23 Oktober 2012

Upacara Bendera dan Pagelaran Seni



Ini adalah pengalaman yang membuka salahsatu ruang jiwa nasionalisme saya ketika saya mengikuti upacara Pengibaran Bendera Merah Putih setiap hari senin di MTs Al-Fadliliyah Darussalam tempat saya melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) selama 8 kali pertemuan tatap muka atau kurang lebih selama 2 bulan.

Ada keunikan dalam khidmatnya pelaksanaan upacara pengibaran bendera yang sebagian besar dianggap “bisaa-bisaa” saja ketika mengikutinya, saya menemukan pemahaman yang baru dalam ber-nasionalisme di Darussalam, dimana pada upacara tersebut meskipun dalam keadaan kaku tapi tetap dalam bingkai semangat religiusitas (Islam) yang tertuang dalam susunan Upacara, seperti pada teks Janji Santri yang dibacakan mirip dengan bai’ah dan pembacaan Rukun Islam.

Ini adalah pengalaman baru. Ya, saya sering melaksanakan upacara di beberapa Sekolah dan atau Madrasah, namun baru kali ini saya begitu antusias mengikuti dan melaksanakan kegiatan upacara Pengibaran Bendera Merah Putih yang sarat dengan seni, kesigapan petugas upacara, kedisiplinan peserta upacara, semangat lantang yang dilantunkan tim paduan suara dan Pembina upacara yang menggunakan Bahasa Arab atau Bahasa Igggris sebagai pengantar dalam menyampaikan amanatnya.

Etika protokoler tetap dikedepankan, namun semangat keIslaman tetap menojol. Ya, bagi sebagian besar orang, dewasa ini upacara yang berbentuk seremonial mungkin menjadi salahsatu bagian yang sudah enggan lagi untuk melaksanakannya, adapun yang mengikutinya terkesan ogah-ogahan. Namun berbeda halnya ketika menonton konser dan pagelaran seni, begitu antusias dan hasrat yang tinggi untuk mengikutinya bahkan ada aroma penyesalan yang menghinggapi jika melewatkan acara konser atau pagelaran seni tersebut.

Apakah ini bisa disebut sebagai salahsatu tanda terdegradasinya jiwa nasionalisme yang menghinggapi anak negeri ini ? saya tidak tahu. Hanya saja, jika setiap upacara Pengibaran Bendera dihayati secara seksama, begitu banyak nilai penting yang terkandung didalamnya, apalagi upacara tersebut dimodifikasi sekian rupa agar tidak menjenuhkan tetapi tetap masih dalam koridor khidmat.
Ini hanya catatan penting bagi diri saya pribadi, bahwa ketika saya mengikuti pelaksanaan Upacara Pengibaran Bedera di MTs Al-Fadliliyah Darussalam ada kesan yang berbeda dengan pada saat saya mengikuti pelaksanaan Upacara di tempat-tempat lainnya. Saya menemukan pengalaman baru, menemukan sudut pandang baru tentang pelaksanaan upacara yang sesungguhnya, yang sejatinya harus kita renungkan bersama bahwa upacara pengibaran Bendera yang kerapkali dilaksanakan setiap hari senin di sekolah-sekolah, madrasah atau gedung-gedung pemerintahan bukan hanya sekedar seremonial untuk memenuhi kewajiban sebagai abdi Negara, akan tetapi harus lebih dari itu, upacara harus menjadi bagian dari kebutuhan sebuah sistem di negeri ini. Upacara harus membangkitkan semangat nasionalisme, harus bisa menumbuhkan jiwa disiplin, tanggungjawab dan upacara pula mengjarkan kita ketaatan pada sang komandan dan kepatuhan pada Pembina upacara.

Akhirnya, ini hanya catatan kecil dari pengalaman hidup yang dapat saya petik dari berjuta kepingan hikmah kehidupan yang terhampar di samudera dunia ini. Hanya kepada Allah saya bertawakkal dan menguatkan azzam untuk dapat membingkai kegiatan upacara yang lebih baik, mengena kepada setiap pelaksananya. Dan yang tak kalah penting pula, bagaimana menyajikan kegiatan upacara seperti pagelaran seni, sehingga kegiatan upacara menjadi dinanti-nanti oleh setiap pelaksananya.

Wallahu A’lam …

Tidak ada komentar: