6 Juli 2011

MENGAPA BERTERIAK



Suatu hari sang Guru bertanya kepada murid-muridnya:
“Mengapa saat seseorang sedang marah ia akan berbicara dengan  kuat atau berteriak ?”

Seorang murid setelah berfikir cukup lama kemudian ia mengangkat tangan dan menjawab:
“Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, makanya ia berteriak …”

“Tapi …” sang Guru melanjutkan “Lawan bicaranya ada disampingnya, mengapa ia harus berteriak, apakah ia tak bisa berbicara secara halus ?”


Hampir semua murid memberikan alas an yang dikira benar menurut pandangan mereka, namun tak satupun jawaban yang memuaskan. Sang Guru lalu berkata “Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak dua hati diantara mereka menjadi jauh meskipun secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian maka mereka harus berteriak.

Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak semakin pula mereka menjadi marah, dan dengan sendirinya jarak hati diantara keduanya semakin menjauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi.”


Sang Guru masih melanjutkan; “Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta ? mereka tak hanya berteriak, namun suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apapun, mereka bisa mendengarkannya dengan begitu jelas.

Mengapa demikian?” Sang Guru bertanya sambil memperhatikan muridnya.

Mereka berpikir amat dalam, namun tak satupun diantara mereka memberikan jawaban.
“Karena hati mereka begitu dekat. Hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan.”

Sang Guru masih melanjutkan “Saat kita dilanda kemarahan, janganlah sampai hati kita menciptakan jarak. Lebih lagi, hendaknya kita tak perlu mengucapkan kata-kata yang dapat membuat jarak hati menjadi sangat jauh. Mungkin disaat seperti itu, tak mengucapkan kata-kata merupakan cara yang sangat bijaksana. Karena waktu akan membantu kita.”

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Tidak ada komentar: