BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Kemampuan untuk berfikir inilah anugerah terbesar yang diberikan oleh Allah Swt. Yang menjadi pembeda dengan makhluk yang lainnya. Sehingga dengan adanya pikiran dan akal inilah manusia mampu menentukan kehendak dan kemauannya itu, baik pada kehendak yang positif ataupun sebalikanya dengan melakukan tindakan yang negative atas apa yang dikehendakinya.
Namun demikian, kehendak manusia adalah terbatas. Karema kehendak, keinginan dan kemauan manusia dibatasi oleh Kehendak Sang Pencipta Kehendak itu sendiri, yakni Allah ‘Azza Wajalla. Apapu yang kita inginkan haruslah senantiasa diselaraskan denga norma dan aqidah serta tidak bertentangan dengan yang disyari’akan oleh-Nya.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang kehendak yang ada dan timbul pada kondisi psikis manusia.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui dan mehamai tentang definisi kehendak dari berbagai sudut pandang.
b. Agar mahasiswa mengetahui dan mehamai tentang kekuatan sebuah kehendak (azam).
c. Agar mahasiswa mengetahui dan mehamai tentang bagian-bagian yang terdapat dalam kehendak seseorang manusia.
d. Agar mahasiswa mengetahui dan mehamai tentang aliran-aliran dalam kehendak pada diri manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kehendak
Kehendak adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Kehendak itu merupakan kekuatandari dalam dan tampak dari luar sebagai gerak-gerik. Dalam realisasinya kehendak ini bertautan dengan pikiran dan perasaan.
Dalam arti lain, kehendak adalah suatu kekuatan dari beberapa kekuatan seperti uap dan listrik. Kehendak juga adalah penggerak manusia dan daripadanya timbul gejala perbuatan yang hasil dari kehendak dan segala sifat menusia dan kekuatannya seolah-olah tidur nyenyak sehingga dibangunkan oleh kehendak.
Kehendak disebut juga dengan azam, yang mana azam tersebut dating dari keinginan yang menang dan kemudia diikuti dengan perbuatan. Kehendak itu mempunyaio dua macam perbuatan, yaitu : kadang-kadang ia menjadi pendorong dan kadang-kadang ia menjadi penolak.
Perbuatan terdapat 2 (dua) macam, yaitu :
1. Perbuatan bukan hasil kehendak, yakni yang tidak ada hubungannya dengan kehendak. Seperti detak jantung, bernafas dan mengedipkan mata.
2. Perbuatan hasil dari kehendak, kejujuran dan keberanian timbul dari kehendak yang mendorong kekuatan manusia kepada jalan tertentu atau kehendak lain yang melarangnnya kepada kehendak tertentu. Demikian juga dusta dan lainnya yang bersifat negative.
Menurut Kahn, kehendak itu adalah satu-satunya permata yang menyinari dengan sinar tertentu. Beliau juga membuka risalahnya yang terkenal dalam ilmu akhlak, dengan kata lain; “di dunia bahkan diluarnya tidak ada sesuatu yang bersifat dengan tiada ikatan atau syarat, kecuali kehendak”. Maka harta benda, pangkat, kesehatan dan sebagainya bersifat baik dengan syarat mempergunakannya dalam tujuan baik.
B. Kekuatan Kehendak
Yang dimaksudkan kehendak yang kuat adalah melakukan apa yang dimaksudkan adalah walaupun menghadapi segala kesulitan, tantangan dan rintangan yang menghalanginya tidak akan menggetarkan langkahnya, bahkan ia akan terus maju dengan penuh keberanian.
Kekuatan kehendak ini adalah rahasia kemenangan dalam hidup dan merupakan tanda bagi orang-orang yang besar. Jika mereka memiliki suatu kehendak, maka tak aka nada alas an apapun yang dapat menghentikan mereka atau mematahkan kehendak tersebut, mereka akan terus menuju apa yang diinginkan dan apa yang dimaksudkannya. Seorang ahli fikir berkata kepada orang yang gagal dalam pekerjaanya, “Sungguh engkau tidak mempunyai kehendak yang sempurna.”
Kehendak tersebut kadang-kadang terkena penyakit seperti tubuh. Setengah dari penyakit-penyakitnya adalah :
1. Kelemahan kehendak, berarti seseorang tidak dapat menolak hawa nafsunya. Maka menyerahlah ia kepada sifat marah atau minum khamr atau berjudi bila ia mendapat penarikannya.
2. Kehendak itu kuat akan tetappi diarahakn kepada keburukan. Seperti apa yang kita lihat dalam perbuatan orang yang setengah durhaka.
Kehendak yang sakit dapat diobati dengan beberapa cara, diantaranya :
1. Bila kehendak itu lemah, maka dapat diperkuat melalui latihan. Seperti halnya tubuh, jika ia senantiasa dilatih dengan pekerjaan-pekerjaan berat, maka ia akan terbiasa melakukan segala sesuatu, maka kehendakpun harus selalu dilatih dengan memaksakan jiwa kita untuk menerima dan melakukan tantangan-tantangan yang berat, ara kehendak itupun semakin kuat.
2. Apabila jiwa kita memiliki kehendak yang kuat, namun diarahkan kepada keburukan, maka hal ini harus diobati dengan cara memperkenalkan jiwa kepada kebaikan dan keburukan serta memahami tentang batasan dan koridor antara kebaikan dan keburukan juga akibat yang akan timbul dari perbuatan tersebut.
C. Bagian-bagian Kehendak
1. Dorongan-dorongan (drives)
Dorongan adalah sesuatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan berlangsung diluar kesadaran kita. Pengertian lain dorongan adalah desakan alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup dan merupakan kecenderungan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini sudah ada sejak manusia lahir, sering tidak disadari dan sering lepas dari kontrolnya manusia. Dorongan tersebut sangat erat hubungannya dengan perasaan-perasaan yang paling dalam.
Dorongan dalam hal ini memiliki duia macam, yaitu :
a. Dorongan individual; seperti dorongan untuk makan, minum, berkelahi, berjuang, merusak dan lain-lain.
b. Dorongan social; seperi dorongan seks/kelamin, dorongan untuk hidup berkawan, dorongan untuk berbuat kebaikan, dorongan hidup rukun, toleransi dan lainnya.
2. Keinginan
Keinginan adalah dorongan nafsu yang tertuju pada arah dan tujuan tertentu. Jika dorongan telah tertuju pada tujuan yang nyata/konkret dan tertentu, misalnya disitu akan terjadi dorongan keras dan terarah pada suatu objek tertentu, maka nafsu itu disebut keinginan. Misalnya, nafsu makan menimbulkan untuk memakan sesuatu, nafsu kerja menimbulkan keinginan untuk mengerjakan kekuatan, dan berbagai nafsu lainnya.
3. Hasrat
Hasrat dalah suatu keinginan tertentu yang dapat di ulang-ulang. Hasrat mempunyai beberapa cirri, antara lain :
a. Hasrat meruapakn motor penggerak perbuatan dan kekuatan manusia;
b. Hasrat berhubungan erat dengan tujuan tertentu, baik positif maupun negative. Positif berarti mencapai sesuatu yang dianggap baik, berharga atau bernilai, sedangkan negative berarti menghindari sesuatu yang didak berharga atau tidak berguna sama sekali.
c. Hasrat selamanya tidak terpisah dari gejala mengenal (kognisi) dan perasaan (emosi). Dengan kata lain, hasrat tidak dapat dipisahkan dengan pekerjaan jiwa yang lain.
d. Harat diarahkan pada penyelenggaraan suatu tujuan, maka didalam hasrat terdapat penjelmaan kegiatan.
Gejala hasrat in tidak hanya terjadi pada manusia, tetapi terjadi juga pada tumbuhan dan hewan. Gejala tersebut disebut gejala tropisme, yaitu yang menyebabkan timbulnya gerak ke suatu arah tertentu. Ini terjadi jika mendapat rangsangan dari luar semata, jadi tidak ada pendorong dalam untuk tujuan tertentu.
4. Kecenderungan
Keinginan-keingan yang sering muncul atau timbul disebut kecenderungan. Kecenderungan samadengan kecondongan yang merupakan hasrat aktif yang menyuruh kita agar lekas bertindak. Hal ini dapat menimbulkan dasar kegemaran terhadap sesuatu.
Paulhan, seorang psikolog Perancis mengelompokan kecenderungan tersebut sebagai berikut :
a. Kecenderungan vital; lahap, rakus sedang atau ‘matig’ kecenderungan minum-minuman keras dan lain-lain.
b. Kecenderungan egoistis; kikir, cinta diri, individualistis, brutal, menyendiri, narsistis atau merasa paling ‘super’ dan lainnya.
c. Kecenderungan social; kecenderuangan berkumpul dengan orang lain (persahabatan), kerukunan, gotong royong, dan sebagainya.
d. Kecenderuangan abstrak; jujur, adil, sadar akan kewajiban, tanggungjwab, munafik, menipu, mengecoh dan lain sebagainya.
Kecenderungan disebut juga kesiapan reaktif yang habitual. Kecenderungan merupakan sifat/watak kita yang disposisional yaitu bukan merupakan tingkahlaku itu sendiri. Akan tetapi meruapak sesuatu yang memungkinkan timbulnya tingkahlaku dan mengarahkan pada objek tertentu. Kecenderungan sifatnya bukan herediter yakni tidak dibawa sejak lahir, juga tidak mekanistis kaku seperti reflex dan kebiasaan. Sifatnya bisa sementara namun kadangkala juga bisa bersifat menetap.
5. Hawa Nafsu
Hawa nafsu adalah hasrat yang benar dan kuat yang dapat menguasai seluruh fungsi jiwa kita. Dan hawa nafsu itu bergerak dan berkuasa didalam kesadaran. Dalam pengertian ini nafsu meruapakan Kecenderungan yang kuat, hebat sekali sehingga bisa mengganggu keseimbangan fisik.
Nafsu ini bisa menyingkirkan pertimbangan akal. Dan pengertian ahti nurani, ,emyingkirkan pula segala hasrat yang lainnya. Sebagai contohnya adalah nafsu bermain judi, nafsu meminum minuman keras, nafsu membunuh dan nafsu lainnya yang dapat menimbulkan kepedihan dan kesengsaraan hidup serta merusak lahir bathin.
Macam-macam pengekang hawa nafsu adalah :
a. Mengekang nafsu dan amarah; hal ini berarti jika kita mudah terbawa amarah dan selalu marah terhadap sesuatu hal yang kecil dan sepele dikatakan sebagai hal yang buruk.
b. Mengekang nafsu dari susah da marah, karena hal yang demikian ini membawa keseluruhan didalam kemurnian hidup. Adapun agar kita selamat di dunia ini adalah dengan cara :
1) Dengan hidup akal yang murni.
2) Dengan menguasai diri dengan cinta hidup, bukan bunih diri dengan zuhud dan menekan syahwat tubuh.
c. Mengekang nafsu terhadap keseimbangan dalam syakhwat tubuh terutama minuman keras dan perempuan.
6. Kemauan
Kemauan adalah dorongan dari dalam yang sadar, berdasarkan pertimbangan pikiran dan perasaan, serta seluruh pribadi seseorang yang menimbulkan kegiatanyang terarah pada tercapainya tujuan tertentu yang berhubungan dengan kebutuhan hidup pribadinya.
Adapun yang menjadi cirri-ciri kemauan adalah :
a. Gejala kemauan merupakan dorongan dari dalam yang dimiliki oleh manusia, karena dorongan meruapakan sesuatu yang disadari dan dipertimbangkan.
b. Gejala kemauan erat dengan satu tujuan. Kemauan mendorong timbulnya perhatian atau minat-minat, mendorong gerak aktivitas kea rah tercapainya suatu tujuan. Maka gejala kemauan menghendaki adanya aktivitas pelaksanaan.
c. Gejala kemauan sebagai pendorong timbulnya perbuatan kemauan didasarkan atas berbagai pertimbangan, baik pertimbangan akal atau pikiran yang menentukan benar salahnya perbuatan. Kemauan ataupun pertimbangan perasaan yang menentukan baik buruknya, halus tidaknya suatu perbuatan.
d. Pada gejala kemauan tidak hanya terdapat pertimbangan piker dan perasaan saja, tetapi seluruh pribadi memberikan pertimbangan, memberikan pengaruh, dan memberikan corak pada kehidupan manusia.
e. Didalam gejala kemauan terdapat sikap aktif dan giat, karena timbulnya dorongan kemauan tertentu sekaligus timbul tujuan apa yang akan dicapai dengan dorongan itu.
Gejala kemauan akan diikuti aktivitas yang disebut perbuatan kemauan. Perbuatan kemauan bukanlah aktivitas yang kebetulan, tetapi merupakan tindakan yang disengaja dan terarah pada tercapainya suatu tujuan.
7. Aliran dalam Kehendak
Kemauan itu bukanlah keinginan, orang yang ingin belum tentu mau, dan sebaliknya orang yang mau belum tentu ingin. Menurut Augustine, kemauan merupakan pengendalian dari keinginan. Kemauan tidak selamanya bebas. Kemauan dapat bekerja, baik secara paksaan ataupun dalam bentuk pilihan sendiri. Kemauan yang bebas adalah kemauan yang sesuai dengan keinginan sendiri, sedangkan kemauan yang terikat adalah kemauan yang ditimbulkan oleh kondisi kebutuhan yang terbatas oleh norma social ataupun kondisi lingkungan.
Kekuatan kemauan beraksi apabila dipancing oleh adanya usaha memenuhi kebutuhan. Bila ditekankan pada kepentingan pribadi, maka kemauan mengaktualisasika diri sebagai kekuatan mendorong untuk mencapai tujuan. Bila ditekankan pada segi lainnya, maka kemauan mengaktualiasasikan diri sebagai kekuatan yang menarik perbuatan mencapai tujuan.
Dalam kehendak, terdapat 2 (dua) alira, yaitu :
a. Determinisme
Aliran ini menyatakan bahwa manusia tidak mempunyai daya pilih, jadi ia tidak memiliki kehendak yang bebas. Semua tindakan tertentukan tindakan manusia, bagaimanapun kompleksnya, semua dapat diperhitungkan sebelumnya, kalau orang mengingat dan tahu apa saja yang dapat mempengaruhi manusia. Jika sekarang belum dapat menentukan dan mengetahui sebelumnya apa yang dapat dilakukan oleh manusia, kebiasaannya, sikapnya dalam menghadapi hal tertentu, itu semuanya belum melengkapi kita terhadap unsure yang menentukan manusia itu.
Macam determinisme itu amat banyak, dan tidak semua mengajukan alasan yang sama. Dalam hal ini, mereka sama : dalam tindakannya, manusia tidak dapat memilih, ia ditentukan.
b. Indeterminisme
Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran determinisme. Disebut demikian karena menyatakan bahwa manusia dalam tindakannya tidak semata-mata ditentukan. Bahwa tentu ada sebab musabab dalam tindakan manusia, sehingga tindakan itu menjurus pada suatu arah, sama sekali tidak disangkal. Tetapi bagaimanapun juga banyaknya pengaruh yang mendorong tindakannya itu manusia lain tak mungkin dapat memperhitungkan seluruhnya secara pasti dan positif.
Menurut aliran indeterminisme bahwa manusia mungkin mengubah jalan kejadian dalam rangka situasi yang membatasi dirinya dan mengubahnya tak dapat diramalkan secara pasti. Jadi, indeterminisme mengakui adanya kehendak, yaitu daya pilih.
Dalam penyelidikannya N. Ach (1872) dan aliran Wurburg mengajukan suatu momen yang dinamakan sebagai momen objektif. Disitu apa yang diinginkan manusia itu ada, jadi objek kehendak itu ada. Objek itu hanya mungkin ada pada pikiran atau cita-cita saja, mungkin juga ada sesuangguhnya. Dalam momen ini manusia lebih sadar akan tindakannya yang akan dilakukan, sedangkan ia belum bertindak benar-benar. Disanalah kekuatan kehendak yang amat disadari, artinya mungkin terjadi tindakan (kehendak itu).
BAB III
PENTUP DAN KESIMPULAN
Dari uraian diatas tentang kehendak yang ada pada manusia, maka dapat ditarik bebrapa kesimpulan, diantaranya adalah :
1. Tindakan kehendak atau kemauan terhadap sesuatu merupakan tindakan pada manusia, memang terlibat dengan gejala-gejala psikis lainnya, tetapi tidak semata-mata ditentukan oleh penginderaan, rasa tanggapan dan lain-lain yang erat hubungannya dengan rangsangan dari luar.
2. Dalam penentuan dari kehendak itu, maka munculah aku yang aktif. Hal ini menunjukan pda suatu aktivitas yang tertuju kepada sesuatu.
3. Ach telah merumuskan hokum mengenai penentuan kehendak, semakin jelas dan semakin tertentu apa yang dituntut, maka semakin besar kekuatan yang harus diadakan oleh kehendak.
4. Dalam penyelidikan Michotte dan Prum, hal pemilihan terhadap sesuatu lebih jelas diungkapkan lagi. Pilihan terdapat 2 macam, yaitu tidak dikehendaki dan yang dikehendaki.
5. Dalam hal ini manusia akan merasa benar apa yang dialami dalam dirinya, terutama jika manusia itu sudah bertindak mawas diri. Ia mempertimbangkan dan menduga-duga, artinya ia menanyakan kepada dirinya, kemudian barulah dating sebuah pilihan. Ketika manusia masih dalam pertimbangan terhadap ketegangan, terutama jika pertimbangan memerlukan waktu yang banyak. Jika pilihan sudah dijatuhkan, maka seakan-akan busur yang tegang itu telah dilepaskan anak panahnya, dan kembali seperti semula, nafas tenang, rasa tak gugup, kepastian bertindak telah berakhir. Hal ini disadari benar oleh setiap manusia.
Dari semua yang telah disebutkan diatas, nyatalah bahwa pada manusia ada atau terdapat daya pilih, yaitu sebuah kehendak, dan boleh disebut sebagai kehendak bebas; yaitu sebuah sikap untuk menentukan sesuatu pada diri manusia.
Wallâhu a‘lam bi ash – shawâb …
Abdul Mun’im Qandil, Figur Wanita Sufi : Perjalanan Hidup Rabi’ah Al Adawiyah, Surabaya, 1933.
AJ. Siraaj, A.H. Mahmoud, Perawan Suci dari Basrah : Jenjang Sufisme Rabi’ah Adawiyah, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2003.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid 4, Cet. 4, Ichtiar Baru, Jakarta, 1997.
Dr. Abu al-Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazami, Sufi Dari Zaman ke Zaman : Suatu Pengantar Tentang Tasawuf , Pustaka, Bandung, 1985.
Dr. Javad Nurbakhsh, Sufi Women, Khaniqahi-Nimatullahi Publications, New York, 1983.
http://darisrajih.wordpress.com/2008/03/10/perindu-cinta-allah/#more-166.
Ibnu Taimiyah, Risalah Tasawuf Ibnu Taimiyah, Penerbit Hikmah, Jakarta, 2002.
Louis Massignon & Mustafa Abdur Raziq, Islam dan Tasawuf, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2001.
Margaret Smith, M.A., Ph.D., Rabi’ah : Pergulatan Spiritual Perempuan, Risalah Gusti, Surabaya, 1997.
1 komentar:
nice info, terima kasih penjelasanya... :D
Posting Komentar