Dalam
rinai kebahagiaan, sering muncul kepahitan.
Dalam
kegelapan yang mencekam, seringkali muncul cahaya asa.
Kita
tidak boleh tenggelam dalam keputus asaan
-SURAT Alifia kepada Asep dalam buku “dari Jendela Hauzah”-
Baris
pertama dari kutipan kalimat diatas sangat menggambarkan tentang perasaanku
kala ini. Mengapa begitu ? saat semua kawanku bergabung dalam sebuah euphoria kemenangan
dengan sebuah prosesi bernama ‘Wisuda’, aku mencoba menyibukan diri dan
menghibur diri dengan aktivitas Pramuka, yang anehnya selalu berhasil mengusir
segala penat dan problemku saat bersama Pramuka.
Ya, nasib
yang harus ku terima dengan lapanga dada. Bahwa aku tak bisa di wisuda tahun
sekarang, atau tertuda hingga tahun depan. Gelar ‘Sarjana’ yang seharusnya menghiasi
nama belakangku, dengan ‘terpaksa’ tidak terpajang disana, menyedihkan bukan ? hampir
semua kawan sebangku ku merasakan betapa mereka berbahagia saat mengenakan
toga, saling melempar senyum bangga, saling mengucap selamat tinggal dan sejuta
tabor harapan serat do’a untuk cita-cita yang akan mereka raih, aku hanya bisa tersenyum
dalam persembunyian dan mengulum do’a untuk mereka.
Ah,
peduli atau tidak mereka terhadapku, tak pernah aku pikirkan. Yang pasti,
mereka pernah mengisi lembar kehidupanku, mereka pernah menghiasi hari-hariku
dengan semangat kebersamaan, saling menyemai idealitas dan tertawa dalam lautan
intelektual yang menghimpit pada setiap mata kuliah. Dan aku larut dalam
kenangan indah bersama mereka.
Selamat
bertugas kawan, para Sarjana Pendidikan Islam dan Para Sarjana Syari’ah. Aku bangga
pada kalian yang telah merajut akademis dengan gemilang, dan semoga Allah
melapangkan perjalanan kalian di masa mendatang.
Dan aku,
berusaha untuk memperbaiki hidupku. Menata kembali beberapa kekosongan mozaik
kehidupanku yang tertinggal dan menambalnya dengan kebaikan untuk menyusul
kalian dalam sujud syukur teramat dalam.
Gelar
Sarjanaku mungkin tertunda, tapi waktu tak pernah berbaik hati untuk berhenti. Meski
sedetik. Pesta Wisuda ku mungkin tak bersama kalian, tapi apakah penyesalan
mampu menghpaus semua kesalahan masa silam, aku pikir tidak. Tidak menjadi
Sarjana tahun ini bukan berarti akhir dari segalanya, tidak di wisuda tahun ini
bukan berarti langit runtuh dan bumi pecah. Dan aku, selalu selalu punya banyak
cara untuk menghibur diri atas sebuah kekecewaan.
Dalam
kegelapan yang mencekam, seringkali muncul cahaya asa.
Kita
tidak boleh tenggelam dalam keputus asaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar