Ini adalah pengalaman yang
membuka salahsatu ruang jiwa nasionalisme saya ketika saya mengikuti upacara
Pengibaran Bendera Merah Putih setiap hari senin di MTs Al-Fadliliyah
Darussalam tempat saya melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) selama 8
kali pertemuan tatap muka atau kurang lebih selama 2 bulan.
Ada keunikan dalam
khidmatnya pelaksanaan upacara pengibaran bendera yang sebagian besar dianggap
“bisaa-bisaa” saja ketika mengikutinya, saya menemukan pemahaman yang baru
dalam ber-nasionalisme di Darussalam, dimana pada upacara tersebut meskipun
dalam keadaan kaku tapi tetap dalam bingkai semangat religiusitas (Islam) yang
tertuang dalam susunan Upacara, seperti pada teks Janji Santri yang dibacakan mirip
dengan bai’ah dan pembacaan Rukun Islam.
Ini adalah pengalaman baru.
Ya, saya sering melaksanakan upacara di beberapa Sekolah dan atau Madrasah,
namun baru kali ini saya begitu antusias mengikuti dan melaksanakan kegiatan
upacara Pengibaran Bendera Merah Putih yang sarat dengan seni, kesigapan
petugas upacara, kedisiplinan peserta upacara, semangat lantang yang
dilantunkan tim paduan suara dan Pembina upacara yang menggunakan Bahasa Arab
atau Bahasa Igggris sebagai pengantar dalam menyampaikan amanatnya.
Etika protokoler tetap
dikedepankan, namun semangat keIslaman tetap menojol. Ya, bagi sebagian besar
orang, dewasa ini upacara yang berbentuk seremonial mungkin menjadi salahsatu
bagian yang sudah enggan lagi untuk melaksanakannya, adapun yang mengikutinya
terkesan ogah-ogahan. Namun berbeda halnya ketika menonton konser dan pagelaran
seni, begitu antusias dan hasrat yang tinggi untuk mengikutinya bahkan ada
aroma penyesalan yang menghinggapi jika melewatkan acara konser atau pagelaran
seni tersebut.
Apakah ini bisa disebut
sebagai salahsatu tanda terdegradasinya jiwa nasionalisme yang menghinggapi
anak negeri ini ? saya tidak tahu. Hanya saja, jika setiap upacara Pengibaran
Bendera dihayati secara seksama, begitu banyak nilai penting yang terkandung
didalamnya, apalagi upacara tersebut dimodifikasi sekian rupa agar tidak
menjenuhkan tetapi tetap masih dalam koridor khidmat.
Ini hanya catatan penting
bagi diri saya pribadi, bahwa ketika saya mengikuti pelaksanaan Upacara
Pengibaran Bedera di MTs Al-Fadliliyah Darussalam ada kesan yang berbeda dengan
pada saat saya mengikuti pelaksanaan Upacara di tempat-tempat lainnya. Saya
menemukan pengalaman baru, menemukan sudut pandang baru tentang pelaksanaan upacara
yang sesungguhnya, yang sejatinya harus kita renungkan bersama bahwa upacara
pengibaran Bendera yang kerapkali dilaksanakan setiap hari senin di
sekolah-sekolah, madrasah atau gedung-gedung pemerintahan bukan hanya sekedar
seremonial untuk memenuhi kewajiban sebagai abdi Negara, akan tetapi harus
lebih dari itu, upacara harus menjadi bagian dari kebutuhan sebuah sistem di
negeri ini. Upacara harus membangkitkan semangat nasionalisme, harus bisa
menumbuhkan jiwa disiplin, tanggungjawab dan upacara pula mengjarkan kita
ketaatan pada sang komandan dan kepatuhan pada Pembina upacara.
Akhirnya, ini hanya catatan
kecil dari pengalaman hidup yang dapat saya petik dari berjuta kepingan hikmah
kehidupan yang terhampar di samudera dunia ini. Hanya kepada Allah saya
bertawakkal dan menguatkan azzam untuk dapat membingkai kegiatan upacara yang
lebih baik, mengena kepada setiap pelaksananya. Dan yang tak kalah penting
pula, bagaimana menyajikan kegiatan upacara seperti pagelaran seni, sehingga
kegiatan upacara menjadi dinanti-nanti oleh setiap pelaksananya.
Wallahu
A’lam …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar