12 November 2011

Makalah: Karakteristik Perkembangan Sosial

Oleh: SAM


BAB I
PENDAHULUAN

Studi perkembangan moral khususnya pada anak-anak usia madrasah ibtidaiyah terasa semakin penting. Diantara manfaat langsung dari studi tersebut adalah penggunaannya dalam penanganan siswa-siswi yang teridentifikasi amoral, pengimplementasiannya dalam proses pembelajaran secara umum, dan pengambilan langkah-langkah dini untuk mencegah kenakalan remaja, dan masa yang segera akan dimasuki oleh anak-anak madrasah ibtidaiyah.
Berkenaan dengan kenakalan remaja bukanlah fenomena baru dari masa remaja melainkan suatu lanjutan dari pola prilaku asocial yang dimulai pada masa kanak-kanak.
Selanjutnya ia menyatakan bahwa sudah semenjak anak usia 2 atau 3 tahun ada kemungkinan mengenali anak yang kelak akan menjadi remaja yang nakal.
Pengenalan karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral sangat berguna dalam memotong matarantai antara prilaku asocial masa kanak-kanak dan kenakalan yang akan terjadi pada masa remaja.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai: pengertian perkembangan moral, tahap-tahap perkembangan moral, dan faktor yang mempengaruhi perkembangan moral.  



BAB II
KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN MORAL

A.      Pengertian Perkembangan Moral
Kata moral berasal dari bahas latin yaitu kata mos dan mores yang berarti kebiasan. Menurut Satloc dan Yunsan mengemukakan bahwa moral adalah kebiasan atau aturan yang harus dipatuhi dalam berinteraksi dengan orang lain.
Perkembangan moral menurutteori belajar social. Menurut teori ini perkembangan moral merupakan proses yang dipelajari selama proses interaksi sosial perseorangan dengan orang lain.
Bloom (woolfolk dan Nicolich, 1984:390) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari proses belajarr dikelompokan menjadi tiga sasaran, yaitu:
1.      Kognitif (penguasaan pengetahuan)
2.      Afektif (penguasaan nilai dan sikaf)
3.      Penguasaan psikomotorik
Menurut Piaget, pada awalnya pengenalan nilai dan prilaku serta tindakan itu masih bersifat faksaan, dan anak belum mengetahui maknanya. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan inteleknya, berangsur-angsur anak mengikuti berbagai ketentuan yang berlaku di dalam keluarga, semakin lama semakin luas sampai dengan ketentuan yang berlaku di dalam masyarakat dan Negara.
Pada saat lahir tidak ada anak lahir yang memiliki sekala nilai, akibatnya tiap bayi yang baru lahir dapat dianggap amoral atau nonmoral.
Belajar berprilaku dengan cara yang disetujui masyarakat merupakan proses yang panjang dan lama yang terus berlanjut hingga yang masa remaja. Ia merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting di masa kanak-kanak. Sebelum anak masuk sekolah mereka diharapkan mampu membedakan yang benar dan salah dalm situasi sederhana dan meletakan dasar bagi perkembangan hati nurani.
Sebelum masa kanak-kanak berakhir, anak diharapkan mengembangkan skala nilai dan hati nurani untuk membimbing mereka bila bila mengambil keputusan moral.
B.       Tahap – Tahap Perkembangan Moral
Menurut Kohlberg ada tiga tingkatan perkembangan moral, yakni:
1.      Prakonventional morality (anak usia 4-10 tahun)
a.    Anak berorientasi kepada kepatuhan dan hukuman, anak menganggap baik atau buruk sesuatu atas dasar  akibat yang ditimbulkannya.
b.    Berlaku prinsif relativistic-hedonism, pada tahap ini anak tidak lagi secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada diluar dirinya, atau ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan seseorang (hedonistic).
2.      Conventional  morality (anak usia 10-13)
a.    Menyangkut orientasi orang yang baik. Pada stadium ini anak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain. Masyarakat adalah sumber yang menentukan, apakah perbuatan seseorang baik atau tidak . menjadi “anak yang manis” masih sangat penting dalam stadium ini.
b.    Tahap mempertahankan norma-norma social dan otoritas. Pada stadium ini perbuatan baik yang diperlihatkan seseoorang bukan hanya agar dapat diterima oleh lingkungan masyarakatnya, melainkan bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan-aturan atau norma-norma social.
3.      Pascakonventional-morality (anak usia 13 tahun ke atas)
a.    Merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosialnya. Pada stadium ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan social. Seseorang harus memperlihatkan kewajibannya harus sesuai dengan tuntunan norma-norma social, karena sebaliknya lingkungan social atau masyarakat akan memberikan perlindungan kepadanya.
b.    Perinsif universal. Pada tahap ini ada norma etik di samping norma pribadi dan subjektif. Subjektivisme ini berarti ada perbedaan penilaian antara seorang dengan orang lain.
       
C.      Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Beberapa faktor yang mempengaruhi moral remaja, diantaranya:
1.      Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga.
Orang tua adalah tokoh percontohan oleh anak-anak termasuk didalam aspek kehidupan sehari-hari tetapi didalam soal keagamaan hal itu seakan-akan terabaikan. Sehingga akan lahir generasi baru yang bertindak tidak sesuai ajaran agama dan bersikap materialistik.
2.      Pengaruh lingkungan yang tidak baik.
Kebanyakan remaja yang tinggal di kota besar menjalankan kehidupan yang individualistik dan materialistik. Sehingga kadang kala didalam mengejar kemewahan tersebut mereka sanggup berbuat apa saja tanpa menghiraukan hal itu bertentangan dengan agama atau tidak, baik atau buruk.
3.      Tekanan psikologi yang dialami remaja.
4.      Beberapa remaja mengalami tekanan psikologi ketika di rumah diakibarkan adanya perceraian atau pertengkaran orang tua yang menyebabkan si anak tidak betah di rumah dan menyebabkan dia mencari pelampiasan.
5.      Gagal dalam studi/pendidikan
Remaja yang gagal dalam pendidikan atau tidak mendapat pendidikan, mempunyai waktu senggang yang banyak, jika waktu itu tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, bisa menjadi hal yang buruk ketika dia berkenalan dengan hal-hal yang tidak baik untuk mengisi kekosongan waktunya.
6.      Peranan Media Massa
Remaja adalah kelompok atau golongan yang mudah dipengaruhi, karena remaja sedang mencari identitas diri sehingga mereka dengan mudah untuk meniru atau mencontoh apa yang dia lihat, seperti pada film atau berita yang sifatnya kekerasan, dan sebagainya.
7.      Perkembangan teknologi modern
Dengan perkembangan teknologi modern saat ini seperti mengakses informasi dengan cepat, mudah dan tanpa batas juga memudahkan remaja untuk mendapatkan hiburan yang tidak sesuai dengan mereka.
D.      Upaya Optimalisasi Perkembangan Moral
Hurlock mengemukakan ada empat pokok utama yang perlu dipelajari oleh anak dalam mengoptimalkan pertimbangan moralnya, yaitu:
1.       Pokok pertama yang yang penting dalam pelajaran menjadi pribadi yang bermoral ialah belajar apa yang diharapkan kelompok dari anggotanya. Harapan tersebut diperinci dalam bentuk hokum, kebiasaan dan peraturan.
2.      Pokok kedua ialah pengembangan hati nurani sebagi kendali internal bagi prilaku individu. Seorang anak tidak hanya harus belajar apa yang benar dan yang salah tetapi harus juga menggunakan hati nurani sebagai pengendalian prilaku.
3.      Pokok ke tiga ialah pengembangan perasaan bersalah dan rasa malu. Bila perilaku anak tidak memenuhi standar yang ditetapkan hati nurani, anak merasa bersalah, malu atau kedua-duanya.
4.      Pokok ke empat adalah mempuyai kesempatan melakuakan intraksi dengan anggoat kelompok social. Interaksi social memegang peranan penting dalam perkembangan moral. Tanpa interaksi dengan orang lain, anak tidak akan mengetahui perilaku yang disetujui secara social, maupun memiliki sumber motivasi yang mendorongnya untuk tidak berbuat sesuka hati.




BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.        Moral adalah tatacara atau kebiasaan, atau adat.
2.        Perilaku moral adalah perilaku yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat tertentu, atau pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok.
3.        Pokok pertama yang yang penting dalam pelajaran menjadi pribadi yang bermoral ialah belajar apa yang diharapkan kelompok dari anggotanya.
4.        Pokok kedua ialah pengembangan hati nurani sebagi kendali internal bagi prilaku individu.
5.        Pokok ke tiga ialah pengembanganperasaan bersalah dan rasa malu.
6.        Pokok ke empat adalah mempuyai kesempatan melakuakan intraksi dengan anggoat kelompok social.


DAFTAR PUSTAKA
                                       
Hurlock, 1991. Perkembangan anak. Erlangga, jakarta.
Rineka Cipta.Davidof, Linda L, 1988, Psikologi Suatu Pengantar, Jakarta; Erlangga.
Henry Guntur Tarigan, 1986, Psikolingustik, Bandung; Angkasa
Inggridwati kurnia (2007) perkembangan pserta didik, jakarta:Depdiknas
Chaer, Abdul, 2004,  Psikolingustik Kajian Teoretik, Jakarta Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori, 2004, Psikologi Remaja (Perkembangan Peseta didik), Jakarta; PT. Bumi Aksara.






Tidak ada komentar: