22 September 2011

Pantaskah Kita ?


Oleh: Ario Muhammad

Bismillah…

Dalam getaran yang berlalu seperti hari-hari sebelumnya. KAU hadir kembali menghentakkan seluruh jiwa agar tunduk kembali pada-Mu. Seperti senja yang selalu terkenang, kemudian gerimis di awal malam yang dingin dan membekukan, memoar-memoar itu kembali terjadi namun dalam bahasa yang tak biasa. Kali ini terasa berbeda. Ketika satu persatu perenungan mulai menggugurkan keangkuhanku agar lebih merasa bahwa sungguh, tak ada yang lebih mulia selain keshalihan yang berbalut dengan hati yang ikhlas dalam beramal hanya karena-Mu.

Menyadari, betapa titik-titik khilaf itu membuat diri ini semakin abu-abu jika tak ingin dibilang sebagai lumpur hitam yang pekat. Ahhh… apalagi yang paling indah selain amalan yang bercahaya, jiwa yang tersemai dan selalu tertaut dengan-Mu, mata yang senantiasa tunduk dalam pandangan ke-tawadhu-an di hadapan-Mu, serta sentuhan-sentuhan akhlaq yang mengagumkan dalam balutan kematangan pribadi di dalam diri. Keindahan itu, terasa begitu jauh untuk disentuh, apalagi jika diharap untuk kumiliki.


Lalu, haruskah kuhentikan doa agar yang menjadi imaji itu bisa datang menghampiri ? Sedangkan kenikmatannya, jika saja diketahui oleh semua penduduk bumi, tentu mereka akan berlari menghimpunnya untuk dikumpulkan dalam pribadi-pribadi mereka, meski itu melelahkan, menjenuhkan, atau bahkan menguras habis energi yang dimiliki. Sungguh, impian ini tak boleh sedikit pun hilang dan pergi.

Sekarang, kita tak lagi berbicara soal JIKA dan JIKA, namun lebih kepada PANTAS dan TAK PANTAS. Kalau saja engkau merasa tinggi, sejatinya dirimu tak lebih hanya karakter yang hina, sebab orang yang bijak, tak pernah merasa bijak, apalagi orang yang shalih, mereka sama sekali tak pernah merasa shalih. Lalu, rasa tinggi, angkuh, merasa hebat, pantaskah kau pakai ? sedangkan sifat SOMBONG, hanya berhak dimiliki oleh-Nya.

Sekali lagi, kita tak ingin membicarakan soal JIKA dan JIKA, namun PANTAS dan TAK PANTAS. Jikalau pun masih ada sebersit rasa yang memberi jawab bahwa kita merasa berharga, sejatinya diri, tak lebih dari sekedar insan yang tak pernah bernilai di mata-Nya. Karena sudah bisa dipastikan, rasa berharga yang menancap erat dalam jiwamu tak lebih dari bisikan kecil syaitan untuk membuatmu riya dalam beramal, mengerdilkan orang lain dengan pengetahuanmu, juga mengecilkan kehangatan ukhuwah hanya dengan segelintir  rasa tinggimu. TAK PANTAS.. sungguh takkan pernah pantas,  jika engkau mau membandingkan dan menyamakan kesesuaianmu bersama mereka yang senantiasa merendah, menyentuh bumi dalam keindahan akhlaq yang mempesona nan menggetarkan.

Ini bukan tentang JIKA dan JIKA.. Namun PANTAS dan TAK PANTAS…
Maka layaklah.. Ketika akhirnya aku berkesimpulan, bahwa takkan pernah pantas, mereka yang amalnya tak seberapa, mengharap balasan terindah dari-Nya, mereka yang hatinya tak seberapa cinta pada Allah, mengharap dekapan erat-Nya sembari memberi setumpuk pahala, Takkan pernah layak. Karena bagi-Nya, ke IKHLAS-an tetap yang utama, seberapa besar pun amal yang kau kerjakan.

Kemudian, jika sebuah kesimpulan itu terlanjur kuambil, bahwa takkan pernah pantas, mereka yang kerja-kerjanya hanya sebatas dunia meminta atau justru memaksa mengambil nikmat dari-Nya, bahwa ingin-ingin-nya hanya tertuju pada kesemuan mencederai harap-harap mereka dengan meyakini bahwa Allah meridhai mereka, padahal hanya sebentuk istidraj atas nikmat yang ada, juga nafsunya yang tak pernah putus mematikan ruh (jiwa) yang dimilikinya, pantaskah mereka meminta sebuah kebersamaan yang tak pernah layak untuk dimiliki oleh mereka ? Takkan pernah layak.. Sampai kapan pun, di manapun, mereka takkan pernah layak memilikinya.
Hanya saja.. Begitulah Allah. DIA adalah Sang Maha Pengasih, Penebar cinta bagi makhluk-Nya. Meski engkau hina, engkau kotor, engkau pekat, Rabb-mu tetaplah penyayang. Jika engkau khilaf dalam kurun waktu yang tak terhitung, maka cobalah kau kejar segala takaran keindahan yang Allah sediakan untukmu. Selalu saja, yang kau dapatkan adalah ketundukan diri, bahwa Allah ternyata begitu melimpah nikmat-Nya.

JIKA dan JIKA… Tak lagi terpakai di sini. Janganlah kamu berspekulasi tentang JIKA sesuatu yang akan terjadi nanti tak sesuai dengan yang kau ingini, maka akan begitu KECEWA nya diri ini. JIKA apa-apa yang kau kehendaki akhirnya kau miliki, maka betapa bahagianya hari ini. Namun berpikirlah tentang PANTAS dan TAK PANTAS untuk kau miliki. Sudah ia layak untuk kau punyai ? sudahkah iman dan cintamu pada Allah telah membuatmu layak untuk memiliki segala apa yang kau ingini ? jika belum… Semoga kita semua mau merubahnya..

Taipei, 28 Desember 2010

Sumber : dakwatuna.com

Tidak ada komentar: