4 November 2010

Prilaku Keagamaan Orang Dewasa dan Lansia

BAB I
PENDAHULUAN

          Manusia adalah mahluk sosial yang eksploratif dan potensial.Dikatakan makhluk eksploratif ,karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis . Manusia sebagai makhluk potensial karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan secara nyata.

          Selanjutnya manusia juga disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya ,karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan bantuan dari luar dirinya. Bantuan yang dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya. Bimbingan dan pengarahan yang diberikan dalam dalam membantu perkembangan tersebut pada hakekatnya diharapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri,yang sudah tersimpan seagai potensi bawaannya. Karena itu bimbingan yang tidak searah dengan potensi yang dimiliki akan berdampak negatif bagi perkembangan manusia.

          Dalam diri kita selain mempelajari tentang perkembangan jiwa keduniaan, kita juga mempelajari jiwa keagamaan karena kita harus melihat kebutuhan-kebutuhan manusia secara menyeluruh sebab kebutuhan manusia yang kurang seimbang antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani akan menyebabkan timbul ketimpangan dalam perkembangan.

          Jiwa keagamaan termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat tergantung pada aspek fisik,dan dengan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu sering dikatakan kesehatan fisik akan sangat berpengaruh pada kesehatan mental. Selain itu perkembangan juga ditentukan oleh tingkat usia.

          Setiap masa perkembangan memiliki ciri-ciri sendiri, termasuk jiwa keagamaan. Sehubungan dengan kebutuhan manusia dan periode perkembangan tersebut maka dalam kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan akan dilihat sebagaimana pengaruh timbal-balik antara keduanya. Dengan demikian perkembangan jiwa keagamaan juga akan dilihat dari tingkat usia dewasa dan usia lanjut.


BAB II
PEMBAHASAN
PRILAKU KEAGAMAAN ORANG DEWASA DAN LANJUT USIA

A.    Macam Kebutuhan

Dalam bukunya pengantar psikologi Kriminil karya Drs .Gerson W .Bawean .S.H. Mengemukakan Pembagian kebutuhan manusia berdasarkan pembagian yang dikemukakan oleh J P Guil Ford Sebagai berikut :

1.     Kebutuhan Individual terdiri dari :
a)     Homeostatis yaitu kebutuhan yang di tuntut tubuh dalam prose penyesuaian diri dengan lingkungan.
b)     Regulasi Temperatur, penyesuaian tubuh dalam usaha atasi kebutuhan akan perubahan Temperatur badar.
c)      Tidur. kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi dan terhindar dari gejala halusinasi.
d)     Lapar, kebutuhan biologis yang harus dipenuhi untuk membangkitkan energi tubuh sebagai organis.
e)     Seks, kebutuhan seks sebagai salah satu kebutuhan yang muncul dari dorongan mempertahankan jenis.

2.     Kebutuhan sosial

    Kebutuhan sosial manusia tidak disebabkan pengaruh yang datang dari luar (stimulus) seperti layaknya pada binatang. Kebutuhan sosial pada manusia berbentuk nilai. Jadi kebutuhan itu bukan semata-mata kebutuhan biologis melainkan juga kebutuhan rohaniah.
Bentuk kebutuhan ini menurut Guilford terdiri dari :
a)     Pujian dan hinaan Pujian merangsang manusia untuk mengejar prestasi dan kedudukan yang terpuji sedangkan hinaan menyadari manusia dari kekeliruan dan pelanggaran terhadap etika sosial.
b)     Kekuasaan dan mengalah Kebutuhan kekuasaan dan mengalah ini tercermin dari adanya perjuangan manusia yang tidak ada hentinya dalam kehidupan.
c)      Pergaulan . Kebutuhan manusia yang mendorong manusia untuk bergaul sebagai homo socius (Makhluk bermasyarakat) dan Zonpoliticon (Makhluk yang berorganisasi).
d)     Imitasi dan simpati . Kebutuhan manusia dalam pergaulannya yang tercermin dalam bentuk meniru dan mengadakan respon
e)     emosionil.Tindakan tersebut menurutnya adalah sebagai akibat adanya kebutuhan akan imitasi dan simpati.
f)       Perhatian . Kebutuhan akan perhatian merupakan satu-satunya kebutuhan sasial yang terdapat pada setiap individu.

3.     Kebutuhan Manusia Akan Agama

Selain kebutuhan yang disebut diatas ,masih banyak lagi kebutuhan manusia yang perlu diperhatikan yanitu kebutuhan agama . Manusia disebut juga makhluk yang beragama (homo religius) . Akhmad yamani mengemukakan bahwa tatkala Allah SWT membekali insan itu dengan nikmat berpikir dan daya penelitian ,diberinya pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam sekitarnya sebagai imbangan atas rasa takut terhadap kegarangan dan kebengisan alam itu.
Hal inilah yang mendorong insan tadi untuk mencari-cari insan tadi u ntuk mencari-cari suatu kekuatan yang dapat melindungi dan membimbingnya di saat-saat yang gawat. insan primitif telah menemukan apa yang dicarinya pada gejala alam itu sendiri. Secara berangsur dan silih berganti gejala-gejala alam tadi diselaraskan dengan jalan hidupnya. Dengan demikian timbullah penyembahan terhadap api, matahari, bulan, atau benda-benda lain dari gejala-gejala alam tersebut.
Menurut Robert Nuttin dorongan beragama merupakan salah satu dorongan yang bekerja dalam diri manusia sebagaimana dorongan –dorongan lainnya, seperti : makan,minum,intelek dan lain sebagainya.Sejalan dengan hal itu maka dorongan beragamapun menuntut untuk dipenuhi sehingga pribadi manusia mendapat kepuasan dan ketenangan. Selain itu dorongan beragama juga merupakan kebutuhan insaniah yang tumbuhnya dari gabungan berbagai faktor penyebab yang bersumber dari rasa keagamaan.
Menurut Muzayyin Arifin, be rdasarkan pandangan ulama yang telah memberikan makna terhadap istilah fitrah manusia yang diangkat dari firman Allah dan sabda nabi di atas,maka dapat diambil kesimpulan bahwa fitrah adalah suatu kemampuan dasar berkembang manusia yang dianugrahkan Allah kepadanya.
Didalamnya terkandung berbagai komponen psikologis yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menyempurnakan bagi hidup manusia. Komponen itu terdiri atas :
a.      Kemampuan dasar untuk beragama secara umum, tidak hanya terbatas pada agama islam.
b.      Kemampuan dasar untuk beragama islam (ad-dinul Qayyimaah) ,di mana faktor iman sebagai intinya.
c.      Mawahib (bakat) dan Qabiliyyat (tendensi dan kecenderungan) yang mengacu pada keimanan kepada allah.
     Fitrah dapat dilihat dari dua segi yaitu : Pertama,segi naluri sifat pembawaan manusia atau potensi tauhid yang menjadi potensi sejak lahir. Dan yang kedua,dapat dilihat dari segi wahyu tuhan yang diturunkan kepada Nabi-nabiNya. Jadi potensi manusia dan agama wahyu itu merupakan satu hal yang tampak dalam dua sisi,ibaratnya mata uang logam yang mempunyai sisi yang sama.

B.    Sikap Keberagaman Pada Orang Dewasa
Usia dewasa merupakan usia yang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup, dengan kata lain orang dewasa sudah memahami nilai-nilai yang dipilihnya dan berusah untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya. Orang dewasa sudah memiliki identitas yang jelas dan kepribadian yang mantap.
Kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran tentang bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah memiliki tanggungn jawab terhadap sistem nilai yang sudah dipilihnya, baik sistem nilai yang berasumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan. Pokoknya, pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan ataspertimbangan pemikiran yang matang. Berdasarkan hal ini, maka sikap keberagamaan seorang diusia dewasa sulit untuk diubah, jikapun terjadi perubahanmungkin proses itu terjadi setelah didasarkan pada pola pemikiran dan pertimbangan yang matang.
Sebaliknya, jika seorang dewasa memilih nilai yang bersumber dari nilai-nilai non agama, itupun akan dipertahankannya sebagai pandangan hidupnya . Kemungkinan ini akan memberi peluang bagi kecenderungan munculnya sikap yang anti agama.
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya maka sikap keber-agamaan pada usia dewasa antar lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.         Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
2.         Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3.         Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan .
4.         Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangandan tanggung jawab diri sehingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
5.         Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.

C. Manusia Usia Lanjut Dan Agama
Pada tahap kedewasaan awal terlihat krisis psikologi yang dialami oleh karena adanya pertentangan antara kecenderungan untuk mengetratkan hubungan dengan kecenderungan untuk mengisolasi diri. Terlihat kecenderungan untuk berbagi perasaanbertukar pikiran dan memecahkan berbagai problema kehidupan dengan orang lain ( Rit Atkinson,1983 : 97).
Mereka yang menginjak usia ini (sekitar 25-40 Th) memilikikecenderungan besar untuk berumah tangga ,kehidupan sosial yang lebih luas serta memikirkan masalah-masalah agama yang sejalan denganlatar belakang kehidupannya.
Selajutnya pada tingkat kedewasaan menengah (40-65 th) manusia mencapai puncak periode usia yang paling produktif. Tetapi dalam hubungannya dengan kejiwaan, maka pada usia ini terjadi krisis akibat pertentangan batin antara keinginan untuk bangkit dengan kemunduran diri. Karena itu umumnya pemikiran mereka tertuju pada upaya untuk kepentingan keluarga, masyarakat dan generasi mendatang.
Adapun di usia selanjutnya yaitu setelah usia di atas 65 tahun manusia akan menghadapi sejumlah permasalahan. Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat.
Adapun sikap keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami penurunan.
Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap keagamaan pada manusia usia lanjut ,secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah :
1.      Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan .
2.      Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
3.      Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih sungguh-sungguh.
4.      Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia , serta sifat-sifat luhur.
5.      Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan usia yang bertambah lanjut.

D. Perlakuan Terhadap Usia Lanjut Menurut Islam
Manusia usia lanjut dalam penelitian banyak orang adalah manusia yang sudah tidak produktif lagi. Kondisi fisik rata-rata sudah menurun, sehingga dalam kondisi yang sudah uzur ini berbagai macam penyakit sudah siap untuk menggerogoti mereka. Dengan demikian di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa umur menunggu datangnya kematian.
Menurut Lita L. Atkinson, sebagian besar orang-orang yang berusia lanjut (usia 70-79 th) menyatakan tidak merasa dalam keterasingan dan masih menunjukkan aktifitas yang positif. Tetapi perasaan itu muncul setelah mereka memperoleh bimbingan semacam teraphi psikologi.
Kajian psikologi berhasil mengungkapkan bahwa di usia melewati setengah baya , arah perhatian mereka mengalami perubahan yang mendasar Bila sebelumnya perhatian diarahkan pada kenikmatan materi dan duniawi , maka pada peralihan ke usia tua ini , perhatian mereka lebih tertuju kepada upaya menemukan ketenangan batin .Sejalan dengan perubahan itu , maka masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan akherat mulai menarik perhatian mereka.
Perubahan orientasi ini diantarnya disebabkan oleh pengaruh psikologis. Di satu pihak kemampuan fisik pada usia tersebut sedah mengalami penurunan. Sebaliknya di pihak lain, memiliki khasanah pengalaman yang kaya. Kejayaan mereka di masa lalu yang pernah diperoleh sedah tidak lagi memperoleh perhatian, Karena secara fisik mereka dinilai sudah lemah. Kesenjangan ini menimbulkan gejolak dan kegelisahan-kegelisahan batin.
Apabila gejolak-gejolak batin tidak dapat di bendung lagi, maka muncul gangguan kejiwaan seperti stress, putus asa, ataupun pengasingan diri dari pergaulan sebagai wujud rasa rendah diri (inferiority). Dalam kasus-kasus seperti ini, umumnya agama dapat difungsikan dan diperankan sebagai penyelamat. Sebab melalui ajaran pengamalan agama, manusia usia lanjut merasa memperoleh tempat bergantung.
Sebagai dalam memberi perlakuan yang baik kepada kedua orang tua, Allah menyatakan : ”Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu , maka jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Qs 17 : 23)

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Jalaluudin. 2003. Psikologi Agama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Tidak ada komentar: