19 Maret 2010

MAULID NABI DAN MORALITAS PEMUDA/REMAJA

14 abad yang silam telah terurai sebongkah cahaya menerangi pekatnya dunia ini, meruntuhkan segala symbol kebobrokan budaya, meluluh lantakkan berbagai macam anekdot kebodohan dan meluluh leburkan berhala-berhala kemusyrikan. Cahaya itu dating membawa kesejukan tiada tara, meneduhkan mereka yang gersang hatinya, membawa kabar bagi mereka yang gundah dan bersedih, mendatangkan angina segar kepada yang dahaga jiwanya, dan menghibur setiap hati yang kesepian dan kering kerontang tanpa kaih sayang, keadilan, cinta dan mencelupkan jiwa mereka dalam lautan keindahan dan mempesona.

Muhammad adalah manusia yang tangguh dalam mitos dan realitas yang pernah ada di muka bumi ini. Kisah hidupnya yang mengagumkan membuat seorang penulis non muslim terkemuka yakni Michael H. Hart menempatkannya pada posisi pertama dari 100 (seratus) tokoh popular dan berpengaruh dalam sejarah dan peradaban umat manusia di dunia. Beliau hadir sebagai sebagai pembawa risalah yang tak terbantahkan lagi, dalam berbagai ramalan dan kitab agama samawi (Yahudi dan Nashroni) telah tersuratkan akan kedatangannya. Bagaimana tidak, ia adalah sosok mempesona. Bukan hanya dari segi fisik melainkan karakter khas yang kuat, seorang yang tegas namun penuh kelembutan, seorang yang penuh cinta namun keras terhadap segala bentuk keburukan, tak pernah ada kata lelah meluncur dari lidahnya dan ia senantiasa bersahaja meski berbagai sanjungan dan pujian diberikan padanya.

Dalam berbagai diskursus dan penelitian tak ada yang mampu mengungkap secara ilmiah tentang perkembangan jasmani beliau, karena memang perkembangan jasmaninya tak bisa dianalisis secara rasional dan hanya mampu dijawab dengan keimanan. Beliau terlahir dengan cahaya memancar, wewangian menyeruak ruangan, alis layaknya telah memakai celak dan ia telah dikhitan. Subhanalloh, ini adalah gambaran seorang manusia yang ketika lahir saja banyak segala keajaiban yang nampak maka tak heran jika kelak ia akan mengubah peradaban manusia dari zaman yang tenggelam dalam lumpur kemakshiyatan dan kebodohan yang menganga kepada era yang dinaungi keberkahan dan berthtakan keadilan.

Sekilas tentang Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.

Adalah Shalahudin Al-Ayyubi, pahlawan muslim tangguh dan panglima perang pemberani yang membentuk sebauh kedaulatan Dinasti Ayyubiyah. Ia menguasai Mesir yang menjadi pusat kekuasaan Dinasti Fathimiyah dan mengganti faham Syi’ah menjadi Sunni. Keperkasaan dan kegagahannya diakui terutama saat terjadi Perang Salib, kaum Nashroni menjadikan agama untuk melegalkan atas peperangan yang mereka lakukan, mereka mengatakan bahwa perang itu adalah perang suci karena mereka berusaha mempertahankan dan merebut kembali sebuah gereja yang berada di Palestina yang mereka percayai sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus.

Dikatakan Perang Salib karena saat peperangan itu terjadi kaum Nashroni membawa Salib yang besar berwarna keemasan dan setiap prajurit nashroni seluruhnya menggunakan kalung salib. Shalahudin Al-Ayyubi tidak akan pernah tenang hidupnya jika Palestina yang masih dikuasai oleh kaum Kristen, maka melalui momentum Kelahiran Nabi Muhammad Saw. Ia beserta paukannya menyerbu kaum Kristen dan berhasil menaklukan dan menguasai kembali tanah Palestina, ia mengerahkan seluruh kekuatan agar Masjid Al-Aqsha qiblat pertama ummat Islam se-dunia bisa berada dalam pangkuan Islam. Al-Ayyubi mengobarkan semangat juang untuk merebut kedaulatan Islam yang dirampas, ia tak pernah gentar demi kejayaan Islam. Ia pun mengadakan perjanjian perdamaian dengan kaum Nashroni bagi yang akan mengunjungi Gereja Betlehem dan berjanji untuk tidak menggangu selama mereka menyepakati dan tidak melanggar terhadap kesepakatan yang telah dibuat.

Hingga saat ini peringatan dan perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. Berlangsung diseluruh dunia terutama dikalangan Islam Sunni, tak terlepas di Indonesia. Meskipun para ulama berbeda pendapat tentang peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Ini, namun yang perlu disikapi oleh kita bersama adalah bagaimana memperingati Maulid Nadbi ini sebagai sebuah upaya untuk mengenang sejarah seorang pembawa risalah kebenaran dengan penuh perjuangan sehingga kelak anak-cucu kita akan selalu ingat dan tahu tentang sosok Sang Nabi panutan sepanjang zaman. Bukan hanya kegiatan seremonial belaka, melainkan secara kaaffah mengembalikan setiap langakh kita sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw. Karena pada dasarnya peringatan Maulid Nabi bukanlah perayaan ulang tahun, melainkan sebuah upaya untuk merefleksikan sejarah Nabi dalam kehidupan sehari-hari.

Fase Prikehidupan Sang Nabi

Dalam kajian psikologi agama diterangkan, apa sebenarnya ibrah yang dapat diambil dari sosok sang Nabi pilihan dan juga manusia bisaa yang dibimbing oleh Allah Swt. Dengan wahyu-Nya (dalam ucap, sikap dan komitmen) dan bagaimana dari perkembangan kehidupan dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa hingga beliau lanjut usia dan mnutup kehidupan ini ? setidaknya ada beberapa hal atau tahapan perkembangan dalam usia Rasulullah Saw. Yang perlu dan patut dijadikan teladan bagi kita, generasi muslim yang ingin termaktub dalam daftar nama ummatnya.
Pertama, Kelahiran beliau ditandai dengan berbagai peristiwa menakjubkan; runtuhnya istana Kisra Parsi, padamnya Api sesembahan bangsa Majusi, hancurnya berhala sesembahan kaum Yahudi, burung-burung berhenti bernyanyi. Dari kondisi fisik, beliau terlahir tanpa cela dan cacat, bahka beliau terlahir dalam keadaan telah dikhitan, alisnya bak huruf nun, hidungnya laksana huruf alif, dan berbagai keajaiban lainnya yang menyertai kelahiran Rasulullah. Beliau lahir pada hari Senin Tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah ( 20 April 571 M) dan meninggal pada hari, tanggal dan bulan yang sama yakni senin 12 Rabi’ul Awal Tahun H/640 M. dan Rasulullah lahir dalam keadaan Yatim, karena ayahnya ‘Abdullah bin Abdul Muthallib wafat ketika beliau masih berada dalam kandungan.

Kedua, masa balita beliau dialui tanpa mendapat belaian kasih saying langsung dari sang ibu tercinta, Ibunda Siti Aminah melainkan beliau harus diasuh dan disusui oleh Halimah As-Sa’diyah. Semasa ia bersama ibu susunya, ia diajarkan untuk berbakti kepada orang tua, ia bermain bersama anak-anaknya yang mengajarkannya tentang memanah, menunggang kuda, mengembalakan kambing, sehingga beliau terbisaa dalam keadaan sederhana dan terbisaa tanpa keadaan orang tua disisinya. Pada masa itu pula, Rasulullah didatangi oleh dua Malaikat yang membelh dadanya, kedua Malaikat tersebut membuang berbagai sifat buruk yang ada pada dada beliau dan mengisinya dengan cahaya.

Ketiga, pada usia remaja Rasulullah Saw. Senantiasa dibawa oleh kakeknya Abdul Muthallib dalam pertemuan-pertemuan penting yang membahas tentang kondisi sosial bangsa Arab pada waktu itu, dan beliau mendengarkan secara tekun apa yang sedang dibahas, dari sinilah kedewasaan berfikir Rasulullah Saw. Tersentuh. Setelah beliau ditinggalkan oleh sang ibu ketika habis ziyarah ke maqam ayahnya beliaupun harus rela dan sabar ditinggal oleh kakeknya. Rasul pun kembali pada pangkuan dan pengasuhan orang lain, yakni pamannya Abu Thalib. Pada usia 12 Tahun beliau sudah diajak oleh pamannya untuk berdagang ke Negeri Syam. Pada usia inilah beliau dikenalkan bagaimana cara berniaga dan sebagai bekal kemandiriannya dimasa yang akan datang.

Keempat, sebagai pemuda Rasulullah bergabung dalam pasukan Hifdzul Fudhul. Yaitu sekelompok orang yang bertugas untuk mengamankan kota Mekkah dan sekitarnya dari kaum penyamun dan pemberontak, dan Rasulullah ikut ambil bagian dalam pembasmian para pemberontak ini. Karena keluhuran budinya, beliau dipercaya oleh berbagai suku untuk menjadi seorang problem solver dari pertikaian yang terjadi dikalangan mereka tentang peletakan Hajar Aswad pada dinding Ka’bah sehingga beliau mendapat julukan Al-Amiin (orang yang dapat dipercaya).

Kelima, Muhammad Muda tiba saatnya untuk menikah dan mengarungi kehidupan dalam armada baru bersama seorang pendamping. Dalam sejarahnya Rasulullah tidak pernah melamar calon istrinya yang juga majikannya Khadijah binti Khuwailid Al-Kubro seorang janda dan saudagar kaya raya, namun siti Khadijahlah yang mengutus Maisaroh untuk mengungkapkan perasaan dan kekagumannya kepada sosok Muhammad, sehingga beliau meminta pendapat pamannya dan menerima cinta Khadijah. Dengan kejujuran kepribadiaanya itulah sehingga setiap perempuan mencintainya, bahkan Umm Haniy pun pernah mencintainya namun cintanya tak terbalaskan karena sang ayah telah menjodohkannya dengan yang lain.

Keenam, fase pengangkatan Muhammad sebagai seorang Nabi dan pengemban risalah agung untuk disampaikan kepada ummatnya. Kejadian ini terjadi pada usianya 40 tahun. Dari sinilah episode perjuangan penegakan Risalah Islam bermula. Ia mendapat cemoohan, ejekan bahkan gelar Al-Majnun (si Gila) dilontarkan pada Nabi yang mulia ini, namun beliau senantiasa bersabar bahkan mendo’akan bagimorang-orang yang menyakitinya dengan senyum mengembang tanpa dendam sedikitpun.

Dari berbagai fase perkembangan pribadi Rasulullah Saw. Diatas dapatlah kita lihat, bahwa beliau memiliki karakter yang teguh, kuat dan tak pernah tergoyahkan, inilah yang menjadi pucuk keberhasilan misi yang belaiu emban sebagai Rahmatan Lil’alamin (rahmat bagi alam semesta) beliau seorang anak yang santun dan berbakti, remaja yang bersahaja dan dengan segala penderitaan, seroang pemuda yang jujur, pemberani dan mandiri, seorang suami yang penuh cinta dan kasih saying, seorang ayah yang arif dan bijak, seorang sahabat yang mengerti dan memahami keadaan orang lain, seorang pemimpin yang amanah dan adil, seorang Panglima yang tampil paling depan dalam setiap peperangan, dan seorang musuh yang disegani oleh lawan-lawannya.

Realitas Moral Remaja dan Pemuda Indonesia

Catatan ini bukan hanya sekedar apriori semata melainkan mari kaita tempatkan sosok remaja dan pemuda Indonesia sebagai bagian yang utuh tanpa ada muatan apapun yang dapat mengubah substansi siapa dan bagaimana remaja dan pemuda Indonesia dalam realitas perkembangan dan dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia tercinta ini. Karena ketika kita mengutip tentang realita remaja dan pemuda Indonesia saat ini yang tergambar adalah sosok-sosok tertentu dengan berbagai macam atribut duniawi dan penilaian subjektif belaka, namun perlu disadari oleh kita bersama bahwa remaja dan pemuda Indonesia adalah sosok muda yang senantiasa dijadikan sebagai penerus estapeta peradaban, seorang yang diberikan amanah untuk melanjutkan safari kepemimpinan bangsa ini. Adapun seperti apa dan bagaimana tentang karakteristik mereka dalam kondisi saat ini adalah buah dari bergesernya value (nilai) yang dianut, sistem yang berkembang, lingkungan yang mempengaruhi dan idola yang dijadikan panutan dalam kehidupan pribadinya.

Remaja dan pemuda Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks dan plural. Media Informasi dan komuniasi yang berkembang pesat serta dapat diakses kapanpun dan dimanapun merupakan tantangan sekaligus media potensi yang tidak boleh dianggap bisaa-bisaa saja dengan alasan perkembangan zaman dan modernisasi, karena telah banyak ditemukan fakta yang berkaitan dengan hal itu baik positif bahkan negatif.

Pertama, Transformasi budaya telah membawa mental remaja dan pemuda Indonesia menjadi seorang Follower (pengikut, pengekor) bukan menjadi trendsetter (pusat perhatian). Mereka cenderung membenamkan identita dirinya dan merasa bangga ketika mereka meniru gaya hidup (lifestyle) tokoh idolanya. Hal ini dapat kita saksikan dari berbagai penampilan remaja dan pemuda saat ini, mereka meniru artis yang ia kagumi seperti gaya rambut, cara berpakaian, cara berbicara, dan beranekaragam lainnya yang mereka tiru. Bukan berarti tidak boleh meniru, tetapi sudah saatnya kita generasi muda untuk lebih selektif dan kritis terhadap berbagai asupan dan perkembangan yang ada. Pada posisi inilah identitas remaja dipertaruhkan, kepercayaan dirinya diuji, apakah ia bisa bertahan dengan keadaan dirinya dan mampu mengelola potensi yang ada pada dirinya ataukah ia akan tergerus pada keadaan yang merugikan dirinya dan semakin jauh ia membohongi dirinya.

Dari tantangan tersebut maka perlu ada figur yang patut dijadikan teladan bagi kaum muda saat ini, kita sadari memang Indonesia masih minim publik figur yang tepat untuk dijadikan panutan. Dan yang sedikit itupun kurang menyentuh remaja dan pemuda Indonesia karena memang yang sedikit itu tidak tercover secara menarik, penuh taste dan sepercik dari kolam figure lainnya yang dianggap legih menarik.

Kedua, budaya instant dan konsumtif yang semakin hari semakin nampak. Dimana remaja dan pemuda lebih banyak menginginkan sesuatu yang lebih cepat dan lebih mudah untuk dilakukan, dan mereka cenderung untuklebih banyak mengkonsumsi daripada berkreasi. Tantangan ini cukup menyita perhatian ketika pada suatu kasus terjadi kehilangan nyawa pada antrean saat membeli sebuah unit telephon genggam (HP) yang saat ini tengah menjamur. Budaya konsumtif adalah akar dari mandulnya kreatifitas remaja dan pemuda Indonesia. Hanya beberapa orang saja yang ikut Olimpiade IPA, Komputer, hanya segelintir remaja dan pemuda yang sering duduk di perpustakaan dan membaca buku dirumahnya, hanya sedikit pula kaum muda yang menghabiskan malamnya dengan belajar atau menelaah ilmu, hanya sedikit kaum remaja dan pemuda yang menonton berita daripada menonton reality show urakan. Kebudayaan ini bisa ditangkis dengan senantiasa membangun diri dan mengarahkan aktifitas remaja kepada sesuatu hal yang positif tapi masih bisa mereka senangi. Kita berikan alternative-alternatif kegiatan yang menarik yang tetap dibungkus dengan nilai edukatif tetapi tetap rekreatif. Dengan demikian, kretaifitas mereka terasah dan tertantang untuk bersaing dalam kebaikan dan menjadi remaja dan pemuda yang tampil percaya diri dan kaya kreatifitas.

Ketiga, mentalitas hedonis dan materialistis jaum muda Indonesia yang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Jika kita melihat berita-berita malam, kita pati seringkali menyaksikan liputan-liputan berita tentang hiburan malam, seperti Pub, Karaoke, Bar atu tempat-tempat dugem lainnya selalu dipenuhi dan sesak oleh kalangan muda yang mengumbar kesenangan sesaat belaka. Dan itu bukan hanya sebagai hiduran, melainkan sudah bergerak pada hobi dan bahkan gaya hidup remaja dan pemuda Indonesia. Simbol-simbol materialistis ini kentara dari cari apa yang mereka pakai, apa yang mereka makan, apa yang mereka pamerkan bahkan mereka tidak sungkan untuk berbugil ria hanya demi sebuah kesenangan dan nominal uang yang menggiurkan tentunya. Kondisi yang sangat miris yang ditampilkan oleh kalangan muda Indonesia saat ini.

Dari berbagai gejala sosial, pergeseran nilai dan sikap serta mental kaum muda yang terjadi akan timbul berbagai pertanyaan dan ada perlu mata rantai yng harus diputuskan dari lingkarannya.

Peranan orang tua merupakan posisi strategis bagi perkembangan dan penanaman nilai-nilai positif bagi kum muda dan remaja. Karena mereka adalah orang yang paling mengenal bagaimana karakter anaknya, dan orang tua harus senantiasa bijak menyikapi perkembangan anaknya. Imam Ali r.a. menyatakan bahwa yang paling efektif pendidikan untuk anak-anak ialah ktika ia berusia 5-12 tahun. Mengapa demikian, karena pada usia itu anak belajar tentang berbagai hal mendasar, dari mulai membaca, menulis, memahami, berinteraksi sosial, mengatur waktu, dan semua diajarkan dengan cara kekeluargaan, tidak ada sanksi yang mengikat namun terdapat proses pembelajaran yang efektif dan efisien dengan cara yang sederhana.

Selain orang tua, kondisi remaja dan pemuda dipengaruhi oleh lingkungannya. Tempat ia tinggal, sekolah, kawan sepermainan dan tentunya orang-orang yang ada disekitarnya turut mewarnai karakternya. Oleh karena itu, harus senantiasa diberikan pemahaman kepada mereka agar bergaul dengan orang baik dan belajar untuk menjadi orang baik dari orang-orang yang tidak baik. Posisi guru di sekolah harus ikut andil dalam pembentukan karakter kaum muda, terutama guru Pendidikan Agama. Bahkan jika ditinjau dari definisi guru hanya tidak mengajar atau metransfer ilmu kepada peserta didiknya melainkan tugas paling berat ialah mendidik etika, budi pekerti tau akhlak mulia sehingga ia tidak hanya cerdas intelektul tetapi ia memiliki kecerdasan emosi dan spiritual. Inilah tujuan pendidikan yang seutuhnya.

Realitas moral dan remaja di Indonesia sebenarnya berujung pada satu hal, penanaman kesadaran terhadap Tuhannya (duty to God). Pelbagai argumentasi, dalil, atau alasan apapun yang menjadi penyebab merosotnya moralitas kaum muda Indonesia akan terpatahkan oleh hujjah agama.

Jiwa yang kerontang dari kedamaian dan kering dari ketenangan, hanya satu obatnya yaitu pendekatan spiritual. Oleh karena itu, remaja yang menjadikan agama sebagai landasan gerak dan pandangan hidupnya (way of life) maka ia akan terbebas dari belenggu duniawi, ia akan merdeka dan lepas dari kekangan nafsu syahwat yang menawan dirinya. Keyakinan seperti inilah harus ditanamkan pada setiap generasi muda Indonesia, generasi muda Islam yang meyakini keagungan hidupnya dan meyakini ketinggian harkat, martabat dan citra dirinya dibandingkan dengan makhluk lainnya didunia ini. Karena Allah yang memberikan pilihan itu kepada kita, dan kita telah menyepakati perjanjian itu, dan Allah tidak pernah inkar terhadap apa yang dijanjika oleh Nya kepada kita tentang kabar gembira dan berita duka yang akan ditimpakan pada kita di akhirat kelak.

Profil Ideal Remaja dan Pemuda; Refleksi Pribadi Sang Nabi

Seperti apakah sosok remaja yang diharapkan atau yang menjadi idaman setiap orang tua, setiap bangsa dan menjadi sosok remaja atau pemuda yang memiliki kepribadian ideal. Manusia adalah makhluk yang sempurna, dan kesempurnaan itu terbukti dengan kita memiliki kelemahan dan kelebihan, kita melakukan kebaikan dan kesalahan. Kekurangan, kesalahan, aib ataupun kejelekan yang diperbuat oleh manusia bukanlah merupakan bukti ketidak sempurnaan manusia melainkan wujud bahwa ia adalah manusia yang sempurna. Kita seriang terjebak bahwa no body’s perfect (tak ada satupun manusia yang sempurna), dan jika ditanyakan kesempurnaan manusia seperti apa, dengan batasan kesempurnaan yang dimiliki oleh Malaikan yang senantiasa ta’at kepada Allah dan Syetan yang selalu Ma’shiyat kepada Allah. Jadi jelaslah bahwa ketika manusia melakukan kesalahan dan meailiki aib serta kekurangan membuktikan bahwa ia adalah manusia yang sempurna.

Profil ideal kaum muda akan tampil dari beberapa kriteria yang tentunya kriteria tersebut tidak hanya berdasarkan dari kondisi fisik saja, melainkan secara utuh dan menyeluruh dari berbagai sudut pandang. Karena profil ideal ini terbentuk dari berbagai karakter yang diramu menjadi satu dalam jiwa remaja dan pemuda, dan bagaimana kriteria-kriteria tersebut melekat dan tetap ada bahkan mampu ditularkan disekelilingnya. Karena idealitas seorang remaja dan pemuda akan menjadi barometer untuk meramalkan apa yang akan terjadi terhadap peradaban suatu bangsa pada masa yang akan datang, karena ditangan para pemuda inilah tonggak sejarah akan diberikan dan mereka diberi mandat oleh pertiwi untuk membangun kembali jembatan yang telah dibangun oleh para pendahulunya.

Imam As-Syahid Hasan Al-Banna memberikan gambaran tentang bagaimana pribadi dan kualitas seorang remaja, pemuda dan manusia yang mengakui dirinya bahwa Allah sebagai tujuan hidup, Muhammad sebagai uswah dan qudwah, Al-Qur’an sebagai aturan dan pandangan kehidupan, Jihad sebagai jalan juang dan Syahid sebagai cita-cita tertinggi, setidaknya berikut adalah karkater yang diharapakan ada pada diri setiap muslim sebagai sebuah kualitas dan idealitas (muwasshafat) seorang muslim. Yaitu :

1. Salimul Aqidah
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam (QS 6:162). Jika segenap kaum muda memiliki ‘aqidah yang salim maka tidak akan terjadi penyimpangan moral, putus asa, menyerah, krisis percaya diri dan senantiasa menggantungkan setiap keadaan yang terjadi hanya lurus dan tulus pada Allah ‘Azza Wajalla semata.

2. Shahihul Ibadah
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: “shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw. yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan. Dan perlu dicatat diantara salahsatu yang mendapat naungan ‘Arasynya Allah Swt. Adalah seorang pemuda yang hatinya senantiasa terpaut kepada masjid, yakni pemuda yang tekun beribadah, ikhlas dalam beramal. Ibadah yang benar bagi seorang pemuda adalah esensi dari sikap seorang pemuda karena bisa dijadikan sebagai indikator kekuatan mental dan disiplin terhadap dirinya.

3. Matinul Khuluq
Akhlak yang kokoh dan tangguh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Akhlak tidak hanya menyangkut tingkahlaku, tetapi menyangkut pula ucapan dan sikap. Akhlak yang tangguh adalah mata uang sejati yang berlaku dimanapun ia berada, ia akan tampil menjadi penerang dan sebaik-baik teladan adalah Baginda Nabi Muhammad Saw. Yang memiliki akhlak yang luar bisaa. Akhlak mulia adalah bunga diri yang harumnya akan menyebar pada setiap orang, dan pribadi remaja serta pemuda yang berakhlak mulia adalah bunga bangsa yang memiliki harapan dan cita-cita tentang masa depan.

4. Qowiyyul Jismi
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah (HR. Muslim). Memang tepat jika ada ungkapan mensana in corpore sano, didalam jasad yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Karena berawal dari kekuatan dan kesehatan fisik kita mampu melakukan aktivitas apapun dan aktivitas tersebut akan terasa optimal.

5. Mutsaqqoful Fikri
Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219).
Wawasan yang luas dan penguasaan informasi adalah keniscayaan bagi remaja dan pemuda muslim, Allah akan mengangkat beberapa derajat orang yang beriman dan memiliki ilmu, maka tak heran Rasululllah Saw. bersabda bahwa setiap muslim laki-laki dan setiap muslim perempuan wajib untuk menuntut ilmu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).


6. Mujahadatul Linafsihi
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw. bersabda yang artinya: ”Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam)” (HR. Hakim). Allah Swt. Berfirman: ”Sesungguhnya Nafsu itu membawa kepada keburukan, kecuali yang di rahmati Allah.” (Q.S. Yusuf: ). Imam ’Ali Karomallohu Wajhah menghentikan tindakannya untuk membnuh kaum kafir ketika beliau diludahi oleh kafir tersebut karena ia khawatir jika ia membunuhnya bukan karena Allah melainkan karena nafsunya belaka. Jelaslah bahwa siapapun yang mampu melawan atu tepatnya mengontrol nafsunya dan mengarahkan nafsunya pada suatu hal yang positif .

7. Harishun ’Ala Waqtihi
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal ‘asri, wallaili dan sebagainya.
Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, yakni 24 jam, 1440 Menit atau 86.400 detik dalam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: “Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu”. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali meski sedetik pun. Pilihan ada ditangan kita, apakah kita akan dipermainkan waktu atau mempermainkan waktu. Si Picik selalu kehilangan kesempatan, Si Pandai selalu memanfaatkan kesempatan dan Si Bijak senantiasa menciptakan kesempatan. Jadi jelas, thats time is more valueble than anything. Maka Allah berfirman dalam Q.S. Al-‘Ashr yang artinya; “Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, melainkan orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan orang-orang yang saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.”

8. Munazhzhamun fi Syu’unihi
Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.
Keteraturan berarti pula terorganisir, jika suatu perkara atau urusan senantiasa terorganisir dengan baik maka akan menuju pada sasaran yang hendak dicapai, tepat pada tujuan yang ingin ditempuh, sebuah ungkapan mengatakan kebenaran yang tidak terorganisir akan kalah dengan kebathilan yang terorganisir. Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.

9. Qodirun ’Alal Kasbi
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik.
Bukanlah seorang pemuda yang berkata ”Ayahku seorang President” tetapi seorang pemuda akan berkata ”inilah aku”. Kemandirian akan mencitrakan diri sebagai pribadi yang mampu menghargai karya orang lain serta bisa mengapresiasi terhadap apa yang orang lain hasilkan. Pada catatan terdahulu telah dikatakan semenjak usia dini beliau sudah melakukan perdagangan bahkan ketika sebelum menikah ia adalah seorang niagawan yang terkenal jujur dan selalu sukses. Jadi, tak ada alasan sebenarnya bagi remaja dan pemuda Indonesia untuk menganggur dan berpangkutangan, dan jiwa kemandirian harus melekat sebagai bagian dari kriteria seorang pemuda muslim yang ideal.

10. Nafi’un Lighoirihi
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).

Itulah beberapa karakter kualitas (muwasshafat) pribadi dan kader muslim secara garis besar, dan jika sepuluh karakter tersebut telah ada pada setiap pribadi muslim terutama remaja dan pemuda maka bukanlah hal yang mustahil kebangkitan Islam di dunia ini tinggal menunggu detik dan pertiwi akan tersenyum dengan bangga melihat sosok pemuda yang memiliki karakter tersebut. Bukankah Allah menjanjikan tanah yang subur dan langit akan menurunkan berkahnya jika suatu penduduk atau kaum yang bertaqwa, dan semoga tertancap dijiwa Islam adalah agama yang universal dan komprehensif, yang mampu menjawab berbagai tantangan zaman.

Penutup

Sekecil apapun catatan ini, yang ditulis dengan kelemahan semoga menjadi sebuah manifestasi kecintaan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw.menumbuhkan harapan untuk senantiasa mengamalkan titah dan ajaran Nabi-Nya yang mulia. Dengan tekad membaja, azam yang menggunung tinggi dan menjulangnya harapan untuk kebangkitan Islam dan suburnya pertiwi dengan keadilan marilah kita kembali kepada sunnahnya, yang akan membawa kita kepada keselamatan dunia dan akhirat. Maka, menjadilah wahai remaja dan pemuda Indonesia, generasi Islam perebut masa depan, menjadi bara peradaban, menjadi panah-panah yang siap dilesatkan, menjadi tombak-tombak yang siap diluncurkan, menjadi pedang-pedang yang siap dihunuskan, menjadi pisau belati yang selalu tajam, menjadi pena yang akan menuliskan kebenaran dengan tinta emas pada lembaran kehidupan dan mewarnai dunia dengan prestasi dan karya nyata.

Sebagai epilog marilah kita renungkan sebuah Nasyid yang disenandung kan oleh Shoutul Harokah yaitu Indonesia Memanggil. Nasyid ini mengajak kita to act and reflect (berbuat dan merefleksikan) segala potensi yang kita miliki sebagai sebuah anugerah dari Alloh Swt. Dan semoga menggugah semangat kita untuk senantiasa menjadikan Rasululllah Muhammad Saw. Sebagai tokoh Idola. Dan semoga sekecil apapun perbuatan dan keikhlasan kita menjadi kendaraan untuk menuju surga Nya.


INDONESIA MEMANGGIL

Singsingkan lengan baju pancangkan asa
Ukirlah hari esok pertiwi jaya
Bergandengan tangan tuk meraih ridho Alloh

Buatlah negeri ini selalu tersenyum
Bahagia dan sejahtera dalam cinta Nya
Tiada lagi resah tiada lagi duka lara

Negeri indah Indonesia
Memanggil namamu menyapa nuranimu
Negeri indah Indonesia
Menunggu hadirmu rindukan karyamu

Tidak ada komentar: