2 Mei 2012

MAKALAH: PERKEMBANGAN AWAL ANAK


BAB I
PENDAHULUAN

 A . Latar Belakang
            Pada umur-umur tertentu seseorang dapat dengan lebih cepat dan mudah memperoeh kecekatan dalam memperoleh ketrampilan-ketrampilan tertentu dalam mempelajari pola-pola tingkah laku tertentu.
Dalam keseluruhan proses hidupnya individu akan berusaha melakukan tugas perkembangan agar dia menemukan kebahagiaan dalam kehidupan bermasyarakat. Tiap fase pertumbuhan perkembangan memiliki tugas perkembangan sendiri. Tugas ini timbul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu. Keberhasilan dalam mencapai tugas itu dapat membawa kebahagiaan dan berhasil dalam tugas berikutnya.

Sedangkan bila gagal dalam mencapai tugas itu akan membawa ketidak bahagiaan dan kekecewaan dalam masyarakat serta menemui kesulitan dalam tugas berikutnya. Tentu saja bentuk utama tugas perkembangan berakar pada pembentukan organ biologis yang kelak berkembangan karena pengaruh faktor biologis-psikologis-sosiologis. Kekuatan dari dalam (biologis) dan kekuatan luar (psikologis-sosiologis) menempatkan individu kepada serangkaian tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar menjadi manusia yang berhasil.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan tugas perkembangan?
2. Bagimana tugas perkembangan awal anak?
3. Faktor apa yang mempengaruhi perkembangan awal anak?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1.    Mengetahui pengertian tugas perkembangan
2.    Mengetahui tugas perkembangan awal anak
3.    Mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan awal anak
D. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan makalah yang digunakan adalah dengan cara study pustaka, yaitu mempelajari buku-buku yang kami jadikan referensi dalam pengumpulan informasi dan data yang ada kaitannya dengan masalah yang akan kami bahas serta pencarian informasi dengan melalui jalur internet .
E. Sistematika Penulisan                    
            Adapun sistmatika penulisan makalah ini, adalah :
BAB I  PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
B.   Rumusan Masalah
C.   Tujuan Penulisan
D.   Metode Penulisan
E.   Sistematika Penulisan
BAB II  PEMBAHASAN
A.   Pengertian tugas perkembangan
B.   Tugas-tugas perkembangan awal anak
C.   Faktor yang mempengaruhi awal anak
BAB III PENUTUP
A.   Kesimpulan
B.   Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Tugas Perkembangan

            Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu, dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.  Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut Havighurst adalah kematangan pisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai dan aspirasi individu .         
            Robert J. Havighurst (1961) mengartikan tugas-tugas perkembangan itu merupakan suatu hal yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu yang apabila berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan ke tugas perkembangan selanjutnya, tapi jika gagal akan menyebabkan ketidak bahagiaan pada individu yang bersangkutan dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya.
            Hurlock (1981) menyebut tugas-tugas perkembangan sebagai social expectations yang artinya setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya  menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui oleh berbagai usia sepanjang rentang kehidupan.

B.   Tugas-Tugas Perkembangan Awal Anak (0,0-6,0)
1.    Belajar Berjalan
Belajar berjalan terjadi pada usia antara 9 sampai 15 bulan, pada usia ini tulang kaki, otot dan susunan syarafnya telah matang untuk belajar berjalan.
2.    Belajar Memakan Makanan Padat
Hal ini terjadi pada tahun kedua, sistem alat-alat pencernaan makanan dan alat-alat pengunyah pada mulut telah matang untuk hal tersebut.
3.    Belajar Berbicara
Yaitu mengeluarkan suara yang berarti dan menyampaikannya kepada orang lain dengan perantaraan suara itu, diperlukan kematangan otot-otot dan syarat dari alat-alat bicara. Ada dua pendapat mengenai cara permulaan anak dalam belajar berbicara, yaitu:
a.    Pendapat pertama, mengemukakan bahwa bayi mulai belajar bicara dengan jalan mengeluarkan macam-macam suara yang tidak berarti (meraban). Kemudian orang disekitarnya mengajarkan kepadanya nama-nama atau kata-kata tentang sesuatu secara teratur dalam situasi tertentu sampai anak belajar mengasosiasikan (menghubung-hubungkan) suara-suara tertentu dengan benda atau situasi (prilaku) tertentu. Misalnya, suara “bapak” yang diucapkan anak secara kebetulan, kemudian oleh orang di sekitarnya diulanginya apabila sang ayah hadir di dekatnya, maka terjadilah asosiasi antara “bapak” dengan orangnya.
b.    Pendapat kedua, justru sebaliknya, menurut teori ini suara bayi tidaklah searah kebetulan tetapi mempunyai arti baginya karena suara-suara itu mengekspresikan (menyatakan) perasaan-perasaannya. Perkembangan selanjutnya dari belajar bahasa ini terjadi dengan jalan meniru (imitasi).
4.    Belajar Buang Air Kecil Dan Buang Air Besar
Tugas ini dilakukan pada tempat dan waktu yang sesuai dengan norma masyarakat. Sebelum usia 4 tahun, anak pada umumnya belum dapat mengatasi (menahan) ngompol karena perkembangan syaraf yang mengatur pembuangan belum sempurna. Untuk memberikan pendidikan kebersihan terhadap anak usia di bawah 4 tahun, cukup dengan pembiasaan saja, yaitu setiap kali mau buang air, bawalah anak ke WC tanpa banyak memberikan penerangan kepadanya.
5.    Belajar Mengenal Perbedaan Jenis Kelamin
Melalui observasi (pengamatan) anak dapat melihat tingkah laku, bentuk fisik dan pakaian yang berbeda antara jenis kelamin yang satu dengan yang lainnya. Dengan cara tersebut, anak dapat mengenal perbedaan anatomis pria dan wanita, anak menaruh perhatian besar terhadap jenis kelamin (sex) itu berjalan normal, maka orang tua perlu memperlakukan anaknya, baik dalam memberikan alat mainan, pakaian, maupun aspek lainnya sesuai dengan jenis kelamin anak.
6.    Mencapai Kesetabilan Jasmaniah Fisiologis
Keadaan jasmani anak sangat labil apabila dibandingkan dengan orang dewasa, anak cepat sekali merasakan perubahan suhu sehingga temperatur badannya mudah berubah. Perbedaan variasi makanan yang diberikan dapat merubah kadar garam dan gula dalam darah dan air di dalam tubuh. Untuk mencapai kesetabilan jasmaniah, bagi anak diperlukan waktu sampai usia 5 tahun. Dalam proses mencapai kesetabilan jasmaniah ini, orang tua perlu memberikan perawatan yang intensif, baik menyangkut pemberian makanan yang bergizi maupun pemeliharaan kebersihan.
7.    Membentuk Konsep-Konsep (Pengertian) Sederhana Kenyataan Sosial dan Alam
Pada mulanya dunia ini bagi anak merupakan suatu keadaan yang kompleks dan membingungkan. Lama kelamaan anak dapat mengamati benda-benda atau orang-orang di sekitarnya. Perkembangan lebih lanjut, anak menemukan keteraturan dan dapat membentuk generalisasi (kesimpulan) dari berbagai benda yang pada umumnya mempunyai ciri yang sama. Anak belajar bahwa bayangan tertentu dengan suara tertentu yang nyaring memenuhi kebutuhannya disebut “orang”, ”ibu” , “ayah”. Anak belajar bahwa benda-benda khusus dapat dikelompokan dan diberi satu nama, seperti kucing, ayam, kambing, burung dapat disebut binatang. Untuk mencapai kemampuan tersebut (mengenal pengertian-pengertian) diperlukan kematangan sistem syaraf, pengalaman dan bimbingan dari orang dewasa.
8.    Belajar Mengadakan Hubungan Emosional Dengan Orang Tua, Saudara, dan Orang Lain.
Anak mengadakan hubungan dengan orang-orang yang ada disekitarnya menggunakan berbagai cara yaitu isyarat, menirukan dan menggunakan bahasa. Cara yang diperoleh dalam belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang lain, sedikit banyaknya akan menentukan sikapnya di kemudian hari. Apakah ia bersikap bersahabat, bersikap dingin, introvert, extrovert dan sebagainya. Misalnya, apabila anak memperoleh pergaulan dengan orang tuanya itu menyenangkan, maka cenderung akan bersikap ramah dan ceria.
9.    Belajar Mengadakan Hubungan Baik dan Buruk, Yang Berarti Mengembangkan Kata Hati
Anak kecil dikuasai oleh hedonisme naif, dimana kenikmatan  dianggapnya baik, sedangkan penderitaan dianggapnya buruk (hedonisme adalah aliran yang menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya bertujuan mencari kenikmatan dan kebahagiaan). Apabila anak bertanbah besar ia harus belajar pengertian tentang baik dan buruk, benar dan salah, sebab sebagai makhluk sosial (bermasyarakat), manusia tidak hanya memperhatikankepentingan/kenikmatan sendiri saja, tetapi juga harus memperhatikan kepentingan orang lain. Anak mengenal pengertian baik dan buruk, benar dan salah ini dipengaruhi oleh pendidikan yang diperolehnya. Pada mulanya anak belajar apa yang dilarang itu berarti buruk atau salah dan apa yang diperbolehkan itu berarti baik atau benar. Pengalaman ini merupakan permulaan pembentukan kata hati anak. Perkembangan selanjutnya terjadi melalui nasihat, bimbingan, buku-buku bacaan dan analisis pikiran sendiri. Sesuatu yang penting dalam mengembangkan kata hati anak adalah suri teladan dari orang tua dan bimbingannya. Hal ini lebih baik daripada penggunaan hukuman dan ganjaran, meskipun dalam situasi tertentu masih tetap diperlukan.


  
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Awal Anak
Pada masa pekembangan, yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah. Selama masa ini, anak-anak kecil belajar semakin mandiri dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu berjam-jam untuk bermain dengan teman-teman sebaya. Jika telah memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri masa awal anak anak.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan, yang merajuk pada aliran psikologi diantaranya:
1.    Aliran nativisme (pembawaan/hereditas)
Pada aliran nativisme di kemukakan bahwa manusia yang baru dilahirkan telah memiliki bakat dan pembawaan, baik karena berasal dari keturunan orang tuanya maupun karena di takdirkan seperti itu. Artinya bahwa dalam perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh faktor keturunan saja sedangkan factor pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh dalam perkembangan tersebut. Misalnya apabila seorang anak yang kedua orang tuanya memiliki potensi kecerdasan di sekolahnya maka anak tersebutpun juga akan mempunyai potensi kecerdasan seperti yang di miliki oleh orang tuanya juga. Sebagai contoh apabila di sekolah sewaktu di beri pelajaran oleh gurunya, anak tersebut akan lebih cepat menangkap pelajaran tersebut. Jadi faktor ini sangat berpengaruh dalam perkembangan anak.
2. Aliran Empirisme (Lingkungan)
Aliran empirisme merupakan aliran yang mengemukakan bahwa factor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan seseorang sedangkan faktor bakat tidak ada pengaruhnya. Pengalaman dan lingkungan hidup sangat berperan penting dalam perkembangan anak karena semua ini dapat mempengaruhinya. Misalnya seorang anak dari keluarga baik-baik namun dalam bergaul di lingkungan sekolah anak tesebut berteman dengan anak-anak yang nakal maka secara perlahan-perlahan anak tersebut akan ikut menjadi anak yang nakal, apabila tidak ada pengawasan atau pengarahan dari orang tuanya.
3. Aliran Konvergensi (persesuaian)
Aliran kovergensi merupakan aliran yang mengemukakan bahwa dalam perkembangan factor hereditas (pembawaan) dan limgkungan sama-sama penting. Antara factor hereditas dan lingkungan saling mempengaruhi perkembangan anak. Misalnya Apabila seorang anak mempunyai keturunan potensi kecerdasan yang baik dalam lingkungan sekolah dan apabila kecerdasan ini tidak dilatih dan di dalam lingkungan sekolahnya anak tersebut bergaul dengan teman-teman yang pemalas maka lama-kelamaan anak tersebut akan menjadi malas belajar sehingga kecerdasannya pun juga akan menurun. Jadi factor lingkungan juga berperan penting dalam perkembangan anak. Faktor pembawaan dan lingkungan menjadi sumber timbulnya setiap perkembangan tingkah laku dan kedua factor ini tidak berfungsi secara terpisah melainkan saling berhubungan.
4.    Aliran Konstruktivisme
Pada aliran ini merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa pengetahuan yang di peroleh merupakan bentukan atau konstruksi dari diri sendiri. Artinya bahwa pengetahuan tersebut bukan dari hasil seseorang meniru dari realitas dan bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada.
Adapun implikasi pembelajaran teori implikasi sebagai berikut :
a) Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
b) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
c) Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

5. Aliran Behaviorisme
Pada aliran ini menekankan bahwa tingkah laku seseorang terbentuk karena hasil dari pengalaman. Pengalaman ini merupakan sebagai hasil dari belajar karena seseorang dianggap telah belajar apabila seseorang tersebut telah menunjukan perubahan perilakunya. Misalnya implikasi dalam pembelajaran yaitu, apabila guru memberikan pelajaran kepada siswanya maka siswa tersebut akan memberikan respon yang berupa reaksi atau tanggapan siswa terhahap pelajaran yang di berikan oleh guru tersebut. Artinya bahwa anak dalam bertindak berdasarkan pengalaman-pengalaman yang mereka peroleh.

6. Aliran Gestalt
Pada aliran ini seseorang dalam memperoleh pengetahuan yang di dapat dengan memandang sensasi secara keseluruhan suatu objek yang memiliki struktur atau pola-pola tertentu.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan  dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna  yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek  dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi  apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.  Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
7. Aliran Humanistik
Pada aliran ini menekankan pada pentinngnya kesadaran aktualisasi pada diri dan hal-hal yang bersifat positif pada seseorang.Aliran ini selalu mendorong peningkatan kualitas diri manusia melalui penghargaan terhadap potensi-potensi yang ada. Misalnya dalam sekolah apabila ada suatu anak yang pintar, rajin dan baik maka anak tersebut akan memperoleh penghargaan dari gurunya akibat dari tingkah lakunya.
8. Aliran Kognitif
Pada teori kognitif menekankan proses belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Teori ini menyebutkan bahwa seseorang yang mempunyai suatu pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya dan pengalaman dan pengetahuan itersebut tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara bersama-sama dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
Adapun implikasi pembelajaran dalam aliran kognitif sebagai berikut :
1.    Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
2.    Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks
3.    Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian
Dalam pembelajaran guru harus memehami karakter siswa dan mengerti bahwa anak-anak bukan sebagai orang dewasa yang cepat dalam proses berfikirnya dan guru tersebut harus menciptakan pembelajaran yang bermakna dan membedakan perbedaan individual dalam mencapai keberhasilan siswa.
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan

            Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Robert J. Havighurst (1961) mengartikan tugas-tugas perkembangan itu merupakan suatu hal yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu yang apabila berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan ke tugas perkembangan selanjutnya tapi jika gagal akan menyebabkan ketidak bahagiaan pada individu yang bersangkutan dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya.
Tugas-Tugas Perkembangan Awal Anak (0,0-0,6):
1)    Belajar berjalan
2)    Belajar memakan makanan padat
3)    Belajar berbicara
4)    Belajar buang air kecil dan buang air besar
5)    Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
6)    Mencapai kesetabilan jasmaniah fisiologis
7)    Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial, dan alam
8)    Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara, dan orang lain
9)    Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti mengembangkan kata hati
Faktor yang mempengaruhi perkembangan awal anak:
1.    Aliran nativisme (pembawaan/hereditas)
2.    Aliran Empirisme (Lingkungan)
3.    Aliran Konvergensi (persesuaian)
4.    Aliran Konstruktivisme
5.    Aliran Behaviorisme
6.    Aliran Gestalt
7.    Aliran Humanistik
8.    Aliran Kognitif

B.  Saran

             Hendaknya bagi orang tua dalam memperlakukan anak-anaknya pada masa ini adalah tetap, tak ada goncangan. Karena kegoncangan akan menyebabkan kebingungan dan keraguan pada anak. Anak-anak pada masa ini bersifat meniru, banyak bermain dengan lelakon (sandiwara) atau khayalan. Dan anak pada masa ini cenderung untuk mencari mana yang boleh dan mana yang tidak. Tugas orang tua adalah membimbing anak sehingga ia akan sampai pada penghargaan terhadap nilai-nilai. Sikap dan pandangan orang tua mengenai penampilan, kemampuan, dan prestasinya sangat mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri.
             Dan hendaknya orang tua harus mengutamakan menjalin hubungan yang baik dan benar dengan anak, dan menciptakan suasana yang harmonis, saling memperhatikan, saling membantu (bekerja sama) dalam menyelesaikan tugas-tugas keluarga atau anggota keluarga, dan konsisten dalam melaksanakan aturan, supaya anak memiliki kemampuan atau penyesuaian sosial dalam hubungan dengan orang lain.


DAFTAR PUSTAKA


Yusuf, Syamsi. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Tidak ada komentar: