5 Juni 2010

AL-QUR AN DITURUNKAN DENGAN TUJUH HURUF

BAB I
PENDAHULUAN

الحمد لله و كفى و الصلاة و السلام على النبي المصطفى و على آله و أصحابه و من اهتدى

Ulumul Qur'an adalah sebuah metode yang lengkap dan menyeluruh untuk membuka pintu awal dari kedalaman kandungan Al-Quran. Karenanya, umat Islam secara umum, ataupun secara khusus bagi mahasiswa muslim yang merindukan interaksi lebih mendalam dengan Al-Quran, secara otomatis akan dituntut untuk mempelajari Ulumul Quran.
Al-Qur’an merupakan wahyu dari Allah Swt. Dan satu-satunya kitab suci yang terbukti keotentikannya sebagai firman Allah tanpa ada campur tangan makhluknya, bahkan Allah Swt. Memberikan tantangan kepada seluruh manusia dan jin untuk membuat satu ayat saja yang menyamai Al-Qur’an jika mereka memilikikemampuan.
Adapun pengertian Al-Qur’an ialah :

هو كلام الله المعجز المُنَزل على سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم، المكتوب بالمصاحف، المنقول بالتواتر ، المُُتعَّبد بتلاوته 
.
Artinya : “Kalam Allah yang bersifat mukjizat, yang diturunkan kepada Muhammad SAW, tertulis di mushaf , diriwayatkan secara mutawattir, dan membacanya adalah ibadah.”

A. LATAR BELAKANG
Adalah fakta yang cukup kuat bahwa sekalipun manusia berbicara bahasa namun tetap mengalami perbedaan dialek yang mencolok dari satu satu tempat ke tempat lain. Dua orang misalnya, kendati tinggal di New York dari kultur dan sosio-ekonomi yang berlainan akan memiliki aksen yang berbeda. Demikian juga orang-orang yang tinggal di London akan berbeda dengan mereka yang tinggal di Glasgow atau Dublin. Dalam hal bahasa Inggris, terdapat perbedaan sistem ejaan Amerika dan Inggris clan mungkin saja ter¬dapat kesamaan dalam ejaan namun berbeda dalam intonasi.
Marilah kita amati situasi negara-negara Arab masa kini dalam peng¬gunaan kata-kata qultu (saya bicara) sebagai satu permasalahan, Orang Mesir mengungkapkan dengan kata ult, diganti dengan u dari kosakata q. Orang Yaman mengatakan dengan ungkapan gultu kendati dalam menulis kata¬kata semua orang Arab akan mengatakannya secara identik. Contoh lain: seorang bernama Qasim akan disebut oleh orang Teluk Parsi dengan istilah Jasim; orang yang sama mengganti j dengan y, maka kata-kata rijal (orang lelaki) bisa berubah menjadi raiyyal dalam ungkapan.
Di Mekah mayoritas Muslim memiliki latar belakang budaya yang beragam. Karena Islam berkembang melewati batas kesukuan dan mencakup seluruh Jazirah Arab, berbagai aksen terjadi kontak satu sama lain. Pengajaran Al-Qur'an pada suku yang berbeda pun dirasa perlu dan mengharuskan mereka meninggalkan dialek asli secara keseluruhan dan meninggalkan dialek Arab Quraish di mana Qur'an diwahyukan, rasanya suatu masalah yang dirasa sulit untuk dilakukan. Guna memfasilitasi masalah tersebut, Nabi Muhammad mengajarkan mereka AI-Qur'an dengan dialek mereka. Dalam satu kesempatan dua orang atau lebih dari suku yang berbeda boleh juga belajar Al-Qur'an dalam dialek mereka, jika dirasa perlu.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam perkembangannya Ulumul Qur’an dan beberapa ilmu yang dibahas didalamnya mengalami perkembangan yang pesat dan tentunya diwarnai dengan berbagai pendapat yang berbeda. Hal ini bukan berarti Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang debateble akan tetapi merupakan sebuah khazanah kekayaan ilmu yang harus didalami oleh manusia dan membuktikan bahwa manusia hanyalah makhluk Allah yang lemah dan hanya diberikan setitik ilmu dari samudra ke-Maha Tahuan Nya.
Salahsatu kajian Ulumul Qur’an yang cukup mendapata perhatian beberapa ulama dan berbeda pendapat didalamnya adalah tentang diturunkannya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf. Beberapa Ulam berbeda pendapat dalam memahaminya bersandarkan kepada nash-nash yang ada dan bersumber kepada Hadits dan perkataan-perkataan para Shahabat dan tabi’in.
Namun, karena perbedaan itu bisa saja menimbulkan perpecahan dikalangan umat Islam dan dikhawatirkan terjadi pertumpahan darah dan klaim kebenaran atas sebuah pendapat maka atas inisiatif Khalifah Utsman bin ‘Affan Al-Qur’an dibukukan dalam sebuah Mushaf yang hingga kini mushaf ini berlaku diseluruh dunia dengan hanya menggunakan satu dialek saja dan membuang keenam dialek yang lain.
Khalifah Ustman memperbanyak mushaf yang disebut mushaf Ustmani tesebut dan menyebarkan ke daerah-daerah dan memerintahkan agar semua mushaf lainnya di bakar. sehingga sejak masa ini semua mushaf dan semua Qari membaca Quran dengan bacaan satu huruf yakni dialek atau bahasa arab suku Quraisy. Motivasi Abu Bakar ketika hendak mengumpulkan Quran adalah kekhawatiran akan hilangnya Quran karena banyak penghapal Quran yang gugur dalam peperangan. sedangkan motivasi Ustman adalah keinginan menyatukan umat kedalam satu cara baca oleh karena semakin banyak perbedaan cara baca dan pertikaian karenanya. Kalau Abu Bakar memindahkan tulisan Alquran yang bertebaran di berbagai media ke dalam satu buku lengkap dengan ketujuh hurufnya, maka Ustman menyalin kedalam satu mushaf dengan memisahkan keenam huruf lainnya.
Semoga melalui makalah singkat ini yang membahas tentang Al-Qur’an Diturunkan dengan Tujuh Huruf, dapat diperoleh manfaat dan senantiasa meningkatkan motivasi untuk terus menggali ilmu-ilmu Allah di muka bumi ini, karena ilmu Nya Maha Luas dan hanya kepada Allah lah semua bermula dan bersumber karena memang kita hanyalah makhluk Nya yang tak kan pernah luput dari alfa dan khilaf.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGANTAR TUJUH HURUF DALAM AL-QURAN

Ada banyak pendapat tentang arti tujuh huruf ini. pendapat yang masyhur dan terkuat adalah bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahasa‐bahasa Arab dalam mengungkapkan satu makna yang sama. misalnya kata 'aqbil', 'ta'ala', 'halumma', ''ajal', dan 'asra'' lafaz-lafaz yang berbeda ini digunakan untk menunjukkan satu makna yaitu ; perintah untuk menghadap.
Al-Quran bukannya turun sebanyak tujuh kali dengan tujuh bahasa atau dialek-dialek tapi jika bahasa mereka berbeda-beda dalam mengungkapkan satu makna, maka Quran pun diturunkan dengan sejumlah lafaz sesuai dengan ragam bahasa tersebut tentang makna yang satu itu. namun jika tidak terdapat perbedaan, maka Quran hanya mendatangkan satu lafaz saja.
Ada pendapat bahwa yang dimaksud dengan kata tujuh dalam istilah "tujuh huruf" bukannya tujuh seperti bilangan. tapi ini adalah kebiasaan orang arab apabila menyebut jumlah yang sangat banyak mereka menyebut kata tujuh. jadi menurut pendapat ini alquran turun bukan secara persis tujuh bahasa atau dialeg atau ragam pengucapan dalam menyebut satu arti, tapi lebih dari tujuh. Dan pendapat ini bisa benar mengingat bahwa dialeg atau variasi dari bahasa Arab memang lebih dari tujuh.
Orang Arab mempunyai aneka ragam lahjah (dialek) yang timbul dari fitrah mereka dalam langgam, suara dan huruf-huruf sebagaimana diterangkan secara komprehensip dalam kitab-kitab sastra. Setiap kabilah mempunyai irama sendiri dalam mengucapkan kata-kata yang tidak dimiliki oleh kabilah-kabilah lain.
Namun kaum quraisy mempunyai faktor-faktor yang menyebabkan bahasa mereka lebih unggul daiantara cabang-cabang bahasa arab lainnya. Yang antara lain karena tugas mereka menjaga Baitullah, menjamu para jema'ah haji, memakmurkan masjidil Haram dan menguasai perdagangan. Oleh sebab itu, semua suku bangsa arab menjadikan bahasa quraisy sebagai bahasa induk bagi bahasa-bahasa mereka karena adanya karak teristik-karakteristik tersebut. Dengan demikian wajarlah jika Qur'an diturunkan dalam logat quraisy, kepada Rasullah yang quraisy pula untuk mempersatukan bangsa arab dan mewujudkan kemukjizatan Qur'an ketika mereka gagal mendatangkan satu surah yang seperti Qur'an.
Apa bila orang arab berbeda lahjah dalam pengungkapan sesuatu makna dengan perbedaan tertentu, maka Qur'an yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad, menyempurnakan makna kemukjizatannya karena ia mencakup semua huruf dan wajah qiraah pilihan diantara lahjah-lahjah itu. Dan ini merupakan salah satu sebab yang memudahkan mereka untuk membaca , menghafal dan memahaminya.

B. RIWAYAT / DALIL DITURUNKANNYA AL-QURAN DENGAN TUJUH HURUF

Nash-nash sunah cukup banyak mengemukakan hadis mengenai turunnya Qur'an dengan tujuh huruf. Diantaranya :
  1. Dari Ibn Abbas, ia berkata : "Rasulullah berkata: 'Jibril membacakan (Qur'an) kepadaku dengan satu huruf. Kemudian berulang kali aku mendesak dan meminta agar huruf itu ditambah, dan iapun menambahnya kepadaku sampai dengan tujuh huruf." (HR Bukhori Muslim)
  2. Dari Ubai bin Ka'ab: "Ketika Nabi berada didekat parit Bani Ghafar, ia didatangi jibril seraya berkata: 'Allah memerintahkanmu agar membacakan Qur'an kepada umatmu dengan sau huruf,' ia menjawab : 'Aku mohon kepada Allah ampunan dan meghfirah-Nya, karena umatku tidak dapat melaksanakan perintah itu,' kemudian jibril datang lagi untuk yang kedua kalinya dan berkata : 'Allah memerintahkanmu agar membacakan Qur'an kepada umatmu dengan dua huruf,' Nabi menjawab : 'Aku memohon kan kepada Allah ampunan dan maghfirahNya umatku tidak kuat melaksanakannya.' Jibril datang lagi untuk yang ketiga kalinya, lalu mengatakan : 'Allah memerintahkanmu agar membacakan Qur'an kepada umatmu dengan tiga huruf,' jawab Nabi : 'Aku memohon kepada Allah ampunan dan MaghfirhNya, sebab umatku tidak kuat melaksanakannya.' Kemudian jibril datang lagi untuk yang ketiga kalinya seraya berkata : ' Allah memerintahkanmu agar membacakan Qur'an kepada umatmu dengan tujuh huruf,' dengan huruf mana saja mereka membaca, mereka tetap benar."' ( HR Muslim).
  3. Dari Umar bin Khattab, ia berkata ; “Aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surah al-Furqan di masa hidup Rasulullah. Aku perhatikan bacaannya. Tiba-tiba ia membacannya dengan banyak huruf yang belum pernah dibacakan Rasulullah kepadaku, sehingga hampir saja aku melabraknya di saat ia shalat, tetapi aku berusaha sabar menunggunya sampai salam. Begitu salam aku tarik selendangnya dan bertanya : ‘Siapakah yang membacakan (mengajarkan membaca) surah itu kepadamu?‘ ia menjawab ; ‘Rasulullah yang membacakannya kepadaku’ lalu aku katakan kepadanya: ‘Dusta kau! Demi Allah, Rasulullah telah membacakan juga kepadaku surah yang aku dengar tadi engkau membacanya (tapi tidak seperti bacaanmu).’ Kemudian aku bawa dia menghadap Rasulullah, dan aku ceritakan kepadanya bahwa ‘Aku telah mendengar orang ini membaca surah al-Furqan dengan huruf-huruf yang tidak pernah engkau bacakan kepadaku, padahal engkau sendiri telah membacakan surah al-Furqan kepadaku.’ Maka Rasulullah berkata: ‘Lepaskan dia wahai Umar. Bacalah surah tadi, wahai Hisyam!’ Hisyampun kemudian membacanya dengan bacaan seperti kudengar tadi. Maka kata Rasulullah : ‘Begitulah surah itu diturunkan.’ Ia berkata lagi: ‘Bacalah, wahai Umar!’ Lalu aku membacanya dengan bacaan sebagaimana diajarkan Rasululah kepadaku. Maka kata Rasullulah: begitulah surat itu diturunkan.’ Dan katanya lagi: Sesungguhnya Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah dengan huruf yang mudah bagimu diantarannya. ”

Catatan : Hadis-hadis yang berkenaan dengan hal diatas amat banyak jumlahnya dan sebagian besar telah diselidiki oleh Ibn Jarir didalam pengantar tafsirnya. As-Suyuti menyebutkan bahwa hadis-hadis tersebut diriwayatkan dari dua puluh orang sahabat. Abu 'Ubaid al Qasim bin Salam menetapkan kemutawatiran hadis mengenai turunnya Qur'an dengan tujuh huruf.

C. PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG PENGERTIAN TUJUH HURUF

Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan tujuh huruf ini dengan perbedaan yang bermacam-macam. hingga Ibn Hayyan mengatakan : 'Ahli ilmu berbeda pendapat tentang arti kata tujuh huruf menjadi tiga puluh lima pendapat." namun kebanyakan pendapat itu bertumpang tindih. Disini kami akan kemukakan beberapa pendapat diantaranya yang dianggap paling mendekati kebenaran.

a. Pendapat Pertama :
Bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf ialah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab mengenai satu makna.
Dengan pengertian jika bahasa mereka berbeda-beda dalam mengungkapkan satu makna, maka Qur'an pun diturunkan dengan sejumlah lafal sesuai dengan ragam bahasa tersebut tentang makna yang satu itu. Dan jika tidak terdapat perbedaan, maka Qur'an hanya mendatangkan satu lafaz atau lebih saja. Ini adalah pendapat sebagian besar ulama.

b. Pendapat Kedua;
Bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf ialah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab dengan nama Qur'an diturunkan, dengan pengertian bahwa kata-kata dalam Qur'an secara keseluruhan tidak keluar dari ketujuh macam bahasa tadi.
Yaitu bahasa paling fasih diantara kalangan bangsa arab. Meskipun sebagian besarnya dalam bahasa Quraisy. Sedang sebagian yang lain dalam bahasa Huzail, Saqif, Hawazin , Kinanah, Tamim atau Yaman; karena itu maka secara keseluruhan Qur'an mencakup ketujuh macam bahasa tersebut.
Catatan : Pendapat ini berbeda dengan pendapat sebelumnya, karena yang dimaksud dengan tujuh huruf dalam pendapat ini adalah tujuh huruf yang bertebaran diberbagai surah Qur'an. Bukan tujuh bahasa yang berbeda dalam kata tetapi sama dalam makna.

c. Pendapat Ketiga;
Bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh wajah (bentuk/tema), yang meliputi : amr (perintah), nahyu (larangan), wa'd (janji), wa'id (ancaman), jadal (perdebatan), qasas (cerita), dan masal (perumpamaan). Atau amr, nahyu, halal, haram ,muhkam, mutasyabih dan amsal.

d. Pendapat Keempat;
Segolongan ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf ialah : tujuh macam hal yang diantaranya terjadi ihtilaf (perbedaan) dalam tata bahasa.
Tujuh ikhtilaf dalam tata bahasa tersebut meliputi :
  1. Ikhtilaful asma'(perbedaan kata benda): dalam bentuk mufrad, muzakkar dan cabang-cabangnya, seperti tasniyah, jamak dan ta'nis.
  2. Perbedaan dalam segi I'rab (harakat akhir kata),
  3. Perbedaan dalam tasrif,
  4. Perbedaan dalam taqdhim (mendahulukan) dan takhir (mengakhirkan) ,
  5. Perbedaan dalam segi ibdal (penggantian), baik penggantian huruf dengan huruf, maupun penggantian pada sedikit perbedaan mahraj atau tempat keluar huruf.
  6. Perbedaan karena ada penambahan dan pengurangan. Ikhtilaf dengan penambahan (ziyadah) misalnya firman Allah: "Wa 'aaddalahum jannatin tajri tahtahal anhar" (at Taubah:100) yang dibaca juga "Min tahtihal anhar" dengan tambahan "Min" , keduanya merupakan qiraat yang mutawatir.
Perbedaan lahjah seperti bacaan tafkhim (menebalkan) dan tarqiq (menipiskan), fatah dan imalah , idzhar dan idgham, hamzah dan tashil, isyman dll.

e. Pendapat Kelima;
Bahwa yang dimaksud bilangan tujuh itu tidak diartikan secara harfiah (maksudnya bukan bilangan antara enam dan delapan), tetapi bilangan tersebut hanya sebagai lambang kesempurnaan menurut kebiasaan orang arab. Dengan demikian, maka kata tujuh adalah isyarat bahwa bahasa dan susunan Qur'an merupakan batas dan sumber utama bagi perkataan semua orang arab yang telah mencapai puncak kesempurnaan tertinggi. Sebab lafaz sab'ah (tujuh) dipergunakan pula untuk menunjukkan jumlah banyak dan sempurna dalam bilangan satuan, seperti kata tujuh puluh' dalam bilangan bilangan puluhan, dan 'tujuh ratus' dalam ratusan. Tetapi kata-kata itu tidak dimaksudkan untuk menunjukkan bilangan tertentu.

f. Pendapat Keenam;
Segolongan ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf tersebut adalah qiraat tujuh.
Pendapat ini dapat dijawab bahwa Qur'an itu bukanlah qiraat. Qur'an adalah wahyu yang diturunkan kepada Muhammad sebagai bukti risalah dan mukjizat. Sedang qiraat adalah perbedaan dalam cara mengucapkan lafal-lafal wahyu tersebut, seperti meringankan (takhfif), memberatkan (tasqil) membaca panjang dan sebagainya.Nampaknya apa yang menyebabkan mereka terperosok kedalam kesalahan ini ialah adanya kesamaan "bilangan tujuh" (dalam hadis ini dengan qiraat yang populer), sehingga permasalahannya menjadi kabur bagi mereka;

Catatan : Setelah menganalisa beberapa pendapat di atas Mannaul Qathan mengatakan : " Dengan demikian , jelaslah bahwa pendapat pertama yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh bahasa dari bahasa orang arab mengenai satu makna yang sama adalah pendapat yang sesuai dengan zahir nas-nas dan didukung oleh bukti-bukti yang sahih. "

D. HIKMAH TURUNNYA QUR'AN DENGAN TUJUH HURUF 

Hikmah turunnya al-Quran dalam tujuh huruf dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang ummi, tidak bisa baca tulis, yang setiap kabilahnya mempunyai dialek masing-masing, namun belum terbiasa menghafal syari'at, apa lagi mentradisikannya.
  2. Bukti kemukjizatan Qur'an bagi naluri atau watak dasar kebahasan orang arab. Qur'an mempunyai banyak pola susunan bunyi yang sebanding dengan segala macam cabang dialek bahasa yang telah menjadi naluri bahasa orang-orang arab, sehingga setiap orang arab dapat mengalunkan huruf-huruf dan kata-katanya sesuai dengan irama yang telah menjadi watak dasar mereka dan lahjah kaumnya, dengan tetap keberadaan Qur'an sebagai mukjizat yang ditantangkan Rasulullah kepada mereka. Dan mereka tidak mampu menghadapi tantangan tersebut. Sekalipun demikian, kemukjizatan itu bukan terhadap bahasa melainkan terhadap naluri kebahasaan mereka itu sendiri.
  3. Kemukjizatan Qur'an dalam aspek makna dan hukum-hukumnya. Sebab perubahan-perubahan bentuk lafaz pada sebagian huruf dan kata-kata memberikan peluang luas untuk dapat disimpulkan dari padanya bebagai hukum. Hal inilah yang mentebabkan Qur'an relevan untuk setiap masa. Oleh karena itu, para fuqaha dalam istinbat (penyimpulan hukum) dan ijtihad berhujjah dengan qiraat bagi ketujuh huruf ini.
  4. Quran turun dengan tujuh huruf yang masing-masing huruf atau dialek tersebut ternyata mengandung tambahan makna yang memperluas peluang penafsiran dan istinbath hukum. Oleh karena itulah ulama-ulama fiqh juga berhujjah dengan cara baca quran yang berbeda-beda tersebut.
  5. Bagi orang yang tidak memahami secara baik bahasa Arab dan sastranya maka keberadaan tujuh huruf ini tidak akan terasa luar biasa. Namun bagi mereka yang memahaminya hakekat tujuh huruf ini merupakan faktor yang besar dan dapat mereka rasakan dalam interaksinya dengan Alquran Alkariim.

BAB III
P E N U T U P

A. KESIMPULAN

Petunjuk, Kesenangan dan Keindahan. Bagi seorang yang beriman Kitab Suci Al-Qur'an akan melebihi segalanya: denyut keimanan, kenangan di saat mengalami kegembiraan dan penderitaan, sumber realitas ilmiah yang tepat, gaya lirik yang indah, khazanah kebijaksanaan serta munajat. Ayat-ayatnya menghiasi mulai dinding toko buku hingga ruang tamu, terukir dalam ingatan tua dan muda, serta gaungya terdengar di keheningan malam dari atas menara masjid di seluruh dunia.
Ilmu qira'at yang benar (ilmu seni baca AI-Qur'an secara tepat) diper¬kenalkan oleh Nabi Muhammad saw. sendiri, suatu praktik (sunnah) yang me¬nunjukkan tata cara bacaan setiap ayat. Aspek ini juga berkaitan erat dengan kewahyuan AI-Qur'an: Teks Al-Qur'an telah diturunkan dalam bentuk ucapan lisan dan dengan mengumumkannya secara lisan pula berarti Nabi Muhammad saw. secara otomatis menyediakan teks dan cara pengucapannya pada umatnya. Kedua-duanya haram untuk bercerai.
‘Umar dan Hisham bin Hakim ketika berselisih bacaan tentang sepotong ayat dalam Surah al-Furqan walaupun pernah sama-sama belajar langsung dari Nabi Muhammad saw., ‘Umar bertanya pada Hisham siapa yang telah mengajarnya. Dia menjawab, "Nabi Muhammad 3 Kejadian serupa dialami oleh Ubayy bin Ka'b.4 Tidak ada seorang sahabat yang berani mengada-ada membuat silabus sendiri: semua bacaan sekecil apa pun merupakan warisan Nabi Muhammad .
Kita juga menemukan seorang ahli tata bahasa yang menyatakan bahwa bacaan kata-kata tertentu, menurutnya, lebih disukai jika mengikuti tata cara aturan bahasa karena perubahan dalam tanda diakritikal tidak membawa makna yang berarti. Walau demikian, ilmuwan-ilmuwan tetap memegang teguh sistem bacaan yang diperkenalkan melalui saluran atau sumber yang sah guna menolak usaha mengada-ada serta tetap mempertahankan pandangan bahwa qira'at hukumnya sunnah yang tidak ada seorang pun memiliki wewenang untuk mengubah seenaknya.
Bagi Muslim yang saleh tidak ragu-ragu lagi bahwa Allah berjanji akan memelihara Kitab-Nya, tidak akan memilih bahasa atau skrip yang lemah guna menyampaikan wahyu-Nya yang terakhir. Dalam kapasitas sastra, ekspresi yang mendalam, gaya puitis, tulisan ejaannya bahasa Arab adalah bahasa yang cukup maju yang telah diberkati dan pilihan Allah melebihi bahasa-bahasa lain. Oleh karena itu, ini merupakan keistimewaan bagi masyarakat Muslim untuk terus membaca dalam bentuknya yang asli, dan memasukkan tanda-tanda ke dalamnya adalah sebuah usaha agar orang non-Arab juga mampu membaca yang asli secara mudah.

B. SARAN

Hanya kepada Allah kita berserah diri, dalam kekuasaan dan genggaman -Nya kita bukanlah apa-apa. Pengetahuan yang kita miliki hanyalah setitik air disamudra-Nya yang Maha Luas, dan terkadang kita sering merasa berbangga diri pada apa yangkita peroleh dan apa yang kita miliki meskipun kita sadar didunia ini hanyalah persinggahan, karena akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya. “Wal akhirotu khoirun limanit taqa” dan akhirat itu lebih utama bagi orang yang bertaqwa.
Ilmu akan membawa kita pada peradaban yang lebih tingi, dengan ilmu akan membawa seseorang untuk mewujudkan berbagai mimpi yang musykil dan mustahil, dan dengan pelbagai potensi yang diangugerahkan Tuhan kepada kita semua, semoga dapat dijadikan sebagai media untuk bersyukur pada-Nya atas berbagaianugerah yang telah dikaruniakan Nya, dan semoga kita mampu untuk bersabar ketika ujian datang menghampiri kita. Karena sabar dan syukur adalah dua sayap yang akan membawa kita menuju angkasa bahagia dalam rido dan kaih sayang-Nya.


DAFTAR REFERENSI
  1. Terjemah Kitab " Mabahits fi Uluumil Qur'an " karya Manna'ul Qatthan
  2. Bagaimana berinteraksi dengan Al-Quran karya Dr. Yusuf Qaradhawi
  3. Kitab " Al- Adhwa ala ulumil quran " oleh Dr. Abdul Aziz Saqor
  4. Makalah : " Tadwin Al-Qur'an, asy-syubuhaat wa ar-rodd alaihi ", Hatta Syamsuddin
  5. The History of The Qur'anic Text - From Revelation to Compilation (Sejarah Teks Al-Quran - Dari Wahyu Sampai Kompilasinya ), Prof. Dr. M.M al A'zami
  6. Mengungkap Rahasia Al-Qur’an Diterjemahkan dari Al-Qur'an fi Al-Islam, Karya Allamah Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i (Terbitan Organisasi Dakwah Islam, Teheran, 1404 H), Terj A. Malik Madaniy dan Hamim Iiyas; Cetakan IX, Ramadhan 1417 / Februari 1997. Bandung, Mizan.
  7. Situs-situs Islam dalam negri dan timur tengah.

Tidak ada komentar: