30 Maret 2011

Refleksi Milad XIII Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)

Refleksi Milad XIII Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
29 Maret 1998-29 maret 2011

Oleh : Jusman Dalle*

Masjid Agung Cordoba indah nan megah dengan desain arsitektur Islamnya, menjadi prasasti spiritual dan cita rasa seni umat Islam. Sekolah yang banyak berdiri hingga system irigasi Cordoba mengukuhkan simbol munculnya peradaban baru yang menyinari Eropa. Disaat yang sama, Paris,Jerman,Itali dan kota lainnya di Eropa masih hidup dalam zaman kegelapan. Penduduknya tidak memiliki tempat tinggal yang tetap. Mereka hidup berpindah-pindah. Jalanan di kota-kota itu terstruktur dari tanah dan bebatuan kasar.

Malam hari diluputi kegelapan, seperti kota mati, sementara Cordoba terang benderang disinari cahaya lampu hingga sepanjang 10 mil tanpa terputus. Lorong-lorongnya pun dihiasi batu ubin. Cordoba dibangun pada masa Abdurahman I (755 M)- Dinasti Bani Umayyah. Cordoba abad ke-VII Masehi, satu potngan puzzle sejarah masa keemasan Islam.


Lain di Cordoba, lain juga di Baghdad, ibu kota pemerintahan imperium Abbasiyah. Kota Bagdad juga menyisakan legenda peradaban yang tak pernah terlintas oleh manusia di zamannya. Sentrum peradaban Khalifah Abbasiyah yang tersohor ini sebelumnya adalah kota kecil, yang sempit. Tapi siapa sangka setelah Al Mansur berkuasa, kota ini disulap.

Dengan biaya sebesar 4.800.000 dirham ditangani 100.000 orang pekerja, Bagdad bersinar dan menjadi salah satu kiblat ilmu pengetahuan hingga menerangi hamparan Jazirah Arab dan dunia. Ulama-ulama, sastrawan, filosof tak terhitung jumlahnya. Mulai dari nama besar Imam Syafi’I hingga kisah sastra negeri 1001 malam, Aladin, semua lahir dari rahim Kota Bagdad.

Lebih dari separuh isi Al Qur’an berisi sejarah. Maka sejarah tak pernah kering mengalirkan hikmah kepada generasi kemudian. Dan pada sejarah kita ingin belajar dan merefleksikan kebangkitan umat ini dengan cara dan perspektif yang berbeda. Kini kita bertanya, apa rahasia dibalik besarnya nama peradaban Cordoba, Bagdad hingga Konstantinopel.

Belajar Dari Peradaban Besar

Di dalam makalah yang berjudul “Masyarakat madani Dalam Perspektif Budaya Islam”, Porf. Mulyadhi Kartanegara Guru Besar Filsafat UIN Syarif Hidyatullah mengungkapkan bahwa “adab” dalam hal ini etika, kebiasaan atau karekter menjadi factor penentu yang membentuk sebuah generasi. Dan adab itu pula yang dikembangkan di pusat-pusat peradaban besar seperti Cordoba dan Bagdad sebagai mana digambarkan di awal tulisan ini.

Dalam konteks ini, para ulama kemudian membangun konsep adab atau kebiasaan yang selanjutnya menjadi culture dalam masyarakat. Maka kita banyak menjumpai kitab yang berisi adab sehari-hari. Dalam artian bahwa masyarakat diarahkan menjadi manusia dengan culture cosmopolitan sebagai prasyarat modal peradaban.

Kita ketahui bahwa adab merupakan salah satu instrument tingkat budaya suatu masyarakat. Lihat misalnya di Cordoba, masjid yang merupakan symbol spiritual masyarakat didirikan begitu banyak hingga mencapai 600 buah. Bukan hanya kuantitasnya, masjid-masjid ini juga ramai dan dipenuhi oleh jama’ah. Sedangkan tradisi Ilmiah kota Cordoba bisa kita saksikan dari banyaknya lembaga pendidikan formal hingga 80 sekolah. Di sebelah Timur Cordoba ada 170 orang wanita penulis mushaf dengan khat Kufi.

Selain itu, Islam juga menyumbangkan sederat nama-nama besar dalam Khazanah spiritual dan ilmu pengetahuan, sebut saja Abu Bakar Ar Razi ahli kedokteran dari Persia, Abu Hasan Ali “Ziryab” bin Nafi Seniman dari Bagdad, Abu raihan al-Biruni filusif dan fisikawan Turkmenistan, Al Khwarizmi sang penemu teori Al Jabar dari Uzbekistan, Al-Zahrawi yang merintis ilmu bedah, Ibnu al-Haitsam pakar ilmu fisika, Ibnu Khaldun bapak sosiologi modern, Ibnu Majid yang menemukan kompas modern, Ibnu Sina maha guru kedokteran dunia, dan Jabir bin Khayyan bapak kimia.

Para ilmuwan dan Faqih ini lahir dari tradisi yang kuat, lahir dari kesadaran yang mendalam bahwa membangun peradaban berarti membumikan budaya ilmiah dan spiritual. Karena ilmu tanpa spiritual akan hampa, sedangkan spiritual tanpa ilmu akan sesat. Al Qur’an -surat Al ‘Alaq- pun turun dengan perintah pertama untuk melakukan pembacaan (tradisi ilmiah) yang disertai dengan nama Allah Rabbul izzati (tradisi spiritual). “Iqra bismi rabbik”. Maka ajaran Al Qur’an adalah ajaran tentang peradaban.

KAMMI, pada 29 April 2011 ini memperingati Miladnya yang ke-13, umur yang tidak muda lagi untuk sebuah organisasi. Pengalaman dari tempaan reformasi menumbuhkan KAMMI menjadi sebuah organ yang berkembang dan matang dengan cepat. Turbulensi gerakan yang terjadi di era reofrmasi ini, menjadi pelajaran berharga bagi KAMMI untuk melakukan penguatan kapsitas secara internal dan eksternal.

Namun pergeseran peta politik, eknomi, dan budaya baik secara lokal maupun secara global menuntut adanya konsep gerakan yang baru. Untuk itu, setidaknya ada beberapa hal yang harus dilakukan KAMMI dalam menghadapi tantangan masa depan gerakannya.

Kulturisasi Tradisi Ilmiah

Aksi jalanan merupakan salah satu tradisi gerakan mahasiswa. KAMMI salah satu organ mahasiswa yang banyak dikenal melalui aksi jalanannya. KAMMI sebagai organ yang besar dari aksi-aksi jalanan tak boleh melupakan akar sejarahnya. Namun berkutat dengan metodologi klasik dengan peta gerakan yang terus menerus mengalami perubahan adalah cara yang kurang tepat.

Olehnya itu, saatnya KAMMI melakukan ekspansi. Dalam hal ini tradisi gerakan baru perlu di hidup dan di massifkan. Diantaranya adalah, tradisi ilmiah dengan tetap mempertahankan tradisi spiritual yang tidak diragukan lagi bagi kader-kader KAMMI, insya Allah.

Jika berkaca pada kuatnya peradaban islam dari abad ke VII hingga awal XX maka salah satu rahasia yang juga menjadi referensi gerakan Islam hari ini, khususnya gerakan KAMMI adalah tradisi ilmiah, riset dan majelis-majelis ilmu. Karena ilmu merupakan akar dari peradaban sebagaimana disampaikan diawal tulisan ini.

Pada masa kejayaan Islam, banyak berdiri perpustakaan besar dengan ratusan ribu kitab sebagai sumber ilmu pengetahuan. Misalnya di kairo berdiri perpustakaan Khalifah Dinasti Fatimiyah, dan Daarul Hikmah, di Bagdad ada Baitul Hikmah, di Andalus ada Perpustakaan Al Hakam, di Tripoli berdiri Perpustakaan bani Ammar, dan puluhan perpustakaan pribadi.

Ilmuwan-ilmuwan muslim juga banyak melakukan riset sehingga lahirlah penemuan-penemuan dibidang keodkteran, kimia, astronomi, pertanian hingga sosiologi. Hingga para mahasiswa dari barat pun datang berguru di Kairo, Bagdad, hingga Cordoba. Seperti majelis Abu Sulayman Al Sijistani di Bagdad yang anggota-anggotanya ada dari kalangan Kristen, Yahudi dan Zoroaster.

Tantangan kader KAMMI saat ini adalah mengkonstruksi kader-kadernya menjadi expert dibidangnya dan bergerak sesuai kompetensi. Menyebarkan ilmu dan kompetensi ke masyarakat hingga menjadi sebuah budaya baru sebagai mana yang terjadi di Barat saat ini.

Kelak, kader yang kompeten di bidang ekonomi syariah bekerja keras meperbaiki resesi ekonomi, kader yang bekerja di sektor kedokteran menyediakan layanan kesehatan yang murah dan berkualitas, kader yang pengusaha menajdi perekrut karyawan terbanyak, hingga bangsa ini direkonstruksi dengan cara dakwah dan selera Islam.

Tradisi Spiritual

Tantangan kepemimpinan saat ini adalah moralitas. Secara kompetensi, dapat kita katakan bahwa pemimpin diatas rata-rata. Namun secara moralitas, ternyata banyak yang masih dipertanyakan kredibilitasnya. Demokrasi yang masih procedural menyisakan ranjau-ranjau bagi para pemimpin untuk merebut tampuk kepemimpinan secara pragmatis. Mulai dari jabatan di pemerintahan (politis) hingga jabatan di BUMN pun diperdagangkan. Uang menjadi lebih penting dari pada subtansi yang ingin dicapai dari proses demokrasi yang ada. Sehingga kasus korupsi misalnya, bak cendawan di musim hujan.

Dari titik inilah kesadaran tentang tradisi spiritual perlu dbangun. Sebagaimana Umar bin Abdul Aziz, selain seorang pemimpin yang adil, ternyata beliau juga seorang mufti yang faqih. Shalat malamnya terjaga, bahkan oleh istrinya Umar sering terdengar sesegukan di hadapan Allah SWT di sertiga malam terakhir. Maka realisasi Indeks Jati Diri Kader (IJDK), khususnya di wilayah spiritual menjadi mutlak sebagai basis uatam penjagaan moralitas.

Kemandirian

Faktor ini tidak bisa disepelakan, walau bagaimanapun dakwah tetap butuh cost untuk memuluskan agenda-agendanya. Dari kegiatan training hingga seminar-seminar semua butuh dana. Karena lemahnya funding, seringkali agenda-agenda gerakan dibatalkan. Bahkan ada banyak organisasi yang daya kritis gerakannnya hilang, ditukar dengan rupiah.

Ada banyak kasus dimana agenda-agenda organisasi tertentu menjadi tumpangan kepentingan sekelompok elite politik, hal ini terjadi karena tidak mapannya ekonomi gerakan. Ideology gerakan digadaikan demi materi. Sehingga kader dengan jiwa entrepreneurship perlu di reproduksi secara massif. Pasca kampus, kader yang memiliki usaha dan kemapanan finansial tidak lagi menjadi beban masyarakat (APBN).

Hal ini tentu diawali dengan membangun mental dan wawasan entrepreneur. Mental entrepreneur berarti menjadikan kader sebagai orang yang visioner, mandiri, bertanggung jawab, siap menghadapi resiko, mampu bekerja sama, cepat mengambil peluang, kreatif dan inovatif.

Mobilitas

Tahap akhir dari tantangan gerakan masa depan KAMMI adalah mobiltas kader. Karena fase ini yang menentukan dimana dakwah ini akan bekerja. KAMMI ingin menjadi bagian dari solusi ummat dan bangsa. Mobilitas baik secara vertical mauapun horizontal merupakan fase dimana wajah masyarakat dibentuk oleh kader KAMMI. Maka daya jangkau kader yang lahir dari luasnya jaringan akan menetukan mobilitasnya.

Jaringan merupakan lingkungan eksternal gerakan yang memerlukan maintenance. Untuk meperluas jaringan maka kader pun harus mampu keluar dari confort zone. Tidak lagi berputar di radius KAMMI, tapi mampu beriterkasi dan berasimilasi dengan masyarakat secara luas. Dari multi kultur, ideology dan bangsa.

Keterangan :
*Penulis Adalah Aktivis Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)

Diambil dari : http://www.facebook.com/home.php?ref=hpskip#!/home.php?sk=group_101766186558492&view=doc&id=138781996190244

1 komentar:

Afi mengatakan...

Salam.
MP walking

Terima kasih krn turut menyosialisasikan mars KAMMI. Tapi sepertinya Antum lupa menyantumkan link aslinya.

Jzkmlh.