Judul : 30 Memo Buat Para Aktivis Dakwah
Judul Asli : Tsalatsuna waqfah fi fanni ad-da’wah
Penulis : Dr.Aidh Abdullah Al-Qarni, MA
Penerjemah : Hanif Yahya
Penerbit : Pustaka Nawaitu, Jakarta
Tahun : 2005
Ukuran : 96 ha1; 11,5 cm x 17,5 cm
ISBN : 979-3736-04-6
Edisi : Cetakan I, Januari 2005
Bahasa : Indonesia
Berdakwah adalah seni yang hanya mampu dilakoni dengan baik oleh para Da’i yang tulus, sebagaimana halnya seni dibangun oleh para Arsitek yang profesional dan seni kerajinan bagi para pengrajin yang terampil. Untuk itu, sudah semestinya para Da’i mengemban problematika dakwah dan piawai di dalam menyajikannya kepara para audiens (mad’u) karena mereka menempati posisi pewaris Rasulullah saw.
Oleh karena itu, para Da’i harus memperisai diri mereka dengan beberapa etika sehingga benar-benar menjadi para utusan yang membawa petunjuk dan lentera kebenaran serta kebaikan yang melaksanakan risalah sesuai dengan tuntunan Allah . (cover belakang)
Lebih tepat memang jika buku ini disebut buku saku, sebab buku ini bagi saya pribadi sangat sederhana tetapi mencakup banyak hal bersifat ‘how to’ untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, tidak salah jika buku ini dibawa kemana-mana sebagai pengingat diri jika suatu saat seorang Da’i mulai melenceng dari fungsinya.
Memo buat aktivis dakwah itu ada 30 poin, yaitu sebagai berikut:
- Ikhlas dalam berdakwah
- Mendefinisikan tujuan
- Mengoleksi sifat para mujahid
- Mencari ilmu yang bermanfaat
- Tidak memiliki pola hidup serba sempurna (idealis)
- Tidak berputus asa dari rahmat Allah
- Tidak menyebut nama bila menghujat individu
- Seorang da’i tidak boleh mentakziyah (merekomendasikan) diri sendiri di hadapan orang
- Tidak mengeluhkan merajalelanya keruskan dan para perusak
- Tidak menambah-nambah apa yang sudah termuat di dalam kitabullah
- Tidak berargumentasi dengan hadits hadits maudhu’ (palsu)
- Tidak boleh mencemarkan nama baik suatu instansi, lembaga, organisasi dan kelompok.
- Seorang da’i harus mengukur sesuatu sesuai dengan proporsinya
- Bersikap lemah lembut dalam berbicara dan welas asih dalam menasehati
- Berinteraksi dengan manusia secara baik dan menghargai kedudukan mereka.
- Membpublikasikan dakwah untuk suatu maslahat
- Concern terhadap diskursus-diskursus kontemporer dan wacana yang berkembang
- Mengkondisikan pembicaraan sesuai tingkat pemahaman umat
- Tidak membeberkan aib seseorang di hadapan umum
- Menjadi panutan (Qudwah) mulai dari dirinya sendiri
- Wala’ dan bara’ seorang da’i terhadap seseorang harus bersifat nisby (relatif)
- Mengambil simpati manusia
- Seorang da’i harus familiar
- Perlunya berdakwah secara bertahap
- Memposisikan orang sesuai dengan posisinya
- Mengintrospeksi diri sembari berdo’a secara sungguh sungguh kepada Allah
- Ibadah seorang da’i harus lebih ekstra
- Berzuhud di dunia dan mempersiapkan bekal di akhirat
- Berpenampilan menarik
- Intens terhadap permasalahan wanita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar