16 Juli 2012

Sarjana Ku Tertunda



Dalam rinai kebahagiaan, sering muncul kepahitan.
Dalam kegelapan yang mencekam, seringkali muncul cahaya asa.
Kita tidak boleh tenggelam dalam keputus asaan

-SURAT Alifia kepada Asep dalam buku “dari Jendela Hauzah”-

Baris pertama dari kutipan kalimat diatas sangat menggambarkan tentang perasaanku kala ini. Mengapa begitu ? saat semua kawanku bergabung dalam sebuah euphoria kemenangan dengan sebuah prosesi bernama ‘Wisuda’, aku mencoba menyibukan diri dan menghibur diri dengan aktivitas Pramuka, yang anehnya selalu berhasil mengusir segala penat dan problemku saat bersama Pramuka.

 Ya, nasib yang harus ku terima dengan lapanga dada. Bahwa aku tak bisa di wisuda tahun sekarang, atau tertuda hingga tahun depan. Gelar ‘Sarjana’ yang seharusnya menghiasi nama belakangku, dengan ‘terpaksa’ tidak terpajang disana, menyedihkan bukan ? hampir semua kawan sebangku ku merasakan betapa mereka berbahagia saat mengenakan toga, saling melempar senyum bangga, saling mengucap selamat tinggal dan sejuta tabor harapan serat do’a untuk cita-cita yang akan mereka raih, aku hanya bisa tersenyum dalam persembunyian dan mengulum do’a untuk mereka.

Ah, peduli atau tidak mereka terhadapku, tak pernah aku pikirkan. Yang pasti, mereka pernah mengisi lembar kehidupanku, mereka pernah menghiasi hari-hariku dengan semangat kebersamaan, saling menyemai idealitas dan tertawa dalam lautan intelektual yang menghimpit pada setiap mata kuliah. Dan aku larut dalam kenangan indah bersama mereka.

Selamat bertugas kawan, para Sarjana Pendidikan Islam dan Para Sarjana Syari’ah. Aku bangga pada kalian yang telah merajut akademis dengan gemilang, dan semoga Allah melapangkan perjalanan kalian di masa mendatang.

Dan aku, berusaha untuk memperbaiki hidupku. Menata kembali beberapa kekosongan mozaik kehidupanku yang tertinggal dan menambalnya dengan kebaikan untuk menyusul kalian dalam sujud syukur teramat dalam.

Gelar Sarjanaku mungkin tertunda, tapi waktu tak pernah berbaik hati untuk berhenti. Meski sedetik. Pesta Wisuda ku mungkin tak bersama kalian, tapi apakah penyesalan mampu menghpaus semua kesalahan masa silam, aku pikir tidak. Tidak menjadi Sarjana tahun ini bukan berarti akhir dari segalanya, tidak di wisuda tahun ini bukan berarti langit runtuh dan bumi pecah. Dan aku, selalu selalu punya banyak cara untuk menghibur diri atas sebuah kekecewaan.

Dalam kegelapan yang mencekam, seringkali muncul cahaya asa.
Kita tidak boleh tenggelam dalam keputus asaan

Ya, dalam kegamangan karena Sarjana ku tertunda, insyaAllah, PASTI ada anugerah Nya yang indah dan jauh lebih baik untuk ku. Semoga, keputus asaan menjadi musuh abadi dalam perjalananku saat ini dan esok hari.

Tidak ada komentar: