Sering dan bahkan sudah menjadi keyakinan dan dianggap sebuah kenyataan oleh setiap orang yang ada di dunia ini, atau mungkin hanya di Indonesia karena saya sering mendegar kalimat ini dari orang Indeonesia. Kalimat apakah itu, ya kalimat itu ialah “Tak ada seorangpun manusia yang sempurna”. Kalimat ini sudah menjadi biasa, sudah mendarah daging dan hampir tak ada orang yang menyanggahnya dan hamper setiap orang menganggup setuju jika ada seseorang yang berkata seperti itu dan tak ada lagi logika untuk berpikir ulang tentang apa hakikat dan makna yang terungkap.
Bahkan saking ajaibnya kalimat ini menjadikan sebuah inspirasi untuk membuat lirik dan dinyanyikan serta nyanyian tersebut menjadi popular, kalimat tersebut dijadikan pelengkap dalam setiap sya’r dan puisi atau acapkali dijadikan bumbu dalam setiap diskusi. Dan bukan saya ingin menyalahkan proses kreatifitas yang telah berlaku, hanya saja tulisan ini ingin mengatakan bahwakalimat ‘Tak ada manusia yang sempurna’ bagi saya adalah kalimat yang tidak tepat bagi saya, adapun bagi rekan-rekan sekalian silahkan mau setuju atau tidak saya serahkan kepada pemikirannya masing-masing.
Pada kesempatran ini saya hanya ingin memaparkan sebuah renungan dan saya mendapatkan inspirasi ini dari Ustadz saya waktu di Pesantren, beliau bernama Ust. Insanul A’la Daroja barokalloh ‘alaih yang selalu memberikan pencerahan dan pelajaran baru bagi saya. Bahwa ungkapan manusia tidak sempurna adalah kekeliruan atupun beliau menegaskan, adalah salah jika manusia mengakui dirinya sebagai orang yang tidak sempurna, adalah keliru jika manusia beranggapan bahwa dirinya bukan manusia yang tercipta dengan tidak sempurna. Dan saya salah seorang muridnya yang memahami apa yang belaiu sampaikan dan mungkin hanya saya yang setuju dari pernyataan beliau.
Batasan Kesempurnaan
Baiklah, sebelum anda membaca dan protes apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan. Kita fahami dulu secara seksama apa atau sejauhmana batasan kesempurnaan yang selama ini kita sepakati bersama. dan kita akan menemukan seperti apa manusia yang sempurna itu.
Pertama, Malaikat adalah makhluk Allah yang dikatakan tidak prenah melakukan dosa atau makshiat sedikitpun, dan cirri inilah yang senantiasa melekat pada diri Malaikat. Jadi, kesempurnaan Malaikat adalah karena ia tiak pernah melakukan kesalahan sekecil apapun itu. Kedua, Syetan adalah makhluk Allah yang diciptkan untuk berbuat dan mengaka kepada dosa, makshiat dan tidak pernah melakukan kebaikan sedikitpun. Jadi, kesempurnaan Syetan adalah ketika ia tidak melakukan kebaikan dan senantiasa melakukan kejahatan. Inilah dua makhluk Allah yang disepakati sifat dan hakikatnya oleh kita semua, dan tentu dasar ini pula yang bisa dijadikan sebagai standar bahwa manusia adalah makhluk Allah pula yang sempurna.
Dan ketiga, Manusia. Manusia adalah makhluk Allah yang diciptkan dengan memiliki dua sifat yang berlawanan, manusia pernah melakukan kesalahan dan manusia pula selalu melakukan kebaiakn. Tidak ada manusia yang selamanya melakukan kebaikan dan tak ada manusia yang selalunya melakukan kejahatan. Dan inilah MANUSIA SEMPURNA.
Kesempurnaan Manusia
Dari batasan kesempurnaan yang telah saya paparkan diatas, kita fahami bersama bahwa diantara ketiga makhluka yang Allah ciptakan memiliki sifat khas yang merupakan cirri dari kesempurnaan setiap makhluk yang Allah ciptakan. Malaikat dikatakan sempurna jika ia selalu melakukan kebaikan dan tidak melakukan dosa serta makshiat, Syetan adalah makhluk yang sempurna dengan tidak melakukan kebaikan dan selalu melakukan dan mengajak manusia kepada kejahatan, sedangkan manusia adalah makhluk yang sempurna jika ia memiliki kedua sifat yang diberikan Allah kepada Malaikat dan Syetan.
Kesempurnaan manusia adalah ketika ia melakukan kesalahan dan melakukan kebaikan. Jadi jika ada yang mengatakan bahwa tak ada manusia yang sempurna karena ia memiliki kelemahan, justru kelemahan itulah yang menjadi cirri kesempurnaan manusia, jika ada yang mengungkapkan bahwa manusia tidak sempurna karena meiliki cacat anggota fisik misalkan, justru itulah yang menjadikan manusia adalah makhluk yang sempurna. Dengan demikian, setiap kekurangan, kelemahan, cacat serta aib yang dimiliki manusia merupakan cirri kemanusiaan. Dan tidak dipungkiri pula bahwa ketika manusia berbuat kebaikan, menjadi pribadi yang shaleh disertai kelebihan yang dimiliki itulah sifat yang melengkapi kesempurnaan manusia.
Jadi, sekali saya nyatakan bahwa manusia bukanlah makhluk yang tidak sempurna dan menjadi sebuah keyakinan bagi saya bahwa manusia adalah makhluk yang … Sempurna (seperti kata Demian sang illusionis).
Wallahu A’lam …
Barak, 2 Desember 2010
1 komentar:
KANG HOYONG BELAJAR LEBIH BANYAK DENGAN AKANG.
Posting Komentar