8 November 2011

Nde, Sahabatku

Sahabat adalah seseorang yang erat dan melekat dihati kita, jika saudara tumbuh di rahim ibu kita, namun sahabat tumbuh di hati kita. Mungkin tak akan pernah habis ketika kita akan menceritakan tentang indahnya arti persahabatan, karena setiap orang bebas menafsirkan makna persahabatan sesuai dengan selera, pengalaman atau apa yang pernah dirasakan. Tapi, semua bermula pada satu hal, yaitu persahabatan.
Saya tak tahu, kenapa sahabat sejati saya adalah seorang perempuan yang sekaligus menjadi saingan dalam prestasi dikelas, juga sebagai patner organisasi. Namun, yang saya mengerti darinya adalah bahwa dia mengajarkan saya ketulusana untuk menyayangi, ketulusan untuk member dan ketulusan memaafkan ketika melakukan kesalahan. Dan semua itu memang terjadi, dan sungguh luar biasa apa yang saya alami.
Persahabatan yang kami jalin memang unik, persahabatan yang dimulai dari konflik anak muda SMA menjadi ikatan kuat yang masih melekat hingga saat ini. Masalah kecil sebenarnya, namun anehnya saya merasa sangat bersalah dan saya langsung dating ke rumahnya untuk meminta maaf. Dan yang paling aneh lagi bagi saya bahwa hal ini saya lakukan untuk pertama kalinya dalam hidup, dimana saya meminta maaf secara langsung ke rumah seseorang yang baru saya kenal dan baru menjadi teman di kelas.
Namanya NURHAYATI. Seorang perempuan cerdas yang lahir 25 tahun lalu, tepatnya tanggal 9 Oktober 1986. Dan menjadi salahseorang yang mampu menginspirasiku untuk berbuat sesuatu dengan memandangnya dari sudut positif, penuh dengan semangat dan motivasi. Ya, ia ahli dalam hal itu. Dia selalu meyakinkan saya ketika dirundung keraguan, menguatkan saya dalam masalah yang melingkari dan dia rela diganggu untuk sekedar mengobrol ringan dengan saya.
Pernah suatu ketika saya dan dia pulang dari sekolah nyeker alias tanpa menggunakan sepatu. Hal ini sebenarnya karena ulah saya setelah pulang sekolah yang menyembunyikan sepatu sebelah kanannya di tas seorang teman lain, dan ternyata sebelum kami pulang tas tersebut sudah tidak ada ditempatnya, berarti pemilik tas itu sudah membawa pulang. Saya tersenyum kepadanya kemudian berkata “Nde, sepatu yang sebelah lagi udah pulang duluan …”. Akhirnya, karena sepatu Nde tinggal sebelah dan ga mungkin dipake cumin sebelah ya pulangnya tanpa menggunakan sepatu, so untuk menemaninya pulang saya pun enggan menggunakan sepatu. Jadilah pulang sekolah itu kami menjadi perhatian banyak teman karena kami pulang tanpa memakai alas kaki, dan kami hanya tersenyum malu tapi menyenangkan.

 bersambung ...

Tidak ada komentar: