17 Mei 2011

Makalah : Hadits tentang Kepemimpinan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.


1.2.Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis dapatkan. Permasalahan tsb antara lain :
Ø  Apakah setiap orang itu adalah pemimpin?
Ø  Apa hukuman bagi pemimpin yang tidak bertanggunga jawab?
Ø  Apa batasan ketaatan terhadap pemimpin?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah:
Ø  Memenuhi tugas mata kuliah Hadits-1
Ø  Melatih mahasiswa menyusun makalah dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa.
Ø  Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang Tanggung jawab Kepemimpinan.

1.4.Metode Penulisan
Dari banyak metode yang penulis ketahui, penulis menggunakan metode kepustakaan. Pada zaman modern ini metode kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet) akan tetapi penulis tetap pergi ke perpustakaan guna melengkapi data yang kurang.
Penulis menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data-data tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk melengkapi makalah ini.

1.5.Ruang Lingkup    
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, maka penulis miliki ruang lingkup makalah ini terbatas pada pembahasan mengenai Tanggung Jawab Kepemimpinan.

 BAB II
PEMBAHASAN
TANGGUNG JAWAB KEPEMIMPINAN

2.1. Setiap Muslim adalah Pemimpin
            Naiknya seseorang di atas puncak pemimpin dalam suatu organisasi dan negara, bukan hanya dukungan masyarakat atau karena pemilihan dan surat pengangkatan akan tetapi sebenarnya karena kehendak Allah Swt. Berdasarkan firman Allah dalam surat Al-A’raf ayat 10 yang artinya :
”Sungguh Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan kami telah menjadikan kamu sekalian di bumi itu sumber penghidupan. Sedikit sekali kamu yang bersyukur”.
Selanjutnya banyak hadits yang menjelaskan, bahwa setiap orang, adalah pemimpin dan setiap pemimpin pasti akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah tentang kepemimpianannya.hadits diantaranya dalam kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan No.1199 sebagai berikut :

عَبْدُ اللهِ بْنِِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا, ٲن رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ : كلكم راع فمسؤل عن رعيته, فالأمير الذي على الناس راع وهو مسؤل عنهم, والرجل راع على أهل بيته وهومسؤل عنهم, والمرأة راعية على بيت بعلها وولده وهي مسؤله عنهم, والعبد راع على مال سيده وهو مسؤل عنه, ألا فكلكم راع وكلكم مسؤل عن رعيته. (رواه البخار و مسلم)

Artinya :
Rosulullah SAW. bersabda : "Kalian semuanya pemimpin (pemelihara) dan bertanggungjawab terhadap rakyatnya, seorang Raja memelihara rakyat dan akan ditanya tentang pemeliharaannya, seorang suami memimpin keluarganya dan akan ditanya tentang pimpinannya, seorang ibu memimpin rumah suaminya dan anak-anaknya dan akan ditanya tentang pimpinannya, seorang hamba memelihata harta milik majikannya dann akan ditanya tentang pemeliharaannya. Camkanlah bahwa kalian semua memelihara dan akan dituntut tentang pemeliharaannya". (HR. Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan hadits tersebut kita mengetahui,bahwa setiap orang yang menjadi pemimpin pasti akan dimintai suatu pertanggungjawabannya oleh Allah, sesuai tingkat kepemimpinannya itu.
2.      Para tokoh masyarakat dan penguasa adalah pemimpin dalam suatu Negara atau organisasi. Mereka akan ditanya “apakah mereka sudah mendidik masyarakatnya menjadi orang yang beriman dan bertaqwa?”.
3.      Suami dalam rumah tangga adalah pemimpin dalam keluarganya dan semua suami akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah tentang istri dan anaknya. “apakah mereka sudah berusaha mendidik mereka menjadi orang-orang yang sholeh atau belum?”
4.      Istri-istri yang menjadi pemimpin dalam rumah tangga suaminya.mereka semua juga akan dimintai pertanggungjawabannya. “ Apakah mereka sudah menjalankan tugasnya sebagai istri yang sholehah, ibu rumah tangga yang baik atau belum?”
Pada intinya apa yang dikemukakan dalam hadits tersebut hanya sebagai contoh belaka, sebab permulaan hadits tersebut menegaskan bahawa setiap orang menjadi pemimpin.

2.2. Pemimpin Pelayan Masyarakat
            Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik dan kepada Allah kelak di akhirat nanti.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
Oleh karena itu pemimpin mempunyi tanggung jawab yang sangat besar bagi bangsa ataupun organisasinya yang dipimpin baik itu di dunia ataupun di akhirat nanti. Semua dalil itu patut menjadi perhatian bagi kita terutama pemimpin umat islam dan para penguasa yang ingin selamat dari siksa neraka. diantaranya hadits yang menyebutkan ancaman bagi pemimpin yang tidak bertanggungjawab adalah sebagaimana disebutkan berikut :

عن الحسن, ٲن عبيد الله بن زياد عاد معقل بن يسار فى مرضه الذي مات فيه, فقل له معقل : ٳني محدثك حديثا سمعته من رسول الله صلى الله عليه وسلم, سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول : مامن الترعاه الله رعية فلم يحطها بنصيحة ٳلا لم يجد را ئحة الجنه. (رواه البخار و مسلم)

Artinya :
Dari Al-Hasan, bahwa Ubaidillah bin Ziyad menjenguk maq’il berkata kepada Ubaidillah bin Ziyad : Sesungguhnya saya akan menyampaikan kepadamu suatu hadits yang saya dengar dari Rosululloh SAW. Saya mendengar Nabi SAW. Bersabda : "Tiada seorang hamba yang diberi amanat rakyat oleh Allah SWT. Lalu ia tidak memeliharanya denga baik, melainkan Allah tidak akan merasakan padanya bau surga (tidak mendapatkan surga)". (HR. Bukhari dan Muslim)

عن عبد الله بن عمر رضى الله عنهما ان رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يقول : ثلاثة لايقبل الله منهم صلاة. من تقدم قوما وهم له كارهون, ورجل اتى الصلاة دبارا. والد بارأن يأ تيها بعد ان تفوته. ورجل اعتبد محرره. (رواه أبوداود وابنماجه)

Artinya:
“Dari Abdullah bin Umar r.a, sesungguhnya Rosulullah SAW. Pernah bersabda: ‘ada tiga macam orang yang Allah tidak akan menerima Sholatnya, yaitu orang yang memimpin suatu kaum (masyarakat), sedangkan mereka benci terhadapnya, dan orang yang mendatangi shalat dalam keadaan terlambat (orang yang mengerjakan salat setelah lewat waktunya) dan orang yang memperbudak orang yang sudah dia merdekakan”.(Diriwayatkan oleh abu Dawud dan Ibnu Majah)

عن أبى أمامة رضى الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ثلاثة لاتجاوزصلاتهم اذا نهم العبد الابق حتى يرجع, وزوجة باتت وزوجها عليها ساخط وامام قوم وهم له كارهون. (رواه الترمذى)

Artinya:
“Dari Abu Umamah r.a, beliau berkata: Rosulullah saw. Bersabda: ‘Ada tiga macam orang yang shalatnya tidak akan melampaui telinganya, yaitu: Hamba yang lari dari tuannya, sehingga dia kembali, istri yang tidur, sedangkan suaminya marah kepadanya (karena tidak melayaninya), dan pemimpin suatu kaum, sedangkan mereka (kaumnya) itu benci kepadanya”. (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi)
Dalam haditss-hadits tersebut dijelaskan nasib yang akan dialami oleh para pemimpin yang tidak bertanggung jawab :
1.      Mereka tidak akan diterima shalatnya oleh Allah.
2.      Mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium bau surga itu.
3.      Dalam hadits tersebut juga tersirat pengertian bahwa pemimpin yang tidak bertanggungjawab itu diancam 2 kali lipat siksaan rakyat yang mereka pimpin. Sesuai firman Allah dalam surat Al-Ahzab : 67-68 yang artinya :

“Mereka berkata:’Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakan-lah kepada mereka siksaan dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”.

2.3. Batas Ketaatan Kepada Pemimpin
Sebagai umat islam kita wajib dan harus memtaati pemimpin karena ”barang siapa yang taat kepada pemimpin berarti dia taat kepada Rosulullah” seperti yang terkandung dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim :

من أطاعنى فقد أطاع الله ومن عصانى فقد عصى الله ومن يطع الأمير فقد أطاعنى ومن يعص الأمير فقد عصانى. (رواه متفق عليه)
Artinya :
“Siapa yang taat kepadaku, berarti ia taat kepada Allah, dan siapa yang durhaka kepadaku, maka berarti ia durhaka kepada Allah. Dan Siapa yang taat kepada amir (pemimpin), berarti ia taat kepadaku, dan siapa yang durhaka kepada Amir, berarti ia durhaka kepadaku”. (HR. Muttafaq Alaih)
Akan tetapimkita harus bisa membedakan perintah yang baik atau yang mengarah kepada kemaksiatan sebab mentaati pemimpin itu ada batasannya sesuai hadits berikut ini Sabda Rosulullah SAW :

عبد الله بن عمر رضي الله عنهما, عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : السمع والطاعة على المرإ المسلم فيما أحب وكره, مالم يؤمر بمعصية, فإ ذا أمر بمعصية فلا سمع ولاطاعة. (رواه البخار و مسلم)
Artinya:
“Abdullah bin Umar r.a berkata : Nabi SAW. bersabda : "Mendengar dan taat itu wajib bagi seseorang dalam apa yang ia suka atau benci, selama ia tidak diperintah berbuat maksiat, maka jika diperintah berbuat maksiat maka tidak wajib mendengar dan wajib taat". (HR. Buhkari dan Muslim)
Berdasarkan hadits di atas Nabi Muhammad saw. berpesan agar setiap muslim hendaknya mendengar dan mematuhi keputusan, kebijakan dan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh para pemimpin, baik itu menyenangkan ataupun tidak menyenangkan bagi dirinya. Selama peraturan tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah dan Rosul-Nya.
Sebab kunci dari keberhasilan suatu negara atau organisasi diantaranya terletak pada ketaatan para warga atau pengikutnya dan pemimpinnya kepada Allah.
Dan apabila kaum muslimin tidak mau mendengar dan tidak mau mematuhi serta tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi di Negara atupun di organisasi tempat ia tinggal, maka kehancuranlah yang akan terjadi dan sekaligus menjadi bencana bagi umat islam.
Seyogyannya, bila pemimpin memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Allah dan Rosul-Nya, maka kita tidak boleh mentaati perintahnya.kepatuhan terhadap pemimpin mempunyai batasan tertentu yakni selama memimpin dan mengarahkan kepada hal-hal yang positif dan tidak menuju ke jalan kemaksiatan maka kita wajib mematuhi perintahnya, begitu pula sebaliknya. Misalnya, pemimpinitu melarang wanita muslim mengenakan jilbab; pemimpin yang menyuruh untuk melakukan perjudian dn masih banyak contoh yang lain.
Dan apabila kita melihat penyelewengan-penyelewengan pemimpin yang demikian,maka kita harus mengambil sikap seperti sabda Rosulullah saw. berikut ini :

من راى منكم منكرا فليغيره بيده فان لم يستطع فبلسا نه فان لم يستطع فبقلبه وذلك اضعف الإيمان. (رواه مسلم)
Artinya :
“Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran, hendaklah mengubahnya (memperingatkannya) dengan tangan, jika tidak mampu, hendaklah dengan lisannya, jika tidakmampu hendaklah dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim No.70)
Kriteria-kriteria pemimpin yang wajib kita taati :
1.      Islam
2.      Mengikuti perintah-perintah Allah dsan Rosul-Nya
3.      Menyuruh berbuat baik dan mencegah berbuat munkar
4.      Lebih mementingkan kepentingan umat daripada kepentingan pribadi
5.      Tidak mendzalimi umat Islam
6.      Memberikan teladan dalam beribadah


BAB III
P E N U T U P

3.1.Kesimpulan

Bahwa setiap manusia adalah pemimpin dan setiap pemimpin pasti akan dimintai pertanggungjawabannya tentang apa yang telah mereka pimpin sesuai tingkat kepemimpinannya itu.Kata pemimpin, dalam hal ini bukan hanya berarti kepala negara melainkan bersifat umum.
Kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama pemimpin adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
Dalam pembahasan sudah disebutkan bahwa pemimpin yang tidak bertanggungjawab mendapat ancaman :
1.      Sholatnya tidak akan diterima oleh Allah.
2.      Tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium bau surga itu.
3.      Mendapat siksaan 2 kali lipat siksaan rakyat yang dipimpinnya.
Mematuhi peraturan pemimpin suatu kewajiban dan keharusan bagi kita sebagai umat islam, akan tetapi ketaatan kita terhadap pemimpin itu ada batasannya yaitu apabila pemimpin tersebut menyuruh berbuat baik dan mencegah kemunkaran, maka kita wajib mentaatinya, begitupula sebaliknya apabila pemimpin menyuruh kita berbuat ke arah maksiat, maka kita wajib menolak dan meluruskannya, hanya saja penolakan dan pembenarannya harus dilakukan dengan arif dan bijaksana demi persatuan dan kesatuan bangsa atau umat.
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
3.2.Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrohim, Drs.T. 2006.Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis. Solo : Tiga Serangkai.
Suparta, Drs.H.M. dkk. 2004. Buku Pelajaran Qur’an dan Hadits 3. Jakarta : Listafariska Putra.
Muhammad, Abubakar. 1997. Hadis Tarbawi III. Surabaya : Abditama.

Tidak ada komentar: