebagai berikut:

1. Pertama : Tahap Penyusunan Desain.
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan
a. Merumuskan tujuan program
b. Menyiapkan murid, staf dan kelengkapan lain
c. Merumuskan standar dalam bentuk rumusan yang menunjuk pada suatu yang dapat diukur, bisaa di dalam langkah ini evaluator berkonsultasi dengan pengembangan program.
Contoh rumusan standar:
"Keberhasilan Program KPSM yang distandarkan adalah 70 % Warga Belajar meningkat pendapatannya dan ketrampilannya.

2. Kedua : Tahap Penetapan Kelengkapan Program Yaitu melihat apakah kelengkapan yang tersedia sudah sesuai dengan yang diperlukan atau belum. Dalam tahap ini dilakukan kegiatan
a. Meninjau kembali penetapan standar
b. Meninjau program yang sedang berjalan
c. Meneliti kesenjangan antara yang direncanakan dengan yang sudah dicapai.

3. Ketiga : Tahap Proses (Process).
Dalam tahap ketiga dari evaluasi kesenjangan ini adalah mengadakan evaluasi, tujuan tujuan manakah yang sudah dicapai. Tahap ini juga disebut tahap “mengumpulkan data dari pelaksanaan program”.

4. Keempat : Tahap Pengukuran Tujuan (Product)
Yakni tahap mengadakan analisis data dan menetapkan tingkat output yang diperoleh. Pertanyaan yang diajukan dalam tahap ini adalah .apakah program sudah mencapai tujuan terminalnya?"

5. Kelima : Tahap Pembandingan (Programe Comparison)
Yaitu tahap membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini evaluator menuliskan semua penemuan kesenjangan untuk disajikan kepada para pengambil keputusan, agar mereka (ia) dapat memutuskan kelanjutan dari program tersebut. Kemungkinannya adalah a. Menghentikan program b. Mengganti atau merevisi c. Meneruskan d. Memodifikasi.

Tujuan dari evaluasi kesenjangan program adalah Kunci dari evaluasi discrepancy adalah dalam hal membandingkan penampilan dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Tidak ada komentar: