29 Mei 2011

Sejarah Pesantren Darussalam Ciamis

    Ihwal kebersahajaan dan kesederhanaan Pesantren Darussalam ternyata sama tuanya dengan sejarah pesantren ini. Nun di paruh 1929, Kiai Haji Ahmad Fadlil (meninggal tahun 1950), ayahanda K.H. Irfan Hielmy, memulai kisah kebersahajaan dengan sebuah masjid dan sebuah bilik sebagai asrama. Santri yang pertama kali mondok adalah pemuda-pemuda setempat yang tidak saja diajari ilmu-ilmu agama tetapi diajak mengolah sawah, bercocok tanam, dan diberi contoh bagaimana memelihara bilik dan memakmurkan masjid. Pesantren Tjidewa, sebutan untuk komunitas baru itu, dengan cepat mendapat simpati serta dukungan dari masyarakat sekitar lebih banyak lagi santri yang mondok.

Adalah pasangan suami-isteri Mas Astapradja dan Siti Hasanah yang mewakafkan tanahnya di Kampung Kandanggajah, Desa Dewasari, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, kepada Kiai Ahmad Fadlil. Dibantu oleh masyarakat dan santri, Pesantren Tjidewa menapaki guratan sejarah dengan optimisme menghilangkan benalu yang menempel dalam ajaran Islam.
Menjelang proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, di Pesantren Tjidewa sudah mondok 400 orang santri yang mengaji ilmu tafsir, ilmu hadits, sejarah, dan perbandingan madzhab, di samping kitab-kitab ilmu sharaf dan ilmu nahwu. Keputusan Kiai Ahmad Fadlil dengan hanya menerima santri putra tidak terlepas dari kondisi saat itu yang tidak bisa keluar dari kontelasi keamanan akibat penjajahan Belanda. Karena didorong oleh keinginan untuk melepaskan diri dari cengkraman penjajah dan ditambah dengan meluapnya semangat santri untuk menghalau Belanda, Kiai mengajarkan pula strategi berdiplomasi mengatasi tekanan penjajah. Apalagi dengan kemampuannya berbahasa Belanda--ia belajar bahasa Belanda kepada kakek dari keluarga ibunya sejak di sekolah rakyat ( Vervolg School )--dengan mudah bisa menyerap berbagai informasi yang kelak berguna sebagai modal berdiplomasi.
Lebih dari itu, penguasaan terhadap teks berbahasa Arab telah tampak sejak Ahmad Fadlil muda berhasil menghapal kitab-kitab Jauharul Maknun, ‘Uqudul Juman, Talkhisul Miftah dan syair-syairnya. Bahkan, pada usia 31 tahun, ia telah berhasilmenerjemahkan Qasidah Burdah karya Muhammad Said al-Busyiri. Sampai sekarang, Qasihdah Burdah berbahasa Sunda yang merupakan karya terjemahan masterpiece Kiai Ahmad Fadlil, masih terdengar dibaca dan didendangkan oleh santri-santri di banyak pesantren tradisional terutama di Jawa Barat.


Sistim Pendidikan
Pesantren Darussalam memadukan pendidikan salafi dengan modern, dengan tujuan untuk menyeimbangkan keilmuan santrinya. Di beberapa pondok pesantren modern, sistem pengajian biasanya diselenggarakan dengan menggunakan sekolah/madrasah sebagai basisnya. Sekolah/madrasah-lah yang dijadikan sebagai standar untuk menentukan kelas/kelompok pengajian, materi dan kitab pengajian, dan alokasi waktu pengajian. Namun demikian, seiring dengan perkembangan konsep dan paradigma pendidikan—di mana "model pembelajaran yang berlandaskan homogenitas peserta didik" sudah mulai ditinggalkan dan mulai mengarah pada "model pembelajaran berbasis individu"—maka sejak tahun 2001, sistem pengajian kitab di Pondok Pesantren Darussalam dikelola dengan menjadikan kemampuan "individu" santri sebagai basisnya.
Karena sesuai dengan tradisi pesantren, model pembelajaran yang berbasis individu sudah teruji (misalnya dalam penggunaan metode sorogan), dan dalam konteks Pondok Pesantren Darussalam model ini sangat memungkinkan, maka untuk lebih mengoptimalkan sistem pengajian pesantren dimulailah mengembangkan model pengajian yang berbasis individu, tanpa mereduksi sama sekali penggunaan sistem kelas/kelompok.
Penentuan tingkat pengajian didasarkan pada kemampuan individu, dan tidak didasarkan pada kelas sekolah/madrasah.
a)      Tingkat pengajian terdiri dari tingkat persiapan (Tamhidy), tingkat dasar (Ibtidaiy), tingkat menengah (Wustho), dan tingkat tinggi ('Ulya).
b)      Setiap tingkat pengajian terdiri dari satu atau lebih kelompok pengajian, dan setiap kelompok tidak lebih dari 40 santri.
c)      Penentuan materi pengajian didasarkan pada materi-materi standar sesuai dengan disiplin al-Qurân, al-Hadîs, Fiqh, Akidah, Akhlaq, Nahwu, Sharaf dan Balaghah.
d)      Setiap kelas/kelompok pengajian terdiri dari individu-individu yang memiliki kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang relatif sama.
e)      Adanya sistem evaluasi individu dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan, serta berdaya guna bagi penentuan kelas dan kenaikan tingkat.
f)       Sistem rekruitmen santri didasarkan pada motivasi santri, baik motivasi memasuki Pondok Pesantren Darussalam maupun motivasi belajar.
g)      Pemanfaatan waktu pengajian secara efektif dan efisien.
Pesantren Darussalam mulai memodernisasikan sistem pendidikannya dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal yang mengadaptasi model klasikal dan sampai saat ini semua jenjang pendidikan ada di pesantren ini yaitu meliputi: Raudlatul Athfal (RA) Al-Fadliliyah Darussalam setingkat Taman Kanak-kanak (TK); Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Fadliliyah Darussalam setingkat Sekolah Dasar (SD); Madrasah Tsanawiyah Darussalam (MTsD) setingkat SLTP; Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Darussalam setingkat SLTA; Sekolah Menengah Atas (SMA) Plus Darussalam; Institut Agama Islam Darussalam (IAID) terdiri dari: Fakultas Syari'ah Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah dan Jinayah Siyasah; Fakultas Tarbiyah: Jurusan Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Bahasa Arab dan PGMI; Fakultas Dakwah: Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (SPI) serta Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI); Program Pascasarjana (S2): Program Studi Pendidikan Islam; dan Ma'had Aly Darussalam (MAD): Program Studi Fiqh dan Ushul Fiqh

 

Target & Konsentrasi

Sebagai lembaga yang besar dan modern, Pesantren Darussalam dalam proses pendidikannya memiliki konsentrasi dan target pembelajaran, diantaranya:
1)      Al-Aqidah as-Salafiyah;
2)      Al-Akhlaq al-Karimah (pencapaian akhlak terpuji);
3)      Penguasaan bidang studi sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP);
4)      Studi Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Fiqih, Ushul Fiqh, dll.;
5)      Learning By Doing melalui praktik: pelatihan bahasa Arab dan Inggris, Terapi Musik Qashidah al-Burdah, Majelis Terapi “Farahfaza”, Pembinaan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Fasilitas & Gedung

Pesantren Darussalam memiliki fasilitas yang sangat memadai. Mulai dari Asrama/kobong santri, Gedung pertemuan/Aula, Ruang kelas, dan Masjid. Untuk menunjang dan meningkatkan pengetahuan dan wawasan keilmuan serta untuk keterampilan dan kecakapan hidup (life skill) para santrinya, pesantren Darussalam menyediakan fasilitas penunjang lainnya, diantaranya: Kegiatan Ekstrakurikuler yaitu Pramuka, Paskibra, Bulan Sabit Merah/BSM Remaja; Leadership Training (Latihan Kepemimpinan).

Terdapat pula Perpustakaan (modern dengan fasilitas jaringan internet); Pusat Pelatihan Komputer; Laboratorium MIPA dan Bahasa; Ruang Audio Visual; Toko Swalayan Serba Ada (Tosserba); Sanggar Seni dan Olahraga yaitu Band, Qashidah, Marawis, Teater, Qiraat, Beladiri Saslaridla, Nasyid, Sepak Bola, Bola Voli, Basket, Badminton, Tenis Meja; Baitul Maal wat Tamwil (BMT); Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren); Kantin; Toko Buku dan Kitab; dan Warung Telekomunikasi (Wartel).

 

Aktifitas & Prestasi

Aktivitas santri sehari-hari di Pesantren Darussalam nyaris tanpa henti, mulai dari pagi hingga malam hari. Kegiatan yang cukup padat dan dibiasakan semenjak mereka pertama kali masuk, awalnya memang memberatkan. Namun, akhirnya dengan kebiasaan dan semangat untuk belajar, keterpaksaan itu menjadi hal yang biasa.

Aktifitas dan kesibukan santri sehari-hari mulai dari bangun pagi pukul 03.00 untuk melaksanakan aktivitas shalat malam (tahajud) sampai menjelang waktu shubuh. Aktivitas selanjutnya melaksanakan shalat shubuh yang dilanjutkan dengan kuliah shubuh—khusus hari ahad olah raga bersama—, makan pagi, melaksanakan kebersihan dan persiapan ke sekolah.
Pada pukul 06.50 mereka kemudian berangkat ke sekolah sesuai dengan jadwal di masing-masing madrasah,—diselang dengan istirahat shalat Dzuhur dan Ashar—yang dilanjutkan dengan kegiatan terjadwal rutin (pengajian kitab paket menurut kelompok pengajian masing-masing, pengajian intensif atau tutorial, pelatihan komputer) dan terjadwal insidental (Pramuka, Paskibra, Olah raga, latihan musik, dan kegiatan ekstra lainnya sesuai minat dan bakat para santri). Setelah selesai kegiatan sekitar pukul 17.00, mereka makan sore, mandi dan persiapan shalat berjama'ah magrib di mesjid. Setelah shalat berjamaah maghrib, kemudian tadarus al-Qur'ân, kegiatan kultum, dan pengajian kitab paket lagi.
Ba'da shalat Isya, dilanjutkan dengan belajar yang dibimbing oleh para pembimbing sampai pukul 21.00. Dan setelah itu diperbolehkan istirahat dan persiapan untuk tidur menyambut hari esok dengan aktivitas yang sama dan lebih segar.
Aktifitas keseharian santri di dalam kampus yang begitu padat tidak saja berguna untuk melatih kedisiplinan santri, melainkan juga bermanfaat untuk lebih mengoptimalkan interaksi santri dengan santri, santri dengan para ustadz/ustadzah, dan santri dengan karyawan lainnya.
Sebagai pesantren yang memiliki daya disiplin yang tinggi dan metode pembelajaran yang modern, Pondok Pesantren Darussalam telah tercatat memiliki ratusan piala dan penghargaan dari berbagai perlombaan yang telah diikuti mulai dari tingkat kecamatan sampai tingkat nasional, diantaranya:
1.      Juara I Musabaqoh Fahmil Qur’ân pada MTQ Nasional di Yogyakarta;
2.      Juara I, II dan III Lomba Hiking Rally Cyradika se-Jabar dan Jateng;
3.      Juara I Pidato Bahasa Inggris Pospenas Tingkat Jawa Barat;
4.      Juara II Nasional Pidato Bahasa Arab Pospenas di Palembang;
5.      Juara III Senam Santri antar Pondok Pesantren se-Jawa Barat;
6.      Juara I Prestasi Madrasah komponen MAK tingkat Propinsi Jawa Barat;
7.      Juara II Lomba Pidato Bahasa Arab pada Arabic Expo di UPI Bandung;
8.      Juara I Pidato Bahasa Indonesia se-Priangan Timur;
9.      Juara II Nasional Pidato Bahasa Arab pada Pospenas di Medan;
10.  Juara I Nasional Karya Tulis Ilmiah tingkat SLTA DPP PKS;
11.  Juara II Lomba Tenis Meja Pospenas antar SLTA se-Priangan Timur;
12.  Juara II Bola Basket Pospenas se-Priangan Timur;
13.  Juara I Lomba Cipta Karya Puisi Kandungan al-Qur’ân pada Festival Pesantren se-Kabupaten;
14.  Juara IV Pidato Bahasa Indonesia Pospenas di Samarinda;
15.  Juara I Nasyid Se-Priangan Timur;
16.  Juara II Teater Se-Jawa Barat.

Tidak ada komentar: